🎹 USE YOUR EARPHONE/HEADPHONE. THEN, ENJOY IT 🎹
🌌🌌🌌
"AWASS!!!!!"
Seseorang berlari, memeluknya hingga keduanya terguling bersamaan. Tubuh mereka terbanting, kepala mereka terbentur, menciptakan aliran cairan kental kemerahan di pelipisnya. Tubuh mereka tergores, akibat bergesekan dengan aspal yang kasar. Keduanya tergeletak begitu saja di tengah jalan, membuat beberapa kendaraan akhirnya berhenti.
Jungkook membuka matanya perlahan, pandangannya begitu buram. Yang ia lihat sebelum matanya kembali tertutup adalah, seorang gadis yang juga terbaring lemah diatas lengannya, dengan darah yang mengucur di pelipis gadis itu. Gadis itu menatapnya dengan cemas, dan kalimat terakhir dari bibir gadis itu yang Jungkook dengar secara samar,
"Kau baik-baik saja?"
Setelah itu, matanya benar-benar terpejam.
Disebelahnya, seorang gadis dengan mata yang berkaca-kaca, menatap Jungkook yang sudah tidak sadarkan diri dengan cemas. Ia menepuk pipi Jungkook lembut. "K... kumohon... bangunlah sebentar...." Ucapnya lirih. Ia menggigit bibirnya, menggoyangkan tubuh Jungkook dengan sisa tenaga yang dimilikinya, namun tetap. Tubuh Jungkook tidak merespon.
Hingga beberapa orang pada akhirnya turun dari mobil mereka, mengerumuni gadis itu dan juga Jungkook.
"To.... tolong kami....." Gadis itu menatap orang-orang dihadapannya satu per satu dengan pandangannya yang sudah buram.
"He... hey! Kau baik-baik saja?! Angkat dia! Bawa ke rumah sakit!"
"Tolong selamatkan dia dulu.... dia... sudah tidak sadarkan diri." Gadis itu memaksakan dirinya untuk bangkit, namun tetap. Kepalanya terlalu pusing untuk berdiri.
"Cepat angkat dua-duanya! Bawa ke rumah sakit!"
Gadis itu sempat menatap Jungkook sebelum dirinya di bawa oleh seorang pria paruh baya. Ia memejamkan matanya rapat-rapat, menggigit bibirnya, hingga air matanya perlahan menetes, "kumohon... jangan mati....
Jeon Jungkook...."
.
.
Mata gadis itu perlahan terbuka, tubuhnya terasa nyeri, kepalanya terasa sakit. Ia memegang kepalanya. Sebuah perban sudah terbalut di kepalanya. Sepertinya ia tidak sadarkan diri sejak tadi.
Seorang suster menghampirinya dengan terengah. "Dok, dia sudah sadar!"
Gadis itu mengedarkan pandangannya. Hanya dirinya, dan orang-orang yang tak dikenal disana. Lalu.... dimana pemuda itu? Mata gadis itu membola, ia segera melepaskan infus yang menempel di lengannya,
"Hey! Hey! Kau mau kemana? Kau belum sepenuhnya pulih!"
"O... orang yang kecelakaan bersamaku.... dimana? Laki-laki! Dimana dia?!"
"Yang kecelakaan bersamamu?" Suster itu mengernyit.
Gadis itu mengangguk, menatap sang suster dengan cemas. "Kumohon... dimana dia?"
"Dok, adakah orang lain yang kecelakaan barusan bersama gadis ini?"
"Oh? Seorang laki-laki?"
Gadis itu mengangguk mantap.
"Dia berbeda ruangan denganmu karena lukanya sangat parah."
"Apa?! D.... dimana ruangannya? Aku ingin kesana!"
"Tapi kau sendiri belum pulih!"
"Aku baik-baik saja!" Seru gadis itu. Bohong. Ya, bohong. Padahal kepalanya masih terasa sangat nyeri. "Beritahu aku dimana dia!"
"Ruangannya tidak begitu jauh disini. Lurus, kemudian belok kanan. Dua kamar dari situ."
"Terima kasih!"
Gadis itu tidak peduli seberapa nyeri di kepalanya. Tidak peduli seberapa perih luka-luka di tubuhnya. Tidak peduli dengan beberapa bagian kausnya yang robek akibat gesekan saat terjatuh. Yang terpenting, sekarang ia ingin melihat kondisi pemuda itu. Ia ingin melihat kondisi Jeon Jungkook.
Gadis itu berdiri di sebuah ruangan berpintu cokelat. Dengan jendela kecil yang berada di bagian tengah pintu itu. Ia sedikit berjinjit, ingin memastikan benarkah yang didalam sana adalah orang yang ia cari? Mata bulatnya melebar ketika melihat bahwa pemuda itu benar-benar disana.
Baru saja ia akan membuka knop pintu,
"Anakku!"
Gadis itu tersentak. Seorang wanita paruh baya bersama dengan seorang pria disebelahnya berlari dengan tergopoh-gopoh. Sepertinya itu keluarga Jungkook. Maka, gadis itu bergeser, membiarkan wanita dan pria itu membuka pintu ruangan. Sebelum pintu kembali tertutup, gadis itu sempat melihat Jungkook terbaring lemah disana. Dengan suara mesin detak jantung yang berbunyi normal.
Gadis itu tersenyum. Setidaknya ia tahu kalau pemuda itu masih selamat.
🌌🌌🌌
Beberapa hari setelahnya.....
"Ah, kau masih belum sadarkan diri ya." Gadis itu kembali, saat ini keadaannya sudah membaik. Perban di kepalanya sudah diganti oleh plester. Tubuhnya juga tidak sesakit beberapa hari yang lalu. Dan saat ini, gadis itu kembali, mengunjungi Jungkook ketika tahu kalau pemuda itu sedang koma.
Sebenarnya, ini sudah kedua kalinya ia pergi mengunjungi Jungkook disaat tidak ada keluarga atau teman pemuda itu yang menemaninya.
Gadis itu menatap wajah Jungkook. Kepala pemuda itu masih dibalut perban. Pipi kirinya terdapat goresan. Sudut bibirnya juga masih terluka. Kakinya dibungkus oleh gips. Luka pemuda itu memang lebih parah darinya.
Ia ingat, disaat ia berusaha menyelamatkan Jungkook, pemuda itu malah membalikkan badannya, memeluknya dengan erat, hingga ketika terjatuh, tubuh Jungkook yang lebih dulu membentur tanah. Tangan pemuda itu juga digunakan untuk menumpunya.
Gadis itu menggigit bibirnya. Ia mengusap tangan Jungkook pelan. "Terima kasih." Ia mengusap sudut matanya dan tersenyum kecil. "Semoga cepat sembuh, ya. Maaf aku tidak bisa lama-lama disini. Tapi aku akan tetap kesini setiap hari."
Gadis itu membetulkan selimut yang menutupi tubuh Jungkook. "Kau masih ada kekasihmu yang akan memperhatikanmu setiap hari. Yang akan menemanimu. Jadi aku tidak bisa melakukannya."
Ia menatap jari tangannya. "Aku senang masih bisa menyelamatkanmu." Ucapnya. "Meski kau belum sadar, tapi setidaknya aku masih bisa melihatmu hidup, tersenyum setiap harinya."
Ia kembali menatap Jungkook, mengusap tangan pemuda itu pelan. "Karena aku menyukaimu, Jeon Jungkook."
🌙🌙🌙
Bener!!! Si cewek udah suka sama Jungkook dari awal 😗 siapa yang nebak kayak gini?? nanti bakal ada cerita gimana mereka waktu pertama ketemu
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAGEDY | LIZKOOK ✔️
FanficSuatu kejadian tragis yang menimpa seorang Jeon Jungkook, membuatnya harus terbaring lemah di rumah sakit selama hampir tiga bulan, dan membuatnya kehilangan ingatannya. Namun, setelah bangkit dari komanya, entah kenapa dia terus memimpikan seorang...