3. 2YA2YAO

144 26 62
                                    

Note: di cerita ini ada kata-kata kasar dan banyak lagi kekerasan yang lainnya. Tidak lupa adegan berdarah sadis dan ini-itu. Murni dari ide. Jangan baca kalo pemual :v

Eh, iya, ini kan cuman cerita tee he :"
Happy reading!

***

"Hei, kalian sudah dengar kalo ada anak baru di kelas 3-A?"

"Aku kasihan pada anak itu karena masuk ke kelas neraka. Apa dia bisa bertahan dari kelas para monster itu ya?"

"Aku bisa menjamin keselamatan anak itu! Dia pasti takkan bertahan selama satu hari."

"Kita doakan yang terbaik saja."

Dipikirkan berapa kali pun, tetap saja aku tak mengerti. Sepanjang perjalanan menuju kelas baruku, murid-murid di koridor tak henti-hentinya mengoceh, berbisik pada teman, sambil terus menatapku kasihan. Apa ada yang salah denganku? Aku memerhatikan seragamku dari bawah sampai atas. Tidak ada yang kotor tuh.

Atau mungkin karena mataku yang seperti mata ikan mati?

Yah, aku tidak terlalu pandai memainkan ekspresi wajahku. Susah buat tersenyum, marah, sedih dan sebagainya. Dibilang datar tidak juga. Aku hanya malas menunjukkan mimik wajah yang diinginkan orang lain. Emangnya kenapa kalau wajahku tak ada ekspresi? Bukan urusan mereka kan.

Miss Ene berhenti melangkah membuatku mau tak mau ikut mengerem kakiku. Kami telah tiba di kelas 3-A, kelas baruku. Aku mendengar satu dua seruan melengking dari dalam. Samar karena tertutup kaca anti tembus.

"Wali kelasmu akan segera datang. Duduk dan berkenalan dengan teman-teman barumu," tegur Miss Ene lesu.

"Terima kasih, Miss." Ucapku tak jauh kalah lesu. Suaraku bahkan terdengar tak bertenaga.

"Dengarkan aku," Miss Ene bernama lengkap Yurene itu menatapku serius. Dia memegangi kedua pundakku. Aku balik menatapnya dengan mata sayu. "Belum terlambat untukmu pindah dari sini, Nak. Aku benar-benar tidak percaya Kepala Sekolah akan menempatkanmu di kelas ini. Aku tidak tahan melihat murid polos yang tak tahu apa-apa terlarut dalam permainan hidup-mati yang dikendalikan olehnya. Pergilah dari sini, Nak. Selamatkan nyawamu."

Aku terdiam lama. Apa yang dikatakan Bu Guru ini? Permainan hidup-mati? Apa maksudnya? Aku tidak mengerti. Ini, kan, cuman kelas biasa. Kenapa beliau mengatakan hal horor macam itu? Padahal hari ini adalah hari pertamaku bersekolah, tapi suasananya sama sekali tidak mendukung.

Apa dia korban film gore kali ya? batinku mencoba memberi rasa hangat pada Miss Ene. Aku tersenyum tipis, sangat tipis sampai tidak ada yang mengira bahwa itu adalah senyuman. "Tenang saja, Miss. Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu ditakutkan di sini. Semuanya akan baik-baik saja. Tidak perlu cemas ..."

Aku beralih memegang kenop pintu.

"... Karena aku ada di sini."

***

"SELAMAT DATANG DI KELAS 3-1!" sambut penghuni kelas begitu aku membuka pintu masuk, menembakkan terompet khas ulang tahun. Bahkan ada banner ucapan selamat terpampang di dinding kelas juga tulisan welcome di papan.

Aku termangu cukup lama di depan pintu. Tak kusangka mereka bakal menyambutku semeriah ini. Kupikir mereka akan bersikap seperti penerimaan murid pindahan pada umumnya-tidak peduli atau bersikap biasa saja. Aku dibikin salut.

Apa karena aku bersekolah di SMA Four-Leaf Clover? SMA unggul di kota ini? Mengingat tes masuk ke SMA FLC sulitnya minta ampun, pasti rata-rata siswa-siswi di SMA pada pintar semua. Termasuk kelas 3-A, bisa ditebak lewat wajah mereka.

Kumpulan Cerpen Fanfiction FLCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang