"Lisa-ya."
"Hm??" Lisa mengangkat kepalanya sambil menyedot minuman miliknya.
"Kau tahu tidak? Sebenarnya aku sedang mengikuti lomba melukis."
"Oh ya?!"
Jungkook mengangguk. "Melukis pemandangan. Nanti yang menang akan mendapat uang 20 juta won dan lukisannya akan dipajang di galeri seni kota."
"Oh yaa?! Kerenn!!!!! Bagus dong kalau begitu!"
Jungkook tersenyum kecil. "Menurutmu itu bagus?"
"Eung! Tentu saja! Kau kan paling hebat di bumi, jadi kau pasti akan menang!! Lalu lukisanmu di pajang di galeri seni dan kau akan jadi terkenal!!" Seru Lisa sumringah.
"Lalu kalau aku terkenal?"
"Aku sangat bangga! Kan aku bisa pamer ke semua orang! Hey! Pelukis ini pacarku lho!!! Hehe...." Lisa tersenyum malu-malu setelah dengan heboh mengatakannya.
"Begitu??"
"I... iya...."
"Kau mau memamerkan aku pacarmu? Kau saja kupanggil 'pacar' malu-malu."
"I... itu kan beda! Kalau di depanmu aku memang malu! Tapi kalau tidak di depanmu, aku tidak malu!"
"Kenapa malu?" Jungkook menopangkan dagunya, menatap Lisa sambil tersenyum. Ia tahu, disitulah kelemahan Lisa.
"K.... karena...." Lisa mengalihkan tatapannya. "Karena.... karena malu! Jeon Jungkook jangan seperti itu!"
Jungkook terkekeh pelan. "Kalau begitu, aku akan berusaha keras supaya bisa menang dan membuat pacarku bangga."
"Aku akan membantumu dengan memberi semangat!"
"Memberi ciuman saja aku sudah sangat semangat." Jungkook tersenyum jahil.
"Yak!"
"Hehe...."
🌌🌌🌌
Seminggu pun berlalu. Sejak hari itu, Jungkook berniat memfokuskan dirinya berlatih untuk lomba melukis yang akan diikutinya nanti. Karena, saingannya disana pun pasti bukan orang yang main-main. Siapa yang tidak mau uang 20 juta won dan lukisannya bisa dipajang di galeri seni?! Tentu saja Jungkook sangat menginginkannya. Ditambah penghargaan berupa sebuah piala emas serta sertifikat. Sangat lumayan untuk menambahkan deretan piala melukis milik Jungkook yang di pajang di sebuah lemari khusus di rumahnya.
Untuk itu, dirinya rela tidak bertemu dengan Lisa selama seminggu. Mereka hanya berbicara lewat chat saja atau telepon. Sebenarnya Jungkook sangat ingin bertemu dengan gadisnya. Tapi apa boleh buat. Ia sudah menekankan pada dirinya sendiri kalau ia harus konsisten pada tujuannya. Jadi, mau tak mau, untuk sementara dirinya tidak bertemu dengan Lisa. Lisa pun sudah mengerti, dan dia memang gadis yang pengertian. Dia tidak akan mengganggu Jungkook meski dirinya pun rindu. Lagipula, ini kan kebaikan Jungkook, impian Jungkook, kalau Jungkook bisa memenangkan kompetisi itu, Lisa pun juga akan senang kan?
Jungkook menghela napasnya pelan. Ia meletakkan kuasnya. Ternyata semakin sering berlatih, kecepatan dirinya dalam melukis sepertinya meningkat. Jungkook menatap lukisannya. Masih ada waktu seminggu lagi untuk berlatih sebelum kompetisi. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya, rasanya pegal sekali duduk di depan kanvas selama lima jam. Ya, meski tak melulu duduk sih.
Jungkook melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja. Lisa sedang apa ya? Sejak tadi sepertinya Jungkook belum mendengar notifikasi dari gadis itu. Jungkook meraih ponselnya, membuka aplikasi LINE, kemudian mengirimi pesan pada Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAGEDY | LIZKOOK ✔️
Fiksi PenggemarSuatu kejadian tragis yang menimpa seorang Jeon Jungkook, membuatnya harus terbaring lemah di rumah sakit selama hampir tiga bulan, dan membuatnya kehilangan ingatannya. Namun, setelah bangkit dari komanya, entah kenapa dia terus memimpikan seorang...