Teruntuk kamu, tuan.
Selaksa muram tersirat namun tak tersurat. Bias bayangmu tak beraturan di angan memenuhi pikiran bagai bianglala, memutar segala kenangan di kepala.Tiap sudut, selalu ada kamu.
Tak terbantahkan usaha untuk melupakan.
Walau terlampau payah, kamu masih menjadi pusat semestaku.Bungkam sudah kita bagai dua orang asing yang memaksa melupa, saat sejuta kenangan terasa menyesaki dada.
Tak apa,
bila sudah waktunya,
semua akan baik-baik saja.Perihal waktu,
semua akan pulih seperti sedia kala,
persis seperti aku sebelum mengenalmu (dulu).-Jakarta, 30 April 2020
