*)Silahkan vote, komen dan arahannya ya..
"Dira, ibu perlu bukti nikah kamu untuk akte kelahiranya." Bu Gita membantu Dira menggendong Ardi, sementara Dira bersiap-siap. Keduanya akan mengantar Ardi pergi imunisasi hari ini.
Deg. Batin Dira mencelos. Ia gemetaran, ia sudah tak ingin terikat kembali pada konglomerat yang menjeratnya dalam kehidupan berat.
"Dir, dengarkan aku, putramu itu lahir dalam pernikahan siri, pengadilan agama membutuhkan bukti pernikahan kalian." Ucapan Bu Gita menbuat bayi Ardi tersenyum mengira mengajaknya bicara.
"Kenapa harus ada dia bu? Dira sudah lelah." Dira mendengus sebal.
"Dir, tolong jangan mengedepankan egomu sendiri. Kamu harus memikirkan masa depannya. Mungkin Dira bisa menghapus mantan suami dari hidupnya, tapi tidak dengan Ardi yang perlu kejelasan siapa ayahnya." Bu Gita terus berbicara, membuat Ardi yang tadi hanya tersenyum berubah mengeluarkan suara.
Kaki Dira melemas, ia terbayang banyak pertanyaan yang akan Ardi berikan nanti, tentang ayahnya, kenapa ada dirinya, dan macam-macam.
"Dir, berpikirlah yang logis. Ia butuh diakui Dir. Ia juga perlu dijaga nama baiknya. Jika ia tak memiliki nama ayah kandungnya, ia rawan dibully, dihina dan minder. Kemudian sejarah hidupnya akan menjadi cerita buruk yang akan ia ingat sepanjang hidup. Memang dia pria, yang tidak perlu wali nikah saat menikah. Tapi bukankah kelak dia juga perlu 'bin' saat mengucap ijab qobul?" Bu Gita menjelaskan segala konsekwensi yang harus dibayar Dira.
"Buk, aku takut. Kami hanya menikah siri. Dan usiaku saat kami menikah dibawah umur bu." Dira mulai menangis.
"Kamu bisa menyesali kekurangan masa lalu kamu Dir. Tapi kamu harus tetap berjalan menuju masa depan kan?" Bu Gita mencoba menyemangati.
"Aku bisa memberi bin untuk Ardi." Suara Ismail mengagetkan kedua wanita itu.
Bu Gita menatap tajam kepada pemilik suara itu. Ia memang merestui hubungan Ismail dengan Dira, namun dengan mengiyakan hubungan mereka dan mengaburkan sejarah hidup Ardi juga bukanlah hal baik.
"Udah lah mas, aku ngga bisa menerima itu." Dira mencelos.
"Aku bisa memberi bin yang Ardi perlukan Dir. Bin ayahnya, bukan bin Johan Ismail." Ismail mendekati Bu Gita dan meminta Ardi.
Mendengar nama Johan Ismail, hati Dira teriris perih. Ia sangat sakit, ia merasa dipermaikan oleh pria itu. Saat ia berharap bertemu dengan Ardhan saat hamil, nyatanya pria itu menyembunyikan separuh kebenarannya itu.
Dira hanya bisa menatap wajah Ismail dengan tatapan sendu. Ia merasa salah pernah berharap dari pria itu. Ia salah pernah mengartikan segala rasa kenyamanan yang aslinya adalah kebohongan.
"Tenang Dir. Aku tidak seburuk perkataanmu. Aku memang mengajakmu, aku berharap kau mau menuruti saranku, aku bisa memberimu bin untuk Ardi. Dan akan aku pastikan itu." Ardi tersenyum mendengar ucapan Ismail.
Sementara Dira hanya bisa menangis dalam diam, menuangkan segala rasa yang menyelimuti hati yang penuh luka.
Terima kasih sudah membaca.. lv u gaes..
Jangan lupa baca ceritaku yang berjudul "Rahasia ya Gaes.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Lelah
PoetryNB : Pastikan kalian memfollow akun author, memberi vote untuk cerita ini dan memberikan komentar terbaik kalian. Ardhan Dwijaya Dirgantara(Ardhan) merupakan seorang lelaki Indonesia yang sangat tampan, sukses dalam berbisnis dengan kekayaan yang cu...