17 ▪ Fed Up

530 44 46
                                    

"Kau itu perempuan. Mau seperti apa pun keadaanmu, tetap kau layak untuk dilindungi. Jangan bertingkah gegabah, Alin!"

♡Happy Reading♡




Durham, Ingris

"Ha ha ha. Potong tubuhnya menjadi empat bagian, gergaji kepalanya sampai terbelah dua, lalu kirimkan video-nya padaku!"

"Baik,  Nona."

Gadis cantik bertopeng Harimau itu melenggang pergi meninggalkan ruangan gelap nan kumuh, setelah memberi perintah pada pengawalnya. Tak lupa seringaian tipis nan tajam tersungging dari bibirnya yang tertutup topeng.

Kedua pengawal yang berada di ruangan tersebut segera melaksanakan tugasnya. Memulai dari menggergaji kepala mayat yang ada di depannya menjadi dua bagian. Lalu beralih pada bagian tubuh, mereka memotongnya menjadi empat bagian. Darah segar mengalir, menimbulkan bau anyir yang menyengat di dalam ruangan tersebut.

Kamera kecil mengawasi pergerakan mereka tersimpan rapi di sudut ruangan. Semua adegan terekam dengan sangat jelas, memperlihatkan betapa naasnya nasib pria berwajah kehitaman itu.

Di sisi lain gadis bertopeng Harimau telah melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Seringai tajam dari bibirnya masih tercetak, perlahan dia membuka topengnya dengan ekstra hati-hati.

"Akhirnya, aku bisa membunuh pria tua bangka itu dengan pistol kesayanganku." Aura tajam dan menusuk terpancar dari raut wajahnya.

Drrt ... Drrt  ....

"Oh Shit, siapa yang berani menggangguku?" Matanya beralih ke arah ponsel yang bergetar.

Gadis itu mengambil ponsel yang berada di samping kursi kemudi, diambilnya ponsel tersebut menampakkan sebuah nama yang sangat dia kenal—Xander. Gadis itu langsung menekan tombol hijau untuk mengangkatnya.

"Hallo! Alinka kau di mana? Pergi ke mana, hah?" Suara di seberang sana terdengar emosi bercampur khawatir, membuat Alinka menjauhkan ponselnya sebentar.

"Astaga. Kau bisa bertanya satu per satu. Aku harus jawab yang mana, hah?" Alinka menjawab santai.

"Terserah, cepat pulang sekarang!"

"Aku membunuh bandar narkoba yang menjadi buronan di Inggris, sekarang aku di jalan menuju mansion," ucap Alinka santai.

"Hei, apa salah dia, kenapa kau membunuhnya?" tanya Xander di seberang sana.

"Aku muak dengan kabar yang beredar tentang dia, jadi aku habisi saja. Lalu, aku minta kedua pengawal untuk menggergaji kepalanya dan memotong bagian tubuhnya."

"Dasar gila!" umpat Xander.

Telepon pun berakhir, Xander memutuskan sambungannya sepihak. Dia tidak ingin berlama-lama menelpon dengan Alinka, bisa-bisa dia ikut gila.

Alinka kembali fokus ke arah depan meneliti setiap inci jalanan. Aura tajam dan menusuk masih saja terpancar, seringai tajam bak iblis menambah kesan menyeramkan.

Kali ini Alinka bergerak sendiri tanpa Xander, hanya saja dibantu oleh dua pengawal yang dia tugaskan untuk memutilasi bagian tubuh bandar narkoba tersebut. Alinka memang senang membunuh, tapi saat ini dia enggan melukis di atas tubuh targetnya.

"Huh, rasanya senang sekali membunuh pria bangkotan itu. Aku pastikan besok video potongan tubuhnya tersebar luas di seluruh sosial media." Alinka tersenyum tipis menatap jalanan yang lenggang.

The Princess Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang