TL 15- Kejujuran Hati

5.3K 274 3
                                    

*jangan lupa vote, komen dan follow yah. . terima kasih....

Dua pasang sepatu seharga lima puluh ribu dan dua buah gelang cantik yang berisi bengle berada didalam sebuah kresek putih diap untuk dikemas. Sang pemilik masih sibuk melipat kertas yang akan digunakan untuk membungkus sepatu dan gelang itu.

Dengan piawai dan telaten sang pemilik hadiah tersebut membungkusnya. Jadilah sebuah kado sederhana ala kelas menengah kebawah yang pantas diserahkan kepada sang penerimanya kelak.

Siapa lagi jika bukan Indira Trisha yang memberikan hadiah murahan dari pasar untuk anak emas sang konglomerat.

Entah akan dilihat atau langsung dibuang , nyatanya sepatu bayi seharga tiga juta pun sanggup  dibeli konglomerat itu dalam jumlah banyak tanpa khawatir uangnya akan habis.

"Semoga, nanti ibu menyukai hadiah darimu untuk adikmu yang akan lahir." Dira mengelus perutnya yang masih rata.

Entah kenapa, Dira yang hamil empat bulan, nyatanya perutnta rata, badannya tidak menggemuk dan bahkan wajahnya tidak sedikit membulat. Berat badan hanya bertambah dua kilo, namun janin diperutnya berberat badan ideal dan sangat sehat.

"Semoga nanti, kamu juga bisa menjadi hadiah yang terindah untuk ibumu ya. Bunda hanya berharap itu." Alea mengintip suasana luar rumah dari balik jendela rumah yang ditempatinya.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Jam menunjukkan pukul 21.23, Dira mengintip keluar, rumah konglomerat Dirgantara sudah sepi, tersisa hanya keluarga inti sepasang sami istri pemilik rumah dan Ahmad, ayah dari sang istri.

Dira memberanikan diri mendekat sambil mengendap-endap dengan baju tidur bergambar kodok berwarna hijau, ia berjalan mendekati mereka.

Namun sebelum ia mendekat, ia meyakinkan dirinya sendiri, apakah hadiahnya akan diterima atau tidak, akan jujur atau tidak.

Ketiga orang kaya itu duduk di bangku kolam dipinggir kolam renang, awalnya ketiganya bercanda satu sama lain, sampai pada akhirnya, sang pria tua lah yang memulainya.

"Ayah ingin bertanya di hari bahagia kalian." Ahmad mulai serius.

"Silahkan ayah, menanyai Alea dulu." Ardhan menoleh ke arah istrinya.

Tatapan mesra dari Ardhan mampu meluluhkan siapa pun yang melihatnya, seprti halnya Dira yang bersembunyi dibalik rimbunan bunga pucuk merah di taman.

"Alea, ayah bahagia kau hamil. Bahkan rasanya seperti ayah sendiri yang bahagia memiliki anak seperti dulu. Namun, ayah juga bingung..." Ahmad menghela nafas.

"Apa itu ayah?" Raut muka Ardhan dan Alea berubah.

"Bagaimana dengan Dira?" Ahmad menanyai putrinya.

"Seperti yang ayah lihat, aku sekarang hamil. Aku tidak ingin memikirkannya.... Dan aku juga tidak ingin menemuinya." Jawab Alea enteng.

"Maksudmu?" Ahmad tak percaya dengan jawaban anaknya kali ini.

Sementara Dira mendengar dari balik tanaman semak merasa terohok. Ia merasa perasaannya selama ini benar.

"Ayah, aku tidak peduli.... Sekarang aku telah hamil. Aku bisa memiliki anak sendiri, jadi untuk apa aku harus memasukkan wanita lain dalam pernikahanku?" Alea mulai merasa marah, hormon kehamilannya mulai mempengaruhinya.

Terlalu LelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang