Hari ke-12 seorang Arsyad beraktivitas di Perusahaan V Group banyak hal yang harus ia lewati dan sekarang ia dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi Aluna yang setiap hari berkutat dengan hal-hal berbaur bisnis rasanya sangatlah melelahkan, terkadang orang-orang hanya bisa melihat tapi tak bisa merasakannya.
Seperti orang-orang yang selalu mengklaim bahwasanya bekerja di perusahaan yang katanya sangat menyenangkan tinggal duduk di kursi menikmati ruang ber-AC nyatanya tak seperti apa yang mereka bayangkan.
"Arsyad,"
Sapaan di sertai senyuman manis itu berhasil membuat sang pemilik nama tersenyum lebar bak mentari pagi.
"Mau masuk ruangan bareng?" tawarnya yang di tanya hanya mampu menganggukkan kepalanya.
Mereka masuk ke lift Arsyad menekan tombol angka 9 entah mengapa pagi ini bagi Aluna terasa canggung dan entah mengapa yang matanya merasa Arsyad pagi ini terlihat sangat sempurna walaupun hanya mengenakan kemeja kotak-kotak berlengan panjang yang mana bagian tangannya ia gulung keatas sedikit. Di tambah dengan kartu identitas karyawan yang menggantung di lehernya.
Omaygat! Arsyad menyadarinya bisa terlihat bukan dari senyum devilnya.
"Kenapa?"
"Enggak apa-apa,"Fiuh beruntung di dalam lift hanya berisikan dirinya dan Arsyad saja. Melihat Aluna yang salah tingkah entah di karenakan apa, tangannya merengkuh pundak sempit Aluna berhasil membuat jantung sang empuh berdisko ria.
"Jantung aku," kata Aluna berhasil membuat Arsyad menatapnya khawatir.
"Kenapa?"
"Serasa mau copot,"
"Karena?"
"Kamu," katanya di sertai cengengesan.Ting belum sempat bicara keburu pintu lift terbuka terpaksa mereka mengakhiri acara kecanggungan itu.
Arsyad tersenyum seraya menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, ia pun sama entah mengapa pagi ini terasa nervous. Keduanya berjalan bersama memasuki ruangan kerja mereka belum sampai di ambang pintu Kenan menghampiri keduanya.
"Aluna,"
"Pak Kenan," katanya seraya menatap gugup. Kenan terdiam sesaat seraya menatap intens Arsyad.
"Kalian?" ucapnya.
"Ah, Halo Pak Kenan perkenalkan saya Arsyad dari tim pak Rio." katanya seraya mengulurkan tangannya.
"Kenan," katanya seraya menerima uluran tangan dari Arsyad.
"Kalian saling kenal?" tanyanya kembali.Arsyad terdiam ia bingung harus menjawab apa, "Oh, iya pak Kenan aku dan Arsyad memang saling kenal kita satu kampus ya kan?" ujarnya.
"Ah, iya kita satu kampus hanya saja Aluna terlalu hebat saya sampai tertinggal jauh dengannya," Aluna tersenyum manis mendengar pengakuan Arsyad.
"Oh, Ah iya. Aluna ada yang mau saya bicarakan dengan kamu bisa ikut saya sebentar?" ujar Kenan.
"Baik Pak," jawabnya.Arsyad geram melihat kedua punggung itu yang kian semakin menjauh dari pandangannya. Menganggu kemanisan di pagi harinya bersama orang tercintanya kini ia pun merasa jijik setelah bersalaman dengan seorang Kenan.
Ah sudahlah!
***
Kepalanya terasa penat melihat berkas-berkas yang ada di depan matanya pak Rio benar-benar menyebalkan dia memberikan tugas yang menurutnya lumayan rumit untuk seorang pemula seperti Arsyad. Bagaimana caranya ia menyelesaikan pembuatan perancangan presentasi untuk esok hari.
Sial, kenapa otaknya sangatlah bodoh.
Bukan hanya itu Arsyad pun kesal karena para karyawan yang satu tim dengannya tak ada satupun yang care sekedar untuk membantunya, mereka sibuk masing-masing dengan tugasnya.
"Arsyad, bagaimana untuk bahan presentasi besok?" astaga suara Pak Rio berhasil membuat seorang Arsyad terkejut.
Rio menatap Arsyad sebal karyawan magangnya satu ini benar-benar bodoh atau bagaimana membuat bahan untuk presentasi saja tidak bisa padahal ia sudah memberikan materi dan penjelasan semuanya terhadap apa yang harus di sampaikan untuk presentasi besok.
"Kamu ini gimana sih? Coba saya lihat, mana hasilnya," tanya Rio seraya melihat laptop Arsyad yang masih kosong.
"Ya ampun Arsyad saya hanya menyuruh kamu untuk membuat bahan presentasi. Apa segitu sulitnya sampai belum ada satupun yang kamu selesaikan?" katanya berhasil membuat tim sebelah memperhatikan keduanya.
"Ya maaf Pak,"
"Maaf aja enggak cukup, saya enggak mau tahu besok materi bahan untuk presentasi harus siap," ujarnya kembali selepas itu meninggalkan Arsyad sendirian di mejanya.
Suara Rio yang menggelegar berhasil membuat Arsyad menjadi bahan omongan tim sebelah alias tim Kenan. Bahkan sekarang Aluna hanya bisa terdiam menatap Arsyad dari kejauhan, ingin rasanya ia membantunya tapi apalah daya mereka tidak satu tim bersama.
"Hm.. kasihan euy cogan kesayangan lobitu di marahin bantuin sana," kata Rini pelan.
"Pengennya sih gitu," jawab Aluna.
"Sabar ya," katanya seraya menepuk-nepuk pelan bahu Aluna.
Terlalu penat dengan pikirannya di jam istirahat kantor kali ini seorang Arsyad memutuskan waktunya untuk makan di warung dekat kantor, ingin rasanya ia juga ikut gabung dengan karyawan lain makan di cafetaria dekat kantor tapi sayang kantongnya tak memadai.
Wah, ternyata di warung biasa dekat kantor pun banyak pula karyawan yang makan di tempat seperti ini. Sedang asyik menikmati makanannya seketika matanya terkesima melihat wanita cantik yang duduk di sebelahnya, wanita cantik itu bukan Aluna melainkan wanita lain.
"Hai, boleh gabungkan? Meja disana penuh semua," katanya seraya tersenyum malu.
"Boleh," jawab Arsyad.
"Akhirnya bisa makan juga," katanya seraya menyatap makanannya.
Merasa di perhatikan oleh seseorang di sampingnya, ia langsung menatapnya heran. "Kenapa? Ah, ya ampun aku lupa menawarkan. Kamu mau enggak?" katanya menatap Arsyad.
"Makasih, aku punya makanan sendiri." ucapnya.
"Oh iya kita belum sempat berkenalan, kenalin namaku Kathrine nama kamu siapa?" tanyanya balik.
"Arsyad,"
"Hai Arsyad salam kenal ya," katanya yang di balas anggukan seraya senyuman dari Arsyad.
Di sela-sela makan terjadilah obrolan diantara mereka. Bahkan sesekali Arsyad menawarkan minuman dan Kathrine menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Girlfriend (END)
RomanceKehidupan Aluna dengan kekasihnya berbanding balik semuanya bisa ia miliki mulai dari karir, cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Berbeda dengan kekasihnya Arsyad pria itu harus menerima kenyataan mengenai dirinya yang sekarang menjadi s...