18. Shiva dan Paman Beruang

119 20 320
                                    

Bintang terbangun di sebuah gubuk kecil di tengah hutan. Kepalanya nyut-nyutan. Namun kejadian beberapa waktu lalu masih terbayang di dalam pikirannya.

Bukannya terakhir, aku sedang bertarung bersama para titan, ya? Apa aku kalah dari mereka? Cih.

Perlahan keadaan Bintang sudah seperti biasanya. Dia memang merasa kesal, tapi itu sudah berlalu.

Tapi, ada satu hal lagi yang membuat dirinya kaget.

LHO KOK AKU JADI ANAK KECIL?

Untung Bintang berteriak di dalam hati. Jadi dia tidak perlu mengagetkan seorang bapak-bapak yang sedang meracik kopi di dekatnya itu. Lho, kok ada bapak-bapak?

"Oh, kau sudah bangun," sahut bapak-bapak itu. Ah, tidak. Sepertinya dia masih berusia 23 tahun.

Bintang menyenderkan punggung. "Paman siapa?"

"Manusia baik hati yang telah menyelamatkanmu dari angin dingin trotoar kota."

"Hah? Gak usah pake bahasa puitis gitu deh."

"Ya ampun. Gitu aja gak tau. Emang anak kecil ya kamu."

"Sepertinya aku telah bereinkarnasi jadi anak kecil, Paman. Aslinya aku Dewa Hades."

"Owalah." Ekspresi Bayu tampak biasa saja. Dia masih melanjutkan meracik kopi untuk tamunya itu.

Bintang memandangi aktivitas yang dilakukan Bayu. "Kok dibuatin kopi sih, Paman. Aku kan masih anak-anak."

"Paman bisanya cuma bikin kopi doang. Udahlah. Daripada minum air sungai." Kopi yang dibuatnya selama satu jam itupun akhirnya jadi. Aromanya benar-benar wangi. Seperti aroma kopi khas kafe-kafe di kota.

Bintang terpikat. Tapi dia langsung menyembunyikan perasaannya. "C-cih, aku gak suka kopi. Tapi karna Paman sudah membuatnya capek-capek untukku, aku minum deh."

"Lho, jadi kamu gak suka kopi? Ya sudah. Buat Paman saja." Sebelum Bintang berhasil meraih gelas kopi itu, Bayu keburu meminumnya. "Hah, sedapnya."

Bintang emosi. "Ih, Paman jahat."

"Makanya jangan tsun, Shiva."

"Aku Bintang, Paman. Bukan Shiva."

"Halah, ngaku aja kalau kamu suka dipanggil Shiva."

"Beneran. Ini bukan tsun."

Bayu mengabaikan ocehan Bintang dan terus menyecap kopi buatannya yang enak sekali.

Bintang kemudian memperhatikan gubuk yang sedang ditempatinya itu. "Paman tinggal di gubuk ini?"

"Enggak."

"Terus, tempat ini punya siapa?"

Bayu pun menceritakan tentang kehidupannya kepada Bintang.

Aslinya, Bayu seorang sultan. Dia mempunyai banyak cabang kafe kopi di seluruh negaranya. Bisnis kopinya sangat lancar seperti jalanan Kota Jakarta saat hari lebaran.

"Terus, kenapa Paman bisa ada di sini?"

Bayu bercerita lagi. Katanya, ada saingan bisnisnya yang mengincar hidupnya. Dia iri dengan kesuksesan Bayu. Maka dari itu, sekarang Bayu menjadi tawanan mereka.

Kumpulan Cerpen Fanfiction FLCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang