6. Meteor

88 14 18
                                    

Gadis itu mengikat sepatunya, hari memang sudah malam, namun gelapnya malam tak akan menggoyahkan tekad sang gadis.

Kakinya yang jenjang melangkah pasti di lorong rumah sakit, malam ini dia harus menjaga adiknya, adik laki-laki satu-satunya. Dia adalah tipikal kakak yang protektif kepada adiknya.

Perpisahan kedua orang tuanya membuat dirinya harus menjaga ekstra sang adik, menjadi pengganti Ayah dan Ibu untuk adiknya.

Krekkkk

Decitan pintu membuat seseorang yang sedang melamun itu menoleh, sebuah lengkungan tercipta di bibirnya.

Tangan mungil gadis itu meletakkan sebungkus makanan di nakas.

"kakak bawa apa?"

Nana-gadis yang membawa bungkusan tadi tersenyum manis, "tadi kakak liat penjual martabak, kakak tau kamu suka martabak, jadi kakak beliin, dimakan ya,"
Laki-laki tampan itu tersenyum, terlihat semakin tampan, "aku mau, tapi sedikit aja ya,"

Nana tersenyum, Andrew memang sedang sakit, jadi pantas saja jika tidak nafsu makan. Nana mengambil potongan martabak tersebut, lalu memberikannya pada Andrew.

Andrew tersenyum, menerima potongan martabak tersebut dan memakannya, "Kak,"

Nana yang sedang fokus pada game judi di ponselnya mendongak, alisnya terangkat, seolah berkata 'apa?'

"aku mau keluar Kak, aku bosen sama suasana kamar ini,"

"karena kamu sering diluar makanya kamu sakit, pinterrr."

Andrew berdecak, lalu membuang napasnya dengan kasar. Respon yang sangat kalem.

Nana akhirnya terbahak, Andrew memandangnya bingung, kakaknya ini kenapa? Ketempelan setan Ancol? Tapi perjalanan kerumah sakit ini kan tidak melewati Ancol. Ahh iya, dia baru ingat, didepan rumah sakit kan ada pohon jambu yang besar.

"Kenapa ketawa?"

"Yaudah ayo keluar, 15 menit aja tapi."

"Masa cum-"

"15 menit atau 5 menit," Nana melipat kedua tangannya didepan dada, berharap adiknya takut akan ancamannya.

"30 menit atau itu game judi aku hapus,"

"Oke 1 jam,"

Andrew tersenyum puas, siapa coba yang bisa mengalahkannya.

•••

Disebuah bangku taman rumah sakit, kedua insan berbeda jenis itu tertawa, siapapun yang melihatnya ikut tersenyum.

Namun tidak bagi Nana, adiknya yang sangat tampan itu terus terusan mengganggunya bermain game, ia berulang kali menerima kekalahan karena tangan Andrew yang sangat jahil.

"Andrew!"

Andrew terbahak hingga batuk, mengganggu kakaknya itu sangat menyenangkan.

Nana mendengus, menyimpan ponselnya disaku, lalu memandang langit malam yang sangat indah.

"An,"

Andrew menoleh, enggan menjawab.

"Kenapa kamu suka sama bintang?"

"Enggak ya, masa aku suka sama cowok,"
Nana mengerang frustasi, menjambak rambutnya dengan sebal. Andrew yang melihat pun meringis, kakaknya titisan Limbad?

"Nggak gitu ya jajank! Bintang yang dilangit ya, bukan Bintang temen kamu!" Nana menghela napas, ia sudah kebal menghadapi sikap adiknya yang menyebalkan ini.

Kumpulan Cerpen Fanfiction FLCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang