Bab 6 - Si Penganggu

105 6 0
                                    

Di restoran yang terdapat di Mall Ambassador beberapa kali Kenan memperhatikan Aluna yang nampak tak terlalu senang berbeda dengan temannya yang sekarang tengah melahap makanannya sendiri.

Sejujurnya Kenan sangat mengagumi Aluna baginya Aluna itu paling berbeda dengan wanita lainnya hanya saja ia belum berani untuk mengungkapkan walaupun setahu dirinya Aluna tidak memiliki kekasih.

Kesempatan untuk memiliki Alluna cukup berpeluang besar di karenakan ia cukup dekat dengan ayahnya Aluna yaitu Arka hanya saja ia tidak ingin melakukan cara picik seperti itu. Kenan ingin membuat Aluna jatuh cinta pada dirinya dengan caranya sendiri.

"Aluna, kamu kenapa. Apa makanannya enggak enak?"
"Enak kok Pak,"
"Aduh,"

Rini mengaduh entah ada dengan dirinya, "Kenapa Rin?" tanya Aluna khawatir.

"Perut gue mules nih, gue ke kamar mandi bentar ya," ujarnya seraya berlari memegangi perutnya.
"Kayaknya dia sakit perut, kebanyakan makan," celetuk Kenan.

Aluna tersenyum sepertinya benar temannya itu tengah sakit perut salah sendiri makan-makanan seafood pedas.

***

"Kita makan disini aja ya kak,"

Suara itu berhasil membuat Aluna melihat ke penghujung suara matanya terkejut mendapati pemilik suara itu bukan karena pemilik suara yang membuatnya terkejut melainkan seseorang yang ada di samping pemilik suara yang membuatnya terkejut.

"Ar--syad," ucapnya pelan.
"Apa Al? barusan kamu ngomong apa?"
"Ah! Enggak ada Pak, Saya enggak ngomong apa-apa kok,"

Kenan melihat ke sembarang arah mencari siapa yang tadi di maksud Aluna tapi ia tidak menemukannya ada banyak orang di restoran ini.

Aluna mengunyah makanannya dengan perasaan dongkol seraya mencuri pandang ke arah Arsyad dan perempuan yang di sampingnya itu tempat duduk mereka memang lumayan jauh tapi ia bisa melihat dengan jelas.

Aluna tidak habis fikir bisa-bisanya Arsyad jalan di belakang dirinya.

Sedangkan Arsyad yang disana masih belum sadar akan keberadaan Aluna sebenarnya ia sudah menolak ajakan makan dari Dela namun lagi-lagi perasaan tak enak hati menyelimuti dirinya.

"Disini makanannya enak-enak lho kak,"
"Ck! Kenapa enggak makan di angkringan aja sih? Gue kan udah bilang,"
"Tenang aja kak, aku yang traktir kali ini,"
"Bukan kali ini tapi udah berapa kali lo traktir gue, jangan boros uang enggak baik," ujar Arsyad.
"Cuman kali ini aja kok kak, aku boros." katanya.

Arsyad menyerah terserah juga yang habis uang kan bukan dirinya tapi tetap saja ia merasa tidak enak nanti ia dikira cowok yang suka kerjanya memeras uang wanita lagi.

Baru saja Rini keluar dari ruangan pembuang segala kotoran manusia dan langkahnya terhenti saat mendapati Arsyad dengan wanita lain. Bukan hanya Rini yang terkejut Arsyad pun ikut terkejut melihat Rini teman kantor Aluna yang beberapa minggu lalu ia kenal.

Jika ada Rini bisa jadi ada Aluna disini? Matanya melihat kepenjuruh arah mencari keberadaan kekasihnya namun tak kunjung ia temukan.

"Have fun ya." cibir Rini seraya berjalan memalui meja mereka.

Selepas itu ia menuju ke meja tempat mereka makan namun sayang ia tidak menemukan Kenan dan Aluna kemana perginya kedua manusia itu.

Pesan singkat dari Aluna :
"Gue udah keluar dari dalam restoran, gue tungguin di lobby mall."

Sebelum beranjak keluar dari dalam restoran, Rini menatap punggung Arsyad di sana, "Dasar cowok blangsak!" umpatnya penuh penekanan.

***

Di Lobby Mall Aluna tengah duduk dengan santai dengan Kenan yang masih di penuh tanda tanya entah kenapa tiba-tiba Aluna minta pulang padahal acara makan-makan belum selesai.

"Hay sorry, lama ya. Perut gue mules banget tadi barusan."
"Enggak apa-apa kok, perut lo udah mendingan kan?"
"Sedikit,"
"Yaudah yuk balik,"
"Buru-buru banget sih, kan makanannya belum habis?"
"Gue capek!" ucap Aluna kesal.
"Ya udah enggak apa-apa ayo kita pulang kasian Aluna pasti kecapean." ujar Kenan.

Rini yakin Aluna bukan kecapean tapi ia kepanasan lihat pacarnya jalan berduaan dengan wanita lain. sambil menunggu Kenan mengambil mobil.

"Al lo lihat tadi,"
"He-um,"
"Oh," katanya seraya manggut-manggut tersenyum melihat ekspresi dongkol seorang Aluna seperti bocah yang minta permen yang tidak di beri oleh ibunya.

Sedangkan Arsyad yang masih di dalam restoran ia masih kebingungan sebenarnya Aluna bersama Rini atau Rini hanya datang seorang diri.

"Kak Arsyad kenal sama mba tadi?"
"Iya,"
"Siapa dia kak?"
"Temen gue,"
"Udah cepetan lo makan habis itu ayo pulang."
"Iya kak,"

Perasaan Arsyad sedang tidak baik ia rasa setelah ini akan ada permasalahan. Kalaupun Aluna tidak bersama Rini tapi ia yakin Rini pasti memberitahukan apa yang dilihat, meskipun kemungkinan kecil untuk Aluna percaya omongan orang. Tapi, jika benar Aluna melihat dengan mata kepalanya sendiri itu sudah dapat di pastikan sulit untuk di jelaskan.

Sepercaya apapun Aluna, Aluna tetaplah Aluna wanita yang keras kepala dan Arsyad tidak menyadari bahwa barusan Aluna melihat dengan mata kepalanya sendiri.

•••

Jangan lupa vote & komen ya man teman..

Luv :)

My Perfect Girlfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang