*Kekhawatiran Aline*

56 14 16
                                    

*

*

*

Aline Pov

Sudah hampir satu minggu aku berkerja dengan pria itu, sedikit aku temukan perubahan pada dirinya. Pria itu sudah tak terlalu dingin dan kaku lagi padaku, bahkan sekarang, dia lebih sering memberikanku senyuman tampannya yang dulu hampir tak pernah aku lihat.

Berbicara masalah Gibran, pikiranku kembali pada Aqsa, sudah tiga hari ini aku tak pernah melihatnya, biasanya pria itu selalu setia berada di kamarku.

Hari sudah pagi, dan aku masih dirumah sambil asik menonton tv. Tak ada perintah yang aku dapat dari Gibran, makanya aku masih bisa bersantai di rumah. Namun saat aku sedang asik menikmati film itu, handphone ku berdering, tapi bukan Gibran yang memanggilku dan ternyata itu Noah. 

Darahku membeku seketika. Ketakutan itu bahkan masih ada. 

Perlahan keringat mengucur deras dari dahiku.

Aku memutuskan untuk mengangkatnya.

"Ha-al-llo", sapa ku dengan suara gemetar

Telinga mendengar ada suara perempuan disana yang tengah menjerit memanggil namaku. Aku tanda akan suara itu.

Dia Kania.

"Pagi sayang, kamu pasti tau dong ini suara siapa",

Aku terdiam membisu. 

"Aline tolongin gue!"

Teriakan wanita itu semakin jelas terdengar, membuatku takut akan apa yang terjadi pada wanita yang tak ada masalah apapun dengan pria brengsek ini.

"Noah lepasin Kania!",

Pria itu tertawa dengan tawa liciknya. aku benar-benar menyesal telah mengenal pria ini.

"Gak segampang itu sayang, kalo lo mau Kania gue lepasin, lo harus jumpai gue disini. Jangan bawa siapa-siapa cukup lo sendiri. Gimana?",

Tanpa berpikir panjang, aku langsung menyetujui permintaannya.

"Ok, share lokasi lo biar gue kesana sekarang",

"Gue tunggu",

Noah langsung mematikan sambungan itu. Aku tak mungkin bisa melawan pria itu sendiri, tapi Kania juga lagi dalam bahaya. Seketika pikiranku mulai menuju ke Gibran. Tak memperlama waktu, aku segera menghubunginya.

"Ya Lin, kenapa?",

"Ran, please tolongin gue",

"Lin, are you ok? kenapa?" terdengengar nada khawatir dari nada bicaranya

"Kania, Kania dalam bahaya, dia diculik Noah dan tadi Noah hubungi gue terus nyuruh gue datang ke tempat dia kalo mau Kania selamat, masalahnya, gue gak akan mungkin mampu melawaan Noah Ran dan-

"Kita pergi, tunggu disitu gue bakal datang",

Sambungan iu terputus. Pikiran dan hatiku semakin tak tenang. Lelaki itu benar-benar jahat. Harusnya aku tau bahwa dia memiliki jiwa psikopat.

Hanya butuh waktu sepuluh menit aku menunggu Gibran dan sekarang dia telah berada di hadapanku saat ini.

"Ran cepet, kita gak punya banyak waktu. Kita pergi ke tempat ini", ujarku sambil memberitahu Gibran tentang lokasi yang barusan dikirim Noah.

Gibran tak berkata-kata, pria ini langung melajukan mobilnya dengan sangat cepat.

Tak ada percakapn diantara kami, pikiranku masih berkelana tentang Kania. Memikirkan tentang apa yang tengah Noah lakukan padanya.

GibranalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang