*Horror Dinner*

31 12 38
                                    

"Tanpa di duga, kau berhasil membuatku merasa bahagia. Hanya perlakuan sederhana namun cukup membuatku tersenyum penuh makna. Tetaplah disini, jangan pergi. Kelak hati ini kembali mati"

*

*

*

Gibran benar-benar membelikan Aline eskrim vanila yang dimintanya. Gibran keluar berjalan menuju supermarket yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah Aline. Tak butuh waktu lama, Gibran sudah kembali dengan satu kantong plastik yang berada di genggaman tangannya.

Aline yang sedari tadi menunggunya sambil menonton tv, seketika matanya langsung berbinar mendapati beberapa eskrim vanila yang diberikan Gibran untuknya.

"Ran", 

"Hmm"

"Kok cuma tiga?" keluhnya saat tangannya mulai membuka salah satunya

"Terus mau berapa?"

"Satu kardus boleh gak?"

Gibran menatap Aline sebentar kemudia beralih sambil menggeleng

"Gak boleh banyak-banyak, ntar sakit"

Aline menghembuskan nafasnya pelan

"Kan kalo sakit bisa minum obat"

Sementara Gibran yang tengah menikmati tontonanannya, perlahan matanya kembali menatap Aline dengan lekat.

"Pernah denger gak kalo mencegah itu lebih baik dari pada mengobati, hmm?"

Aline menundukkan kepalanya saat Gibran mulai menatapnya seperti itu

Perlahan Gibran menangkup wajah Aline, memaksanya untuk membalas tatapan yang ia berikan

"Apapun itu, gue gak mau lo sakit. Gue gak suka sama rasa takut"

"Maksudnya? lo takut kalo gue sakit?" tanya Aline yang sedang berusaha mengontrol detakan jantungnya

"Iya, gue takut. Jadi nurut sama gue ya?"

Gibran menatap Aline dengan dalam, melihat Aline layaknya sebagai pria yang takut wanitanya kenapa-napa.

Melihat tatapan Gibran yang seperti itu membuat Aline menganggukkan kepalanya. Menyetujui dan menerima permintaan Gibran.

Gibran tersenyum saat Aline mulai menganggukkan kepalanya, tanpa diduga bibir pria itu berhasil mendarat di keningnya.

Cup!

Gibran mencium kening Aline cukup lama.

Seperti tersadar akan sesuatu, Aline berusaha mejauhkan dirinya dari Gibran namun pria itu malah memluk Aline dengan cepat, membawa Aline kedalam dekapannya.

"Ran"

"Bentar aja"

"iya tapi in-

"Ssst, gue gak bakal macem-macem, gue cuma mau peluk doang"

"Iya tapi ini eskrimnya kena baju lo bego" jelas Aline yang sudah berhasil melepaskan pelukan pria itu

Mata Gibran tertuju pada bagian baju yang terkena eskrim itu, sementara kedua tangan Aline sudah mulai sibuk membersihkan sisa eskrim di bajunya.

"Makanya gak usah sembarangan peluk-peluk"

Gibran nyengir sambil menyingkirkan rambut Aline yang menganggu penglihatannya.

"Gue sayang sama lo" celetuknya tiba-tiba 

Telinga Aline pura-pura tak mendengar penuturan Gibran barusan, dirinya kembali gugup saat Gibran melontarkan kata itu.

GibranalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang