*Doi Manja*

66 16 6
                                    

Aku terbangun saat pintu kamarku di ketuk oleh mama. Bibirnya tak akan pernah berhenti memanggil sebelum aku benar-benar terbangun dan menjawab panggilannya. Aku membuka mataku malas. Rasanya aku hanya ingin di kamar saja satu harian ini. Tak ingin melakukan apapun termasuk menuruti perintah pria nyebelin itu.

Siapa lagi kalau bukan Gibran.

"Aline!", 

Teriakan mama semakin deras memanggil namaku.

Aku bangun. Menjawab panggilan mama.

"Iya ma, Aline udah bangun. Diem deh.", ujarku sedikit kesal pada mama

"Kamu lupa kalo kamu ada janji dengan pacar kamu? Dia udah datang tuh, Cepetan mandi.", 

Mendengar perkataan mama, kantukku hilang seketika. Mataku melotot sebagaimana mestinya.

Aku membuka pintu kamarku. Hendak bertanya pada mama.

"Mama serius? Gibran udah datang?",

"Udah. Kamu cepetan sana deh mandi. Gak enak mama sama dia udah lama nungguin kamu. Lagian mama juga malu punya anak gadis tidurnya kaya kebo.",

Setelah mengatakan itu, mama beranjak pergi meninggalkanku yang masih mematung. Seolah membenarkan perkataan mama perihal diriku yang seperti kebo.

Tak ingin membuang-buang waktu, aku segera membersihkan tubuhku. Pria itu benar-benar menepati perkatannya. Dia benar-benar datang tepat pada pukul 7 pagi.

Aku sudah siap dengan diriku. Hanya memakai baju kaos warna pink serta celana pendek berwarna hitam. Sedikit memoleskan bedak dan juga liptint untuk bibirku yang terlihat kering. Aku mengikat asal rambutku. Lalu segara pergi meninggalkan kamar tercinta ini untuk pergi menemui pria itu.

                                                                                             ******

"Kita mau kemana?", Tanyaku ketika kami telah berada dalam mobil

"Rumah",

"Rumah siapa?",

"Rumah hantu",

Mendengar jawabannya membuatku sontak memukul lengannya.

"Nggak! gue gak mau.", tolakku dengan tegas.

Dia tertawa. Terlihat tampan sekali.

"Ke rumah gue Aline.", jawabnya yang mulai melembutkan gaya bicaranya yang sebelumnya terdengar ketus.

Aku mengedipkan mataku berulan-ulang. Merasa gugup hanya mendengarnya yang berbicara seperti itu.

NGGAK ALINE, LO NGGAK BOLEH BAPER!

"Lagian punya otak kok bego banget",

Tidak butuh waktu lama, dia telah kembali pada sifat awalnya.

"Perasaan gue mulu yang lo bego-begoin", ujarku kesal tak mau menatapnya.

Dia tak membalas perkataanku. Melainkan tangannya mulai tergerak mengacak-acak rambutku. Perlahan tapi pasti, sentuhan yang di berikannya mampu membuat pipiku memerah seketika. Tak ingin sebenarnya, namun aku juga tidak tahu mengapa mudahnya itu terjadi.

Sial. 

Bahkan sama pacar-pacar gue yang dulu, gak pernah se-baper ini.

Kami benar-benar berhenti tepat berada di depan rumahnya. Aku yang masih kesal padanya tak ikut turun bersamanya. 

Tak lama, pintu mobil ini terbuka, menampilkan sosok tampan yang menyebalkan ini. Tangannya terulur ingin menyambutku.

Aku masih tetap pada diamku.

GibranalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang