15 ▪ Flashback

672 72 16
                                    

"By the way, kau bisa berbicara panjang lebar juga."

♡Happy Reading♡



London, Inggris

Seminggu sebelum kedatangan Valerie ke mansion ....

Alinka tampak duduk di sofa ruang tamu, hari ini ia tidak berangkat ke kantor. Alinka memakan es krim oreo yang berada di genggamannya seraya menonton televisi. Pelayan dan pengawal yang berjalan melewatinya sedikit mengerutkan dahi. Pasalnya, hal yang langka Alinka bersikap seperti itu. Biasanya tidak pernah menyaksikan tontonan di televisi, menyalakan televisi pun ia sangat jarang.

"Kenapa tontonan televisi sangat tidak bermutu?" gumamnya seraya memasukan sendok es krim pada mulutnya.

Alinka bahkan tidak memperhatikan acara di televisi tersebut, ia lebih baik menikmati suapan demi suapan es krim oreo tersebut. Rasanya nikmat, es krim oreo adalah salah satu favoritnya.

"How long has it been since I killed? Rasanya jenuh sekali." Alinka tampak mengingat dengan menghitung jari jemarinya.

Entah berapa lama ia tak membunuh, padahal bisa terhitung dari beberapa hari lalu. Namun, bagi Alinka itu terasa lama, bahkan sangat lama. Ia merindukan darah segar dengan aroma anyir di hadapannya. Alinka memanggil salah seorang pengawal untuk menghampirinya.

"Ada apa, Nona?" tanya pengawal tersebut ramah.

"Ada berapa tawanan yang berada di bawah tanah?" Alinka bertanya dengan nada dingin ciri khasnya.

"Sekitar 150 orang, Nona," jawab pengawal tersebut. Alinka mengangguk lalu menyuruh pengawal itu pergi dengan cara mengibaskan tangannya.

Tawanan lumayan banyak, pikir Alinka. Apakah sudah ada yang cocok untuk ia bunuh? Sepertinya malam nanti Alinka harus berkunjung ke ruangan bawah tanah tempat para tawanan itu berada.

Alinka rindu bermain dengan pisau kesayangannya. Ia sangat rindu membuat lukisan pada setiap inci tubuh targetnya. Apalagi, hal yang paling utama, ketika pistol kesayangan desert eagle memecahkan  kepala atau jantung sang target. Itu sebuah kepuasan tersendiri.

***

X

ander menuruni anak tangga, ia melihat Alinka sedang terduduk di sofa ruang tamu. Ia mengerutkan dahi, sama seperti orang-orang lainnya. Ia tersenyum melihat kepolosan dan kecantikan wajah Alinka yang dapat menarik perhatian pria di luaran sana. Xander terkekeh ketika kecantikan tersebut mampu menipu banyak orang, menutupi kekejaman gadis tersebut.

Ia berjalan mendekati Alinka, ada sesuatu yang harus Xander bicarakan. Xander mencoba terus mendekat, kini posisinya berada di belakang tubuh Alinka yang masih sibuk melahap es krimnya.

"Alin!" Xander memanggil Alinka.

Tidak ada jawaban dari Alinka, ia terus fokus pada es krimnya. Bahkan sekarang, Alinka mengambil kue yang ada di hadapannya lalu melahap sedikit demi sedikit.

"Alin!" Masih tidak ada jawaban darinya. Xander merasa jengkel dengan tingkah gadis tersebut, ia langsung mengambil alih es krim di genggaman Alinka secara paksa.

Alinka sontak dibuat kaget olehnya, ia memutar badannya ke belakang. Nampaklah Xander dengan wajah tanpa dosanya melahap sisa es krim yang sedang dimakan oleh Alinka. "Xander, kembalikan es krimnya!" geram Alinka.

"Mau ini?" Xander menaik turunkan Alisnya, lalu berlari.

"Kembalikan Xander!" Alinka berteriak garang, mengejar Xander ke arah taman belakang.

The Princess Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang