Alasyan menghela nafas lalu ia berjalan menuju tempat lokernya berada namun ia terdiam saat melihat stiker yang sama dengan tulisan 'Warning' benar-benar membuat jengkel.
Alasyan merobeknya lalu melemparnya dan membuka lokernya namun saat membuka loker tersebut teryata berisi berbagai sampah di dalamnya.
Alasyan tau siapa pelakunya siapa lagi kalau bukan Angkasa sialan itu, Alasyan benar-benar membencinya.
Alasyan menutup paksa loker tersebut, ia menyandarkan tubuhnya sebelum benar-benar merosot kebawah lalu ia menenggelamkan wajahnya diantara sela kakinya.
Ia hanya ingin sekolah dengan aman tanpa gangguan siapapun, tapi kenapa selalu ada orang yang mengganggu nya.
Angkasa yang kebetulan lewat ia menatap bingung kearah Alasyan yang terduduk dekat loker lalu ia berjalan menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan disini?"tanya Angkasa.
Alasyan mendongakkan kepalanya, ia menatap tajam sebelum berdiri dan menarik jaket Angkasa.
"Brengsek!!"umpat Alasyan sambil menampar wajah Angkasa.
Angkasa menatap tidak percaya"apa yang----"
"Belum puas kau membuat sepeda ku rusak, dan sekarang kau merusak loker ku lalu nanti apa?!"teriak Alasyan.
Angkasa menatap bingung"apa maksud----"
Alasyan membuka lokernya"ini perbuatan mu bukan?"ucapnya sambil menatap tajam kearah Angkasa yang terdiam.
"Lalu ini."Alasyan memungut stiker yang ia buang"ini milik mu bukan? Kau benar-benar keterlaluan Angkasa!!"
Angkasa membeku di tempat, sungguh ia tidak melakukan itu. Ia tidak menjahili Alasyan lagi karena ia sudah tertarik dengan gadis di hadapannya.
"Bukan aku yang melakukan itu."ucap Angkasa.
Alasyan terkekeh"lalu siapa? Kau disini sudah di kenal banyak orang karena sikap jahil mu itu, tapi ini sudah keterlaluan!"ucapnya.
Angkasa menahan tangan Alasyan agar ia tidak pergi"aku sungguh, aku tidak melakukan itu lagi padamu."ucapnya.
"Kau pikir aku percaya padamu? Aku kira kau sudah berubah teryata tidak."Alasyan menepis tangan Angkasa dengan kasar.
"Aku membencimu."ucap Alasyan sembari berlari menjauh dari Angkasa.
Angkasa membeku di tempat, brengsek!! Siapa yang melakukan ini pada Alasyan.
Angkasa menendang loker di sampingnya, gara-gara salah paham Alasyan benar-benar membencinya sialan!!
Angkasa berlari kemungkinan teman-temannya yang melakukan itu namun langkahnya terhenti.
"Kau sudah menaruh sampah itu?"tanya nya.
"Tenang saja, aku sudah memasang stiker milik Angkasa di sana. Aku pastikan gadis itu membenci nya."sahut temannya.
"Kau benar-benar pintar."
Angkasa mengepalkan tangannya, teryata mereka yang menjadi dalang dari semua ini.
"Brengsek!! Sialan!!"Angkasa memukul wajah kedua pria itu dengan brutal.
"Mati kau sialan!!"Angkasa kembali memukul wajah mereka dengan kuat lalu menendang perut mereka hingga tersungkur.
"Gara-gara kau sialan!! Brengsek!!"
∆∆∆
Bintang memasuki perpustakaan namun langkahnya terhenti saat melihat Sinta yang tertidur dengan bertumpu buku yang ia baca.
Bintang berjalan mendekat lalu duduk di samping Sinta, ia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Sinta.
Lagi-lagi jantungnya berdetak kencang, Bintang menghela nafas sepertinya nanti ia akan memeriksanya ke dokter apa ia ada kelainan pada jantungnya atau tidak.
Karena setiap bersama atau dekat dengan Sinta jantungnya akan berdetak lebih cepat dari biasa.
Bintang membuka buku catatannya lalu mulai menggambar dengan pensil yang selalu ia bawa.
Bintang menatap kewajah Sinta lalu ia mulai melukis wajah Sinta di bukunya.
Sinta mulai bergerak dan mengerjapkan matanya dengan segera Bintang menutup kembali buku catatannya dan beralih membaca buku pelajaran.
"Sejak kapan kau disini?"tanya Sinta bingung.
"Tadi."balas Bintang singkat.
Bintang menunjuk-nunjuk kearah bibir Sinta"apa?"tanya Sinta.
"Air liur mu."balas Bintang datar membuat wajah Sinta memerah karena malu.
Sinta langsung mengambil tissue dan membersihkan nya, aishh memalukan.
"A-aku pergi dulu."ucap Sinta gugup, ia langsung pergi dari hadapan Bintang.
Bintang tersenyum tipis, sebenarnya ia hanya membohongi gadis itu tidak disangka ia malah mempercayai dirinya.
"Bodoh."gumam Bintang ia pun melanjutkan menggambar setelah selesai ia keluar dari perpustakaan tersebut.
Bintang duduk dibawah pohon rindang sembari membuka buku catatannya. Ia kembali menyelesaikan gambarnya.
"Apa yang kau gambar?"tanya Aksa tiba-tiba membuat Bintang terlonjak kaget.
Ia langsung menutup bukunya dengan cepat dan berdiri"sejak kapan kau berdiri disitu?"tanya nya kesal.
Aksa mengerutkan keningnya"dari tadi, tapi kau hanya fokus dengan gambaran mu saja."ucapnya.
"Ngomong-ngomong siapa gadis yang kau gambar?"tanya Aksa penasaran.
"Tidak ada."ucap Bintang singkat.
Aksa menatap Bintang"kau tidak pandai berbohong padaku."ucapnya.
Bintang berdecih"pergilah! Jangan menggangguku!"ucapnya.
Aksa menaikan bahunya tidak peduli"aku baru saja datang dan kau mengusirku."ucapnya.
"Apa kau suka pada gadis itu?"tanya Aksa membuat Bintang terdiam.
Suka? Seperti apa rasanya? Bintang terdiam karena ia pun tidak tau bagaimana rasanya.
Bintang memilih berjalan menjauh dari Aksa karena ia tau apa yang kembarannya pikirkan itu.
"Tidak pernah kau menggambar seorang gadis selama ini."ucap Aksa membuat langkah Bintang terhenti.
Aksa tersenyum"kau sudah jatuh cinta padanya Bintang."ucapnya membuat tubuh Bintang membeku di tempat.
"Jangan mengelak lagi."
∆∆∆
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG ✅✅[SEGERA TERBIT]
Teen Fiction"Disini kalian harus menjauhi tiga pria jika tidak mau terkena masalah disini,"ucap Vera. "Siapa?" tanya Sinta. "Yang pertama, ia bernama Bintang Orion. Kau harus menjauhinya. Ia sangat berbahaya," ucap Vera. "Seberapa (besar) bahayanya?" tanya Alas...