Bintang menambah kecepatan motornya saat sampai ia segera bergegas turun dari motornya. Bintang mengambil tongkat besi yang tergeletak begitu saja di luar.
Aksa dan Angkasa segera menyusul dari belakang takut jika saudaranya itu akan kalap disana.
Bintang mendobrak pintu masuk perusahaan tersebut dengan kuat. Ia menatap kearah beberapa orang yang menghalanginya.
Bintang menatap dingin dengan tongkat besi yang berada di bahunya. Aksa memegang pundak Bintang.
"Biar aku saja. Kalian lanjutkan keatas," ucap Aksa dengan membawa tongkat kayu ditangannya.
Aksa mulai berlari dan menyerang sedangkan Bintang memasuki lift bersama dengan Angkasa.
Saat berada di lantai paling atas yang ia tau bahwa Sinta berada disana. Bintang dan Angkasa berlari namun saat berada di koridor lantai atas mereka kembali di halangi oleh beberapa orang. Angkasa menelan salivanya dengan kasar. Anggap saja dirinya adalah pengecut tidak seperti Bintang dan Aksa yang begitu berani.
"Aku---"
"Kita serang bersama!" ucap Bintang dingin. Ia melempar tas miliknya kearah Angkasa.
Bintang mulai menyerang salah satunya dengan tendangan begitu kuat sedangkan Angkasa terdiam di tempat namun dua orang mendekatinya.
"Tu-tunggu dulu," ucap Angkasa panik. Saat mereka berdua menyerangnya ia pun menunduk menghindar dari benda tumpul yang hampir mengenainya.
Bugh~
"Uww," Angkasa meringis saat melihat lawannya terkena pukulan benda tumpul dari temannya.
"Apa sakit?" tanya Angkasa dengan polos.
"Sialan!" umpatnya lalu menyerang Angkasa kembali.
Angkasa menahan pukulan tersebut dengan tas Bintang yang berada di tangannya. "Hey. Apa kau tidak bisa pelan memukulnya?" protes Angkasa.
Angkasa mendorong tubuh lawannya dengan tas yang ia pegang hingga terbentur dengan tembok di belakangnya.
"Aku tidak ingin membuatmu babak belur," ucap Angkasa.
Angkasa menghindar dengan cepat saat seseorang menyerangnya dari belakang membuat mereka saling membentur. Angkasa meringis, ia memukul tas milik Bintang kearah wajah mereka masing-masing dengan kuat.
"Terimalah pukulan ini!" teriak Angkasa dengan heboh.
Mereka berdua pun terjatuh dan pingsan membuat Angkasa menepuk dadanya dengan bangga.
"Rasakan bagaimana rasanya mendapat pukulan dari tas ini," ucap Angkasa sambil memeletkan lidahnya.
Angkasa menatap Bintang yang sudah menghabisi banyak orang dengan tongkat besi yang ia gunakan terlihat dari tongkat tersebut yang berlumuran darah.
"Bi-Bintang kau membunuh orang," ucap Angkasa panik.
Bintang menatap sekilas lalu menarik baju salah satu orang yang sudah tergeletak tidak berdaya dihadapannya.
"Dimana Kenneth?" tanya Bintang.
"A-aku tidak akan memberitahumu," ucapnya.
Bintang mengarahkan tongkat besi tersebut kearah pipi lawannya hingga membuat nafas orang tersebut langsung tercekat.
"Beritahu aku. Atau kau mati disini untuk menemani teman-teman mu," desis Bintang dingin.
"Di-diruangan paling ujung disana," ucapnya pada akhirnya.
Bintang mendorong tubuh tersebut hingga tersungkur. "Kau disini saja," ucapnya pada Angkasa.
"Tapi, kita tidak tau apa yang dia rencanakan lagi," ucap Angkasa dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG ✅✅[SEGERA TERBIT]
Ficção Adolescente"Disini kalian harus menjauhi tiga pria jika tidak mau terkena masalah disini,"ucap Vera. "Siapa?" tanya Sinta. "Yang pertama, ia bernama Bintang Orion. Kau harus menjauhinya. Ia sangat berbahaya," ucap Vera. "Seberapa (besar) bahayanya?" tanya Alas...