TL 46 - Kisahku

2.6K 156 22
                                    

Aku ingin engkau selalu, hadir dan temani aku,disetiap langkah dan meyakiniku, kau tercipta untuku~Ungu

Dira menggandeng tangan Ismail dengan erat. Ia tau lawan yang akan dihadapinya sangat berat dan tangguh. Lawannya ini adalah konglomerat yang pasti bisa membeli nasibnya dengan lembaran uang merah bergambar dua proklamator itu.

Ismail menatapnya dengan sangat lekat. Memandang dengan penuh kecemasan yang tesimpan rapi dalam kebisuannya saat berhadapan dengan keluarga majikannya.

Dengan penuh kecemasan dan bayangan masa lalu, Dira kembali memasuki rumah yang duunya tempat bekerja dan berakhir menjadi istri simpanan majikannya. Ismail terus memegang erat tangan Dira, mencoba memberikan kepercayaan diri padanya.

Dira terkesima, cukup banyak orang di dalam rumah itu. Semua orang memandang wajahnya dengan penuh antusias sekaligus tidak nyaman. Ia tak menyangka, akan banyak orang disini, lebih dari bayangan dari undangan Pak Ahmad beberapa hari yang lalu.

Disana, dilihatnya seorang perempuan berusia lima puluhan duduk memangku seorang balita laki-laki tampan yang sangat mirip dengan Alea Ahmad. Ya balita itu adalah Alan. Anak Ardhan dan Alea.

"Silahkan duduk." Perempuan itu mempersilakan Dira dan Ismail.

Suasana pun menjadi hening seketika. Dan semua orang berkumpul di ruangan itu. Keringat Dira bercucuran, memandang para orang kaya itu seakan-akan ingin menyantapnya.

"Apakah dia putranya Ardhan?" Wanita itu melihat ke arah pangkuan Dira yang diisi Ardi yang tengah terlelap.

Dira langsung mendekap bayinya. Ia merasakan aroma dominasi dari wanita dan keluarga kaya ini. Sementara Ismail berbisik lirih pada Dira.

"Beliau adalah Dewinta Dirgantara, ibu Tuan Ardhan." Bisik Ismail.

"Benar Nyonya." Dira mendekati Dewinta dan ingin menyalaminya.

"Silahkan kamu duduk disana saja. Aku sedang menimang cucuku" Dewinta menolak bersalaman dengan nada kurang suka.

Mata Dira berkaca-kaca. Ia merasa dipermalukan di tempat ini. Namun ia hanya bisa diam. Melihat kebersamaan keluarga terasa hangat, namun sangat dingin baginya. Nyatanya, dia hanyalah orang asing.

"Aku ingin mendengar apa semua dari dirimu langsung." Dewinta memandang Dira dengan tatapan tajam.

"Saya Dira, seorang pelayan yang bekerja di rumah Tuan Ardhan. Saya tidak tau apapun, sampai suatu hari Tuan Ahmad datang dan menawarkan bantuan untuk orang tua saya. Namun semua itu tidak gratis." Dira mulai terisak. Kemudian ia melanjutkan ceritanya.

"Saya diminta untuk meminjamkan rahim saya. Memberikan Tuan dan Nyonya keturunan. Namun ternyata Nyonya hamil, dan anak ini tidak lagi dibutuhkan." Dira sesenggukan.

Ardhan mendekati Dira dan memegang kedua pundaknya dari belakang. Dira terkejut dan semakin dekap memeluk Ardi.

"Jadi itu artinya bayi itu milik Ardhan dan Alea?" Dewinta begitu terkejut dan menyerahkan Alan ke orang yang ada disebelahnya. Semua orang pun terkejut.

Dewinta berjalan mendekati Dira dan membuat Ismail beralih dari samping Dira dan memlersilahkan nyonyanya itu duduk.

"Berikan bayi itu padaku." Dewinta mengulurkan tangannya.

Dira semakin erat mendekap Ardi. Segala kemungkinan akan terjadi disini. Ia merasa tidak sanggup jika harus berpisah dengan putranya.

"Berikan padaku, biar aku menggendongnya." Dewinta mengulangi perkataanya.

"Maaf nyoya, saya tidak akan memberikannya." Dira berdiri dan menjauh.

"Nak, itu adalah darah daging Ardhan. Dan sudah saatnya ia bersama dengan orang yang semestinya." Dewinta memandang Dira yang ketakutan.

"Jika Alea tidak bisa menerima itu, berikan kepada kami. Ada aku neneknya yang siap membesarkannya dibawah naungan keluarga Dirgantara." Dewinta mencoba merayu Dira.

"Pertimbangkan masa depannya. Tugas mu sudah selesai, dan sudah semestinya bukan kau memberikannya? Kami akan membesarkannya sebaik mungkin." Dewinta mendekati Dira.

"Kau benar mbak!" Suara pria menghentikan langkah Dewinta.

Kira-kira siapa dan mau apa ya?

Terlalu LelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang