*Secreet Room*

56 15 19
                                    

*

*

*

"Aqsa!",

Aku kembali terkejut mendapati Aqsa yang tiba-tiba hadir di sini. Kalau saja pria ini hadir di kamarku, keterkujatanku tak mungkin separah ini. Sudah tiga hari ini aku tak bertemu dengannya, terkahir kali pria ini memakai baju yang berwarna hitam dan sekarang tetap memakai warna hitam.

Aqsa gak punya baju kali ya? hitam mulu warnanya.

"Kok bisa disini?", tanyaku pelan yang tak ingin mengganggu tidurnya Gibran

Aqsa tersenyum lebih ke nyengir. Harusnya aku paham seberapa kali pun aku bertanya, pria ini juga tak ingin menjawabnya.

"Lo mantan maling?",

"Kok nanya nya gitu?",

"Tanda-tanda lo mau masuk kerumah itu gak ada Aqsa. Kaya maling tau gak. Tiba-tiba udah dirumah orang aja", 

"Ya kan karna aku juga orang Lin, masa iya aku masuk ke kandang monyet",

"Sinting", umpatku yang hanya dibalas cengiran olehnya.

Kedua kakiku semakin pegel karna masih menjadi tumpuan kepalanya Gibran. Aku tak tega jika harus membangunkannya untuk tidur dengan benar, jadi aku putuskan untuk memindahkan kepalanya dengan pelan yang langsung aku letakkan bantal dibawah kepalanya.

"Lin, ikut aku yuk", ajak gibran padaku yang sedang meluruskan kaki

"Ke mana?",

"Taman belakang",

Aku mengernyitkan dahiku pertanda bingung. Mendengar Aqsa mengatakan itu, tingkat penasaranku pada sosok pria ini semakin membara.

"Kok lo tau dirumah ini ada taman belakangnya?",

"Tadi sebelum aku nyamperin kamu, aku ngelilingi rumah ini dulu. Makanya aku tau", 

Aku mencari kebohongan dimatanya namun aku tak menemukan kebohongan itu disana. Tapi tetap saja aku harus mewaspadai pria yang sekarang statusnya sudah menjadi temanku saat ini.

"Lo jujur sama gue, lo gak ada niatan untuk ngambil barang-barang yang ada dirumah ini kan?",

"Tampang aku memangnya tampang-tampang kriminal ya?",

"Enggak gitu sih cuma kan walaupun lo ganteng, gak nutup kemungkinan juga lo bisa berbuat jahat",

"Oh aku ganteng, Makasih Aline", ucapnya sambil menampilkan senyuman khasnya.

Melihat itu aku sepertinya ingin menarik kata-kataku kembali.

"Nyesel gue, yaudah yuk",

Aku dan Aqsa mulai melangkahkan kaki berjalan menuju taman belakang, hendak menyusuri kembali ruangan-ruangan yang menuju ke taman belakang. 

Namun langkahku terhenti ketika suara Gibran terdengar memanggilku.

Aku tak berbalik, masih berdiri di tempat yang jaraknya sedikit jauh darinya.

"Lin", ucapnya yang terdengar parau.

"Iya Ran", balasku menahan kegugupan karna takut bahwa Gibran akan menemukan aku yang tengah bersama Aqsa disini.

"Mau kemana?",

"Dapur Ran, gue haus", ujarku berbohong

"Nanti kalo mau pulang banguni gue, biar gue anter",

"Ok",

Setelah ku rasa tak ada lagi suara Gibran yang terdengar, aku dan Aqsa kembali berjalan. 

GibranalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang