Bab 2 - Sepiring bersama

237 12 0
                                    

Senja mulai menampakan dirinya beberapa kendaraan mulai menghilang satu-persatu dari parkiran khusus karyawan dan sekarang perempuan yang mengenakan cardigan rajut berwarna brown yang melekat di tubuhnya masih setia menunggu sang kekasih menjemputnya.

Sesekali ia melihat jam tangan yang melekat di pergelangan tangan kirinya. Perasaannya sudah mulai dongkol, ia putuskan pulang dengan taxi online kalau saja pada pagi itu ia tidak mengiyakan permintaan kekasihnya untuk menjemputnya pulang, mungkin saat ini ia sudah sampai di apartemennya tengah duduk beristirahat dengan tenang.

Dia yang sedang menunggu ialah Aluna dan yang di maksud kekasihnya adalah Arsyad pria yang sampai sekarang masih menempati posisi kedua di hatinya setelah kedua orang tuanya.

Sampai di depan kontrakan milik Arsyad ia mendapati motor beat matic warna hitam masih bertengger di depan halaman kontrakan. Motor yang selalu menemani kencan sederhana ala Arsyad dan dirinya.

Kontrakan yang Arsyad tempati tidak jauh beda dengan kontrakan-kontrakan pada umumnya hanya saja karena sang penunggunya seorang pria jadi di dalamnya sangat berantakan.

"Arsyad," katanya sambil membuka pintunya.

Tanpa permisi Aluna memasuki kontrakan minimalis milik Arsyad. Aluna tidak perlu meminta izin untuk masuk ke dalam, toh ia juga mempunyai kunci ganda kontrakan Arsyad.

Aluna ingat kata Arsyad semenjak ia resmi menjadi pacarnya, "Anggap saja kontrakan kamu sendiri, jangan sungkan." saat Aluna memasuki kontrakannya, di dalamnya begitu sangat gelap dan sunyi padahal sebentar lagi matahari akan terbenam di ufuknya tapi Arsyad belum juga menyalakan lampunya.

"Arsyad," serunya lagi.

Panggilan Aluna tak di gubris dan saat perasaannya menyuruhnya untuk masuk ke dalam kamar Arsyad, ia membuka pintu dan keadaannya sama gelap, ia menyalakan kontak lampu terang sudah dan benar saja mendapati seorang Arsyad yang tengah tertidur lelap seraya mengorok karena geram Aluna langsung mengambil bantal dan memukulkannya ke wajah tampan Arsyad berhasil membuat sang empuh terbangun setengah sadar.

"Dasar pemalas Arsyad!"
"Apasih?!" tanyanya tanpa dosa seraya menguap beberapa kali.
"Ini udah jam berapa? Dan kamu masih tidur aja!"
"Maaf sayang aku capek tadi siang cari kerjaan sampingan kesana-kemari," jawabnya seraya mengusap wajahnya.

Wajah tampan itu memelas menunjukan guratan kelelahan di wajah sang pemiliknya, di tambah dengan rambut yang acak-acakan masih terlihat elegan nan tampan.

Aluna tertegun mendengar jawaban Arsyad kali ini Aluna memaafkan Arsyad yang sudah membuatnya dongkol lama menunggu. Seketika Arsyad senyum-senyum jahil menatap Aluna yang masih berdiri seraya berfikir keras maksud dari senyuman Arsyad.

Hup! Arsyad menarik Aluna hingga terjatuh di dada bidangnya membuat sang empuh menjerit bahkan sekarang Arsyad berani memeluknya seraya menghirup aroma rambut sang kekasih.

"Ars---,"
"Bentar gini aja dulu, aku kangen sama kamu."

Aluna mengalah jika Arsyad sudah mengatakan hal itu, ia tidak bisa berontak, ia harus menerima pelukan hangat dari Arsyad tapi sejujurnya Aluna menyukai pelukan yang selalu membuatnya merasa nyaman.

Cukup lama mereka berpelukan tanpa adanya obrolan Arsyad yang masih asyik memainkan rambut lurus milik Alluna bahkan sesekali ia menciuminya.

"Kapan kelarnya, aku laper tahu,"
"Iya udah, ini udah tapi lain kali aku mau yang lebih lama,"
"Hem.. terserah kamu, udah yuk ah makan aku tadi udah beliin makanan buat kita."

Kebetulan Arsyad dari tadi siang ia belum mengisi perutnya karena memang uangnya sudah kehabisan di jalan untuk membeli bensin dan satu bungkus rokok kesukaannya.

***

Aluna masih diam melihat satu bungkus yang di buka dan di letakan di wadah piring aluminium. Perabotan dalam kontrakan milik Arsyad tidak ada yang mewah bahkan kini mereka tengah duduk sofa panjang yang sudah mulai kumuh.

"Kok satunya enggak di buka?" tanya Aluna seraya melihat satu bungkus nasi yang tergeletak na'as.
"Kita makan yang ini aja," kata Arsyad.
"Barengan?"
"Iya sayang,"

Arsyad menatap Aluna yang masih berdiri ia menepuk space sofa menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.

Satu piring bersama. Mereka nikmati bersama seraya saling menyuapi, Sungguh! Ini hal yang sederhana namun berhasil membuat rona merah di wajah Aluna.

Arsyad selalu punya cara untuk membuatnya gugup dan kikuk jika bersamanya, setiap nasi yang Arsyad suap kan ke dalam mulutnya rasanya sangat nikmat semua, semanis senyuman Arsyad.

Bintang diatas langit bertaburan sama  halnya dengan bintang-bintang yang bertaburan di hati Aluna, merembak pesat keseluruhan sendinya malam ini pasti ia akan sulit untuk melupakan hal-hal manis ini.

Selesai makan mereka berdua masih duduk di sofa saling bermanja hal yang membuat Arsyad nyaman dengan Aluna ialah karena Aluna tidak pernah sungkan ataupun protes tentang bau badan Arsyad. Padahal tadi siang sampai sekarang ia belum mandi sama sekali layaknya candu Aluna menyukai semua yang ada di dalam diri Arsyad begitupun juga dengan Arsyad.

Bagi Arsyad kekasihnya itu wanita yang sangat sempurna untuknya.

Aluna itu sempurna dan menyempurnakan cintanya, Aluna itu sempurna dan menyempurnakan kehidupannya.

Aluna segalanya bagi Arsyad karena ketika semua meninggalkannya hanya Aluna yang selalu menemaninya, memeluknya dengan erat dan Aluna adalah separuh hidup Arsyad, jantung dalam diri Arsyad adalah Aluna Wijayanata.

•••

Gimana menurut kalian sama part pertama ini?

My Perfect Girlfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang