06

229 35 4
                                    

"Langsung pulang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Langsung pulang?"

"Iya."

"Bareng gue nggak?"

Sean mengangkat wajahnya, menatap lurus manik mata Sergio yang masih anteng duduk di kursi depannya. "Dijemput Saga."

Sergio melirik jam tangannya. "Udah jam setengah sembilan. Masih lama nggak dia? Kalo iya, balik sama gue aja lah. Sekalian gue juga mau minta ajarin Kimia sama lo."

"Ngapain sih minta ajarinnya ke gue? Gue tuh kalo nyampe rumah udah males buka buku. Maunya tidur. Lagian, tadi kan udah dijelasin sama guru lesnya—"

"Gue dua jam duduk manis merhatiin guru les ngejelasin——nggak ada satu kata pun yang nyangkut. Apaan tuh sistem periodik, notasi atom, struktur elektron. Baru pertama kali denger gue, Kak. Berasa lagi ngomong bahasa planet lain yang nggak gue ngerti. Lo kan tau gue anak SMK, mana pernah belajar begituan." Sergio memotong perkataan Sean dengan nada setengah frustasi. Kalau bukan karena mamanya yang memaksa, mana mau dia ikutan les SBMPTN tiap hari Selasa-Kamis bersama anak-anak SMA. Untung dia satu kelas dengan Sean, sebenarnya Saga juga ikut kelas ini, tapi dia lebih senang bolos.

"Ya siapa suruh masuk SMK."

Sergio menghela napas. "Biar nggak pusing belajar. Tapi kalo tau nyokap tetep ngebet banget gue kuliah gini sih mending masuk SMA aja sekalian."

Sean mengangguk. Sok prihatin. "Penyesalan emang selalu datang terakhir."

"Jadi, ajarin gue ya? Gue nggak paham banget, sumpah. Udah mana cara ngajar gurunya cepet banget. Gue belom ngerti bab awal, eh dia udah lanjut buka bab baru."

"Salah lo. Materi konfigurasi kan udah dibahas habis pas Kamis minggu kemarin. Siapa suruh lo nggak les, malah bolos nongkrong bareng Saga. Hari ini kenapa les? Tumben. Biasanya Saga nggak les, lo juga ikut-ikutan."

"Adek lo pengkhianat! Katanya hari ini les, tapi mana?!"

"Kok lo jadi marah-marah ke gue?"

Sergio cengengesan. "Kelepasan."

"Si Saga kemana sih lagian? Gue chat, nggak dibales."

"Dibilang, bareng gue aja hayuk. Kelas udah sepi banget gini."

Sean melirik sekitar. Benar aja, di dalam ruang les itu hanya tersisa Sergio dan dirinya. Sean jelas heran. Seingatnya, tadi masih banyak orang.

"Buru, Kak, nanti gue ngantuk."

"Yaudah, yuk."

*

Sergio tidak berbohong mengenai omongannya yang minta diajari pelajaran Kimia. Cowok bermata sipit itu dengan tenang mendengarkan setiap perkataan yang keluar dari mulut Sean. Kadang bertanya mengenai bagian-bagian yang masih belum dipahami, meski sebenarnya kalau boleh jujur, Sergio nggak paham semuanya, tapi sedikit demi sedikit obrolan mereka mulai nyambung.

Kak SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang