"Akulah malaikat kematianmu!"
Happy reading
☄
☄
☄"Aku masih belum puas. Bolehkah aku menyiksanya kembali?”
"Biarkan aku yang melanjutkannya," jawab Alinka dingin.
"Arghh. Baiklah, Princess." Xander tampak sedikit kecewa.
Charlotte terdiam, merasakan nyeri pada leher dan juga wajahnya. Dia tak bergeming sedikit pun, matanya terus saja mengeluarkan cairan bening, bibirnya terus mengeluarkan isakan.
"Wah! Karyamu barusan meninggalkan darah pada wajahnya," ucap Alinka antusias.
"Ofcourse." Xander mengerlingkan matanya.
"Sekarang, giliranku." Alinka merogoh saku jaketnya, mengeluarkan pisau lipat andalannya.
Mata Charlotte membulat sempurna, dia tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Cairan bening terus saja turun membasahi wajah cantiknya yang telah berdarah akibat tamparan dari Xander
Apakah hari ini kematianku?
Alinka menatap Charlotte secara intens, dia tersenyum tipis di balik topengnya. Perlahan, ia memajukan langkahnya ke arah Charlotte. Alinka mencondongkan kepalanya pada telinga Charlotte, dia berbisik, "ucapkan selamat tinggal pada dunia, hari ini adalah kematianmu."
Kalimat itu mampu membuat tubuh Charlotte bergetar hebat. Namun, Charlotte masih tersadar, ia tidak seperti kebanyakan wanita lainnya yang rentan pingsan. Charlotte masih menyisakan keberaniannya, ia menatap nyalang ke arah Alinka.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Charlotte gemetar.
"Aku? Harus berapa kali aku tegaskan, bahwa akulah malaikat kematianmu!" Alinka menjawab sinis.
“Apa tujuanmu melakukan semua ini, hah?” tanya Charlotte yang terus bergetar.
“Diam brengsek! Kau hanyalah pengkhianat!”
"Pengkhianat? Apa maksudmu?" tanya Charlotte tak mengerti.
Tidak ada jawaban dari Alinka, ia membuka kerangka pisau lalu di pegangnya erat pisau itu. Tangannya mengusap permukaan pisau tersebut, sudah lama ia tidak bermain dengan benda kesayangannya.
"Biarkan aku bermain denganmu, Nona manis. Nanti kau akan tahu siapa diriku."
Alinka menggoreskan pisau pada wajah Charlotte, dimulai satu goresan, dua goresan, hingga membuat karya berbentuk bintang dan bulan sabit. Darah segar ke luar dari setiap goresannya. Charlotte menggigit bibirnya, ia merasakan perih di sekujur wajahnya. Kini, wajah cantik itu telah dilumuri oleh darah segar akibat wanita di hadapannya, yang tak mempunyai belas kasihan.
"Jika aku salah, tolong maafkan aku ...." Charlotte berbicara sangat lirih.
Alinka tak bergeming, sorot matanya begitu tajam menatap Charlotte. Ia melihat Charlotte yang terus saja menggigit bibirnya, ide terlintas dalam benak Alinka. Dirinya menarik wajah Charlotte pelan, lalu menempelkan pisau tersebut pada bibir target di hadapannya. Dirobeknya bibir tersebut, Alinka muak dengan bibir itu yang terus saja meracau tak jelas.
“Aku akan memaafkanmu,” ucap Alinka dingin. Seulas senyuman terpatri pada raut wajah Charlotte, bibirnya melengkung sedikit ke atas, meskipun darah segar mengalir dari bibirnya.
“Jangan terlalu senang, itu akan berlaku jika kau sudah mati!"
Deg! Kalimat itu menusuk ke dalam hati Charlotte. Senyuman tipis kembali pudar, wajahnya benar-benar pucat. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Perlahan, Alinka mulai mengangkat pisaunya kembali. Alinka menggores kedua lengan Charlotte, meninggalkan beberapa goresan panjang. Akibatnya, banyak darah yang keluar dari lengan Charlotte.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Of Mafia
Chick-Lit#1 Crimefiction [18-02-2021] #3 Laga [25-02-2021] #3 Laga [25-02-2021] #5 Action [07-08-2021] #18 Mafia [07-08-2021] "Oh Shit!! Lihat saja, nyawamu akan melayang dengan segera. Berani bermain denganku, ibarat menjemput kematianmu!" Mengisahkan gadis...