Strategi 1

766 48 5
                                    

Author POV

Setelah kejadian Sarada hampir tertabrak mobil, mereka memutuskan kembali ke rumah masing-masing. Dan satu minggu pun berlalu. Sekolah di liburkan sementara karena korban pembunuhan bertambah walaupun tak sebanyak korban Covid-19 :v

Sarada kini telah berada di kamar pribadinya. Setelah mengerjakan tugas dari Shino, Sarada mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di meja belajarnya.

"La la la la la la..." senandungnya untuk mengusir kejenuhan di hatinya.

"Jadi kangen sekolah. Buka go*gle aja ah! Liat gambar sekolah gitu biar kagak lupa bentuk sekolah" ucap Sarada alay.

Sebelum dia membuka aplikasi go*gle, sebuah panggilan telefon masuk. "Dari Boruto? Ngapain dia nelfon aku? Alah paling minta contekan" umpatnya sebal.

"Halo"

"Hn. Ada apa, mau minta contekan? Gak ada belum ngerjain!"

"Siapa bilang mau nyontek! Aku tuh mau ngajakin kamu ketemuan buat rencana gitu"

"Oh. Dimana ketemuannya?"

"Kamu tau gang sempit yang ada di perempatan jalan itu?"

"Tau"

"Nah, disitu kan para polisi kagak jaga di situ. Kita kesitu aja"

"Lah terus ijin ma ortu kita gimana bor??"

"Gampang. Tinggal bilang mau beli pulpen, apa susahnya sih"

''Ya udah deh. Tapi dosa di tanggung kamu ya"

"Jahat amat sih sar"

"Kagak kok canda doang. Lagian ini kan buat kebaikan mereka juga"

"Ya udah aku mau siap-siap dulu. Bye"

"Bye"

Tuutt...
Panggilan telfon terputus.

Sarada bersiap-siap dengan mengganti bajunya. Ia memilih dress berwarna gelap agar tidak terlalu mencolok dilihat, tak lupa ia memakai celana jeans, ya barangkali ada adegan lompat-lompatan gitu.

"Ma aku mau keluar boleh gak?" tanya Sarada yang melihat Mamanya sedang mencuci piring di dapur.

"Mau apa? Gak boleh ah, kamu tau kan Sarada, di luar sana tuh ada pembunuh" tolak Sakura.

"Mau beli pulpen ma. Pulpen Sarada habis sekalian beli kertas marmer" ujar Sarada melebihkan kebohongannya dengan menambahkan kertas marmer, 'barangkali Boruto ngomongnya lama, kan bisa cari alesan kalo kertas marmernya di cari cari gak ketemu' batin Sarada.

"Mau mama belikan saja?"

"Tidak usah ma. Aku kan udah gede, kalo ada pembunuhnya aku tonjok, bacok, tendang dan segala macemnya deh" ucap lebay Sarada.

"Ya sudahlah. Hati-hati ya si hebat Sarada" ucap Sakura sambil mengacak-ngacak rambut Sarada.

"Iya ma tenang saja. Dadah ma" pamit Sarada sambil melambaikan tangannya.

"Semoga dia baik-baik saja" gumam Sakura lirih.

Sarada menelusuri perempatan jalan utama Konoha, matanya terus mencari si pemilik mata shapirre, Uzumaki.

"Sarada" panggil Boruto lirih. Sarada mendekat ke arah Boruto. "Bor, kenapa gak kita bicarain lewat telfon aja sih?" tanya Sarada.

"Takut kuota habis" jawab Boruto sambil menggaruk tengkuknya.

"Yaodah mo bicara apa cepetan!!" bentak Sarada. Boruto menutup mulut Sarada dengan tangannya.

"Bueehh!! Bau terasi tauk" omel Sarada.

"Makanya diem cupu!"

"Ya ya ya. Terus ini kita mau ngapain jonoo!!?" marah Sarada.

"Diem dulu napa"

Tiba-tiba polisi penjaga jalanan muncul, Boruto menyumbat mulut Sarada dan juga dirinya dengan tangan miliknya. "Diem dulu" Sarada pasrah.

Polisi itu berlalu pergi, karena di panggil atasan. "Syukurlah" ucap Boruto lega.

"Buaaahhh!! Lega banget udah lepas dari ancaman terasi" umpat Sarada.

"Kau itu anak perempuan, seharusnya tidak masalah dengan bau terasi. Bagaimana mau menjadi ibu rumah tangga" saking kesalnya Sarada menendang tubuh Boruto, akibatnya Boruto tersungkur namun Sarada tersenyum devil.

''Jahat lu sar"

"Bodo"

"Udah sih jangan kebanyakan basa-basi! Kelamaan tau. Kasian yang baca, kagak usah mesra-mesraan deh. Ganggu author yang jomblo aja, kasian juga tuh si pembaca yang senasib dengan author!" marah author.

"Maap thor" ucap borusara bersamaan.

"Gimana nih jadinya. Masa kita disini mulu" ucap Boruto sebal.

"Yang ngajak ke sini saha ha? Saha?!" bentak Sarada yang sama sebalnya dengan Boruto.

"Hah! Aku punya die nih" ucap Sarada antusias.

"Ide kalee...emang apa idenya sar?" tanya Boruto yang sangat penasaran. Sarada menjelaskan rencananya, ia membisikkan pemikirannya itu di telinga Boruto.

"Paham?" tanya Sarada sesudah menjelaskannya pada Boruto. Boruto menggeleng cepat.

"Sekarang aku mengerti kenapa aku harus menjadi rekanmu. Sudahlah kau ikuti aku saja" ucap Sarada.

"Baiklah si pintar"

"Bagus! Situasi aman, nah nanti kan ada tenda pos polisi di sekitar sini. Kita cari tuh posnya" titah Sarada. Boruto hanya mengikuti ucapan Sarada saja.

"Nah itu ada pos polisi" ujar Boruto menunjuk arah tenda polisi. Sarada mengacungkan jempolnya.

"Oke disini sepi, tidak ada yang menjaganya. Kita pake baju yang ada disana ya" suruh Sarada.

"Eitss! Kau keluar dulu. Tunggu di luar aku akan mengganti bajuku, jangan coba-coba mengintip. Awas saja kalau mengintip" ucap Sarada sambil mengepalkan tangannya dan menunjukannya ke arah Boruto.

Boruto keluar, dan tidak ada niatan untuk mengintip Sarada. Tak lama Sarada keluar dengan seragam polisi konoha lengkap juga gagah.

"Sekarang kamu masuk" suruh Sarada. Boruto masuk dan mengganti bajunya dengan baju seragam polisi. Ia nampak gagah dan cocok memakai baju itu.

"Mantap" ujar Sarada.

"Sebenarnya yang asisten mana yang pemimpin mana sih?" gumam Boruto dalam hati.

"Lapor apakah ada yang mencurigakan di bagian sini" tiba-tiba seorang polisi datang dengan bertanya pada Boruto dan Sarada.

"Keadaan disini aman. Tidak ada yang mencurigakan, bagaimana denganmu?" ucap Boruto spontan yang membuat Sarada terkejut.

"Tadi di bagian saya ada sesuatu yang mencurigakan, tetapi setelah saya lihat ternyata kucing milik anak bernama Mitsuki" ucap si polisi tadi, Sarada dan Boruto amatlah terkejut.

"Mitsuki?" batin mereka berdua.

"Baiklah saya akan melanjutkan pekerjaan saya" pamit si polisi tadi.

"Ayo sar, kita pergi ke hutan" ucap Boruto yang tanpa sengaja memegang tangan Sarada, namun Sarada tidak menggubrisnya, menurutnya akhir akhir ini memang dia selalu memegang tangannya jadi ia tak perlu canggung atau semacamnya.

"Oke strategi pertama kita berhasil Boruto" ujar Sarada dengan gembiranya saat sudah sampai di dalam hutan.

"Iya sar. Bagaimana lagi kalau bukan karena Detektif Kampr*t dan Asisten Cupu" mereka saling tos, hingga mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang sedang mengawasi mereka berdua.

See you next part...

Detektif  Kampret & Asisten  Cupu✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang