*Ngerasa bersalah*

56 15 12
                                    

*

*

*

Aline ada kelas pagi ini, nanti sekitar pukul sepuluh pagi namun ia juga tak kunjung bangun dari tidur nyenyaknya. Tubuhnya masih bergelayut manja di tempat tidur itu. 

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Gibran sudah bangun lebih awal. Seperti biasa papa dan mamanya sudah berangkat kerja dari tadi pagi.

Gibran yang menyadari bahwa Aline tak kunjung keluar dari kamarnya, membuatnya memutuskan untuk melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar Aline.

Tangannya mulai membuka pintu kamar itu. Dugaannya benar bahwa wanita itu masih berkelana dengan mimpinya.

Gibran berjalan mendekat ke arah Aline, mulai memandang wajahnya dari dekat, perlahan senyum itu terbit di wajah tampannya.

Cantik.

"Lin, bangun",

Aline tak merespon sama sekali.

Merasa tidak mempan, tangannya terulur untuk mencubit hidung Aline agar ia tak bisa bernafas dan segera membuka matanya.

"Bangun goblok, udah pagi",

Mendapat serangan seperti itu, perlahan Aline membuka matanya.

"Apaansih gangu banget deh lo", ujarnya sambil membelakangi Gibran lalu lanjut menutup mata kembali

Sesuatu yang tak terduga terjadi, Gibran menggendong Aline menuju kamar mandi. Membuat suasana yang sebelumnya hening menjadi ricuh.

"Lo mau ngapain? gak usah macem-macem! sementang lo majikan gue, lo gak bisa seenaknya kaya gini Ran! lepasin gue!", ucapnya ketika tau bahwa Gibran sedang membawanya ke kamar mandi.

"Berisik, otak lo apa gak bisa mikir yang baiknya aja",

"Bangsat!",

Gibran mulai menurunkan Aline saat mereka sudah sampai di kamar mandi.

"Cepetan mandi, gue tunggu lo di dapur",

Gibran beralan pergi meningggalkan Aline dengan wajah kesalnya yang masih setia menghiasi wajah cantiknya, meninggalkan Aline dari umpatan yang tak kunjung berakhir dari bibirnya yang indah itu.

Merasa kesal, Aline mulai membanting pintu itu dengan kerasnya. 

Apes banget gue jumpa orang kaya dia

Cukup lima belas menit Aline membersihkan tubuhnya, bahkan sekarang ia telah siap dengan setelan simplenya dengan menambahkan sedikit liptint pada bibirnya yang terlihat pucat.

Perlahan langkahnya mulai berjalan menuju dapur, Gibran sudah siap dengan masakannya, pria itu tampak sedang sibuk menyiapkan segalanya di meja. Sadar akan keberadaan Aline, Gibran mengehntikan sebentar kegiatannya.

"Makan", 

Aline mendengus mendengarnya.

Gak bisa apa romantis gitu kalo ngajak makan? ngakunya pacar tapi juga menjelma sebagai majikan, pantas aja dia kaya gitu.

"Lo yang masak?", kata Aline berbasa-basi agar tak terlihat canggung

"Mata lo nggak buta kan?", 

Gibran duduk berhadapan dengan Aline, tangannya tergerak untuk mengambilkan nasi buat wanita itu.

"Thanks",

"Lo gak kuliah?", tanya Gibran saat mereka sedang menikmati makanan itu

Aline mengangguk dengan cepat

GibranalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang