12

126 28 2
                                    

Soal apa yang diomongin Asa malem itu, Sean nggak begitu mikirin dan nggak mau bahas masalah kecil itu jadi serius sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Soal apa yang diomongin Asa malem itu, Sean nggak begitu mikirin dan nggak mau bahas masalah kecil itu jadi serius sih. Tapi, besoknya, ternyata Mika yang bahas duluan, mancing emosi Sean. Bikin Sean mau nggak mau jadi bales omongan Mika. Awalnya Mika cuma nanya gini:

"Kamu semalem kemana?"

Sean nggak mau bohong. "Jalan."

"Oh. Sama Adrian anak SMK?"

"Iya. Kok kamu tau?"

Mika diam sebentar. "Adrian update story tas cewek. Terus, aku hafal itu tas yang kamu punya."

"Kalo kamu, semalem kemana?"

"Aku belajar di rumah."

"Oh. Aku kira jalan juga sama cewek lain ke mall." Sean menarik ujung bibirnya, menciptakan seringai tipis sambil terus menatap lurus bola mata Mika yang membesar.

"Kamu sengaja nanya gitu? Mau ngetes aku?"

"Loh, kamu duluan."

"Kamu nggak bisa marah ke aku, Sean. Kamu juga jalan sama cowok lain tuh."

Sean mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya mukaku ada nunjukkin kalo aku lagi marah?"

"Terus kenapa kamu diemin aku seharian ini?"

"Biasa aja."

"Kalo biasa aja, kamu harus pulang bareng aku sekarang."

"Kalo aku nggak mau?" tanya Sean menantang.

"Kamu kenapa sih? Masih marah karena aku ambil kuliah di luar negeri?"

Sean mendesah kesal. "Aku marah karena kamu jalan sama CEWEK LAIN di belakang aku, Mik!"

"Kamu juga jalan sama Adrian di belakang aku!"

"Aku sama Adrian itu temen!"

"Aku sama Dea juga temen!"

"Beda!"

"APA BEDANYA?!!"

"BEDANYA AKU NGGAK BOHONG PAKE ALESAN BELAJAR PADAHAL LAGI SENENG-SENENG DI MALL!!"

"Aku—"

"Kak Mika, bisa anterin aku pulang nggak?"

Tiba-tiba satu cewek dengan tinggi badan yang nggak main-main datang. Cewek yang kemarin malam Sean liat jalan berdua sama Mika di mall.

Sean menatap cewek yang diketahui bernama Dea itu dari atas sampai bawah. Berkali-kali. "Satu sekolah sama kita?"

"Sean—"

"Lo tau nggak kalo cowok yang jalan berdua sama lo semalem itu pacar gue?" tanya Sean pada Dea.

Mika menarik bahu Sean agar menghadap lurus kepadanya. "Dea nggak salah."

Sean menepis tangan Mika. Kembali menghadap Dea. "Siapa yang ngajakin?"

"Saya, Kak," jawab Dea berani.

Sean menoleh pada Mika. "Terus kamu mau?"

"Ada buku yang harus aku beli, jadi aku terima ajakannya."

"Kenapa nggak ajak aku?!"

"Kan kamu tau kalo kita lagi ada masalah!"

Sean memicingkan matanya. "Jadi kamu jalan sama dia dengan keadaan kita yang lagi ada masalah?! Bisa-bisanya ya!"

"Bisa nggak sih kamu dengerin aku?! Bisa nggak kamu jangan kayak anak kecil?! Bisa nggak kamu jangan marah-marah terus?!" Mika hilang kendali.

"Apaan nih rame amat."

Ariel datang menghampiri mereka bertiga. Ternyata ketiganya sudah menjadi tontonan publik di parkiran.

Sean, Mika, dan Dea nggak ada yang mau jawab pertanyaan. Lalu, Ariel menunduk, melihat Sean yang kini matanya sudah berkaca-kaca. Ariel udah tau kalo dua sejoli itu—Sean dan Mika— lagi ada masalah, soalnya Sean tuh uring-uringan gitu kalo lagi di rumah. Tanpa bertanya lagi, Ariel langsung paham situasinya. Meski nggak 100% karena Ariel juga nggak tau kenapa ada cewek lain diantara Sean dan Mika saat itu.

"Mau pulang sama gue, Kak?" tawar Ariel karena dia tau Sean lagi nggak bawa kendaraan, dilarang sama Saga karena kondisi Sean lagi begini, takutnya nggak fokus terus terjadi hal yang nggak diinginkan. Saga juga tadi lagi ngurus perlengkapan buat foto BTS, soalnya Saga ketua pelaksananya. Jadi udah dipastika Sean belum tau mau pulang sama siapa. Ariel nggak akan menyia-nyiakan keadaan, tentu aja.

Mika jadi emosi tingkat dewa pas ngeliat muka Ariel, udah gitu ngajakin pulang bareng lagi, di mana posisinya Mika lagi mau ngajakin Sean balik bareng juga. Bukan tanpa sebab Mika emosi, Mika tuh tau banget Ariel udah suka Sean dari jaman jebot, anak Produce X 101 tau semua juga tentang berita ini, orang anaknya gacor, gengnya apalagi. Segitu udah jadian sama Mika juga kadang Seannya masih sering digodain.

"Sean pulang sama gue," kata Mika yang nggak ditanggapi oleh Ariel.

"Mau pulang nggak, Kak?" tanya Ariel sekali lagi.

Mika mendorong bahu Ariel menjauh dari badan Sean. "Gue bilang, Sean bakal pulang sama gue."

"Sean ada bilang mau sama lo?" ejek Ariel membuat Mika makin kesal.

"Gue pacarnya."

"Buat apa pacaran tapi nyakitin terus."

"Lo nggak tau apa-apa diem!"

"Sekarang kita tanya aja deh ke Seannya langsung." Ariel mengusap bahu Sean, menyadarkan Sean dari lamunannya. "Kak, lo mau pulang sama siapa?"

Sean tersentak, lalu menjawab lirih. "Sama lo, Riel."

"SEAN!"

Mika berteriak frustasi, sementara Ariel tersenyum kemenangan.

"Karena Kak Sean udah sama Kak Ariel, berarti kita pulang bareng kan, Kak?" tanya Dea.

Sean ketawa ngedengernya, tapi ketawa sumbang hawa pengen nangis yang udah di tenggorokan. "Anterin aja. Gue sama Ariel." Abis itu pergi ke arah motor trail Ariel.

O-ow. Ngomongnya udah pake 'gue'.

Mika diem. Masih gapercaya sama apa yg barusan dia denger. Hal itu dimanfaatkan oleh Ariel untuk kabur. Ariel menepuk-nepuk lengan Mika, lalu berkata,

"Satu-satu, bro. Jangan serakah."

Setelahnya pergi mengikuti Sean.

Kak SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang