"Rasanya tidak mungkin jika ini kebetulan. Sepertinya, ada rencana besar dibalik semua ini."
♡Happy reading♡
☄
☄
☄London, Inggris
Pagi hari tepatnya pukul 09.00 A.M, Alinka telah menetap duduk pada kursi Pininfarina's Aresline yang terletak di ruangan pribadi kantornya. Tentu saja nama kursinya sangat asing dikalangan manusia biasa. Kursi ini dibuat menggunakan teknologi canggih menggunakan kain Dynatec, sehingga dapat mengikuti bentuk tubuh penggunanya. Harganya saja mencapai 20 miliar, bukan uang yang sedikit, tapi kecil untuk pengusaha sukses seperti dirinya.
Alinka menatap fokus layar komputer yang ada dihadapannya. Dia mengecek semua data pengelola perusahaan Rolando Crop. Dimulai dari perusahaan yang berada dibawah naungannya, jumlah manager, karyawan biasa, hingga jumlah office boy dan office girl. Jumlahnya sangat banyak, mencapai 5 ribu orang bergabung dalam naungan perusahaannya.
"This is very nice. Many people have become part of my company," gumam Alinka seraya mengembalikan layar komputernya.
"Aku melupakan sesuatu." Alinka menepuk jidatnya pelan. Lalu, ia memainkan lagi mouse untuk memandunya masuk pada aplikasi. Jarinya dengan lincah mengetik 'Data Omzet dan Profit', lalu dikliknya data yang muncul.
Betapa kagetnya ia, ketika melihat data tersebut. Keningnya berkerut, mukanya merah padam. Bagaimana tidak, omzet perusahaan beberapa bulan terakhir menurun drastis, profit perusahaannya menipis. "Shit, apa yang terjadi? Ini diluar dugaanku," ujar Alinka.
_TPOM_
Carolline sedang berbincang dengan rekan kerjanya. Ia terlihat sangat terhibur dengan guyonan-guyonan yang dilontarkan rekannya itu. Carolline merasakan ada seseorang yang mengawasinya, ia menoleh ke arah pintu, wajahnya berubah pucat pasi.
"Car, kenapa tiba-tiba diam?" tanya Chayton yang merupakan rekan kerjanya itu. Carolline tidak menjawab. Chayton akhirnya menoleh ke arah pintu, ia langsung terdiam.
Alinka sejak tadi telah berdiam didekat pintu, memperhatikan manager-nya yang sedang bercanda ria. Senyum smirk terpatri pada raut wajahnya, ia pun berjalan mendekati mereka. "Apa kerjaan kalian hanya sebatas bercanda?" tanya Alinka, menjadi tamparan keras bagi dua manager-nya itu.
"T-tidak, Nona. Kami memang sedang luang, belum ada laporan yang harus kami kerjakan," sahut Carolline memberanikan diri.
"I-iya, betul, Nona." Chayton membenarkan perkataan Carolline.
"Sedang luang?" tanya Alinka, disertai anggukan keduanya. "Kalau begitu, bekerjalan untukku!" tegas Alinka.
"Apa yang bisa kami bantu, Nona?" tanya Carolline, seraya mempersilahkan Alinka duduk di kursi khusus.
Chayton menutup pintu ruangan, lalu bergabung dengan mereka. Alinka menjelaskan maksud tujuannya, Carolline dan Chayton manggut-manggut tanda mengerti.
Segera saja Carolline membawa laptop dan meletakannya dihadapan mereka bertiga. Ia mengecek data keuangan dalam deepweb perusahaan. Mereka bertiga fokus pada layar, terlihat sangat jelas berapa pengeluaran dan pemasukan uang perusahaan.
"Normal," gumam Alinka. Ia terus menatap layar tersebut. "Kemana uang itu di transfer? coba cek!" perintah Alinka pada Carolline.
"NL44 RABO 0123456789, diketahui nomor rekening Belanda." Chayton menunjuk ke arah layar. "Coba cek namanya, Car!" perintah Chayton, diangguki oleh Carolline.
"Grissham," ujar Carolline pelan. Mereka saling berpandangan. "Bukankah tidak ada nama itu di perusahaan ini?" tanya Chayton heran.
"Biarkan aku yang mengurusnya, terima kasih." Alinka beranjak pergi dari ruang manager keuangan. "Sama-sama, Nona," sahut mereka bersamaan.
_TPOM_
Pintu ruang kerja Alinka terbuka. Pria tampan tersenyum manis padanya. Keningnya berkerut, tak ada senyuman yang terpatri pada wajah sang Princess. Pria itu menerka-nerka, sudah pasti ada masalah yang menimpa.
"Duduklah, Max!" Alinka menyuruhnya duduk. Pria itu adalah Maxime.
"Apa yang terjadi?" tanya Maxime, sambil membenahi duduknya.
Alinka menetralkan raut wajahnya, berusaha tenang. Jika tidak bisa mengendalikan emosinya, semua bisa kacau. Ia mulai menjelaskan tujuan mengundang Maxime untuk segera ke kantornya.
"Data omzet perusahaan beberapa bulan terakhir turun drastis, profit semakin menipis. Aku telah menelusuri hal ini pada bagian keuangan, uang jatuh pada rekening atas nama Grissham dengan nomor rekening Belanda," jelas Alinka.
"Seriously? Ini tidak bisa dibiarkan," geram Maxime.
Maxime berpikir keras, apa mungkin ini adalah perbuatan orang atau kelompok yang sama. Jaraknya begitu berdekatan. Jika memang iya, siapakah dalang dibalik semua itu? pikirannya berkecamuk menerka-nerka.
"Rasanya tidak mungkin jika ini kebetulan. Sepertinya, ada rencana besar dibalik semua ini." Alinka mengepalkan tangannya erat, seolah paham apa yang dipikirkan Maxime.
"Benar, kejadiannya tak jauh dari teror markas utama. Aku yakin, penyerangan itu telah direncanakan, salah satu dari mereka jelas-jelas seorang pengintai." Maxime menatap Alinka serius.
"Lacak siapa pun dalang dibalik dua kejadian ini! Mereka tak pantas hidup, karena telah mengusik ketenanganku." Alinka semakin erat mengepalkan tangannya, matanya merah menahan amarah.
"Semua akan selesai, tenanglah." Maxime menenangkan. "Xander pasti menunggumu di mansion, ayo pulang!" Maxime menuntun Alinka ke luar, berniat mengantarnya pulang.
Maxime berjalan beriringan dengan Alinka menuju lift. Dengan lincah Maxime menekan tombol pada lift tersebut hingga pintunya terbuka. Setelah tertutup kembali, ia menekan tombol menuju lantai pertama, lift akhirnya bergerak membawa mereka ke lantai yang dituju.
"Ayo!" Maxime menarik lengan Alinka untuk segera keluar dari lift, mereka menuju parkiran.
Maxime terlihat kesal, karena Alinka berjalan seperti siput. Mata Alinka terlihat begitu lelah, kemungkinan ia mengantuk. "Astaga, Alin." Maxime mengangkat Alinka ala bridal style. Tidak ada penolakan, Alinka malah tertidur dalam pangkuan Maxime.
"Malah tidur, dikira dia ringan apa?!" Maxime mendumel sambil membenahkan Alinka pada kursi mobilnya. Setelah selesai, ia langsung berjalan memutar pada kursi kemudi, langsung saja tancap gas meninggalkan perusahaan Rolando Crop.
Dalam perjalanan, Maxime tak henti-hentinya memandangi Alinka. Ia memang kagum pada gadis yang disampingnya. Menurutnya Alinka itu gadis yang sangat unik, gadis pekerja keras, lugu namun berjiwa psycco, gadis yang berani, dan banyak lagi. Maxime salah satu orang yang tahu bagaimana perjalanan karir Alinka dari awal hingga saat ini.
"Kau memang gadis cerdik," ucap Maxime menatap Alinka, lalu pandangannya beralih pada jalanan.
Hai, semua! Yuk, bantu baca, vote dan komen sebanyak-banyaknya. Bagi yang mau saling support, bisa DM aku, ya🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Of Mafia
ChickLit#1 Crimefiction [18-02-2021] #3 Laga [25-02-2021] #3 Laga [25-02-2021] #5 Action [07-08-2021] #18 Mafia [07-08-2021] "Oh Shit!! Lihat saja, nyawamu akan melayang dengan segera. Berani bermain denganku, ibarat menjemput kematianmu!" Mengisahkan gadis...