Aster 9: Gamam

306 49 18
                                    

Mulut bodoh.

Sepertinya mulut Jisung perlu diberi pelajaran mengenai jangan suka berbicara sebelum otaknya berpikir. Kira-kira belajar begitu di sekolah mana ya?

Jisung tidak sengaja menyebut orang di depannya ini dengan sebutan pangeran yang mana sebutan tersebut adalah panggilan sayang Peter untuk pujaan hatinya. Peter memang menyebut Hyunjin pangeran di buku diarynya maka dari itu Jisung tanpa sadar mengikuti. Halaman depan buku diary Peter pun tertempel foto Peter dan Hyunjin dengan keterangan aku tidak percaya pangeran sebelum melihat orang di sebelahku ini. Aiiii sungguh keju dan Jisung malah senang membacanya.

"Pangeran?" Meski masih jauh dari jangkauan Jisung tapi Hyunjin mendengar ucapan Jisung yang terlontar. Hyunjin pun memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.

"Iya, pangeran. Kamu tampan sekali tahu, Jin," Jisung tidak berusaha mengelak. Dirinya dengan gamblang jujur.

Jisung berpikir jika ini adalah kesempatan untuk kembarannya mendekati pujaan hati. Pendekatan diam-diam sudah tidak zaman. Kalau terus diam-diam tidak akan ada perubahaan sama sekali hubungan mereka nanti.

"Kamu bisa aja," Hyunjin menjawab dengan senyum malu.

"Ayo ke kelas," tidak mau terlalu salah tingkah, Hyunjin memilih mengajak orang di sampingnya ini untuk lekas pergi ke kelas sesuai jadwal hari ini.

"Tentu, ayok!" Jisung langsung semangat dan menggandeng lengan Hyunjin kanan yang bebas.

Hyunjin sempat kaget namun tidak lama kemudian dia bisa menenangkan pikirannya dan berjalan mengikuti langkah riang Jisung.

***

"Kamu malah menenangkanku? Biasanya kamu hanya menyuruhku untuk lupakan saja. Kamu kan tidak suka aku pacaran dengan Felix dan selalu menganggapku jomblo," Changbin memicing dengan tatapan terheran dan itu hanya membuat pikiran Peter kosong. Biasanya Jisung melakukan apa?

"Kamu tidak setuju aku dengan Felix, katamu kasian dia yang mendapatkanku karena tidak pernah memprioritaskan dia sebagai pacar," Changbin berkata jujur sembari mengusap wajahnya.

"Apa aku terlalu memprioritaskanmu ya? Tapi mau bagaimana lagi kan aku memang sayang padamu, Ji, sulit untuk kuubah."

Oh, pasti saat ini pipi Peter bersemu merah. Gampang sekali Peter untuk bersalah tingkah.

"Ji, mau ke club?"

"Tapi ini masih pagi?" Tanya Peter. Biasanya di drama yang dia tonton di televisi, minum-minum begitu dilakukan saat malam hari. Dan sekarang bahkan belum siang hari?

"Pikiranku sedang terlalu kacau, minum teh tidak mengobati," Changbin berkata jujur.

Mau tak mau Peter menuruti ajakan Changbin.

***

Meski punya iq yang tinggi tapi jika analisis dan menghafal tetap jadi kelemahan Jisung. Jisung setidaknya harus membaca sekali untuk memahami dan tentu saja dia tadi malam tidak membaca materi pun tadi pagi malam membuka diary saudaranya.

Apa ini karma karena dia telah lancang membuka diary saudaranya? Sehingga dia dikutuk sial hari ini?

"Masa tidak bisa menjawab, Park Peter?" Sekali lagi dosen di depan kelas mengulang pertanyaan yang sama.

Aduh, Jisung harus apa?

Seseorang tolong Jisung dan mengapa tidak ada mahasiswi maupun mahasiswa yang mau menjawab pertanyaan dan menjadi pahlawannya? Ini Hyunjin juga diam saja? Kalian kuliah ngapain aja? Masa pertanyaan dari dosen ini langsung tertuju padanya?

"Mohon maaf Bapak, perkenankan saya untuk menjawab."

Mau tak mau Jisung pun menoleh pada orang yang telah menyelamatkannya itu. Seseorang dengan tubuh mungil mengangkat tangannya. Jisung tersenyum pada orang yang malah menatapnya datar.

Wajahnya judes banget. Tapi tak apa, dia penyelamatku. Batin Jisung dalam hati.

Orang yang lumayan manis meski tanpa ekspresi itu menjawab dengan baik dan tertata. Jisung kagum melihat lelaki itu dalam mengorganisasi jawaban. Kalau sedang tidak di kelas mungkin dia akan bertepuk tangan saat ini.

"Terima kasih atas jawabannya, Renjun ssi. Kamu bisa duduk kembali. Setelah perkuliahan ini temui Bapak di ruang dosen."

Si Renjun mengangguk lalu duduk kembali dan kelas pun berlanjut dengan Bapak Kim menjelaskan materi.

Setelahnya mata kuliah selesai Pak Kim meninggalkan ruangan dengan lelaki bernama Renjun mengikuti di belakangnya.

Hyunjin buru-buru mendekati Jisung. Lelaki tampan itu berbisik pada teman kuliahnya, "Pi, kamu baru saja membuang kesempatan langka pada sainganmu? Dia Huang Renjun, sainganmu dalam mendapatkan hati dosen. Si nomor dua dan kamu baru saja mengacaukan perjuanganmu selama semester ini padahal Pak Kim sudah melemparkan kepercayaan padamu??!!"

Jisung cengo.

Mati kau Jisung, dirimu kembali menggali masalah. Sebenarnya tujuanmu kemari untuk apa? Kenapa seakan engkau lupa?

Ini bahkan baru sehari mereka bertukar tapi Jisung sudah banyak melakukan kesalahan. Sebaiknya Jisung segera melakukan tujuan awal dia meminta Peter untuk bertukar sebelum semuanya menjadi runyam.

 Sebaiknya Jisung segera melakukan tujuan awal dia meminta Peter untuk bertukar sebelum semuanya menjadi runyam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

((Halaman depan diary Peter))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

((Halaman depan diary Peter))






Keasyikan baca cerita jadi lupa nulis ini huhu maafkan :((

Aster; Diriku dan Dirimu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang