Aster 5: Inilah Ungkapan Rindu

440 78 19
                                    

Tenang hanya satu bulan, tenang hanya satu bulan, tenang hanya satu bulan.

Jisung terus merapalkan kalimat itu di dalam perjalanan pulangnya ke rumah Peter.

Tok tok tok

Jisung mengetuk pintu rumah yang ada di depan ini tapi nihil tak kunjung ada yang membukanya.

Kenapa juga tadi Peter tidak memberitahu banyak hal mengenai dirinya termasuk cara masuk ke rumahnya sendiri. Kan Jisung jadi tidak tahu cara membuka pintu ini, pun Peter tak memberikannya kunci apapun padanya.

Apa tadi Jisung terlalu banyak omong jadi tidak ada kesempatan Peter bercerita?

"Peter!!!"

Jisung menoleh mendapati seseorang berteriak tak jauh darinya.

Di sana berdiri seorang wanita yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda dengan membawa alat-alat kerja yang ditenteng di bahu kirinya.

"Kenapa tak langsung dibuka ? Kuncinya ada di tempat biasa," Wanita itu bertanya.

Jisung tetap bergeming, dia hanya terus melangkahkan kakinya mendekati wanita yang bukan lain adalah ibu yang selama ini dia anggap sudah meninggal.

Wanita itu mendekat ke arah pot yang berada di kanan pintu masuk. Meletakkan terlebih dahulu alat kerjanya sebelum memunggut kunci di bawah pot bunga.

"Minho mana, Peter?" Wanita itu menunduk untuk fokus membuka pintu rumah.

"Ibu-" gumam Jisung, mata cokelatnya mulai memerah siap meluncurkan air mata yang selama ini jarang ia keluarkan.

Wanita yang sudah diyakini Jisung sebagai ibunya ini berbalik badan. Menyadari ada yang berbeda pada putranya.

"Ada apa ? Kamu mengecat rambutmu ? Kamu membeli baju baru ? Kamu sedang berkencan dengan siap-"

Jisung tak menggubris ocehan dari ibunya. Dia memeluknya seakan ia tak mau kehilangan sang ibu untuk kedua kalinya, seperti tak ada hari esok.

"Ibu, ibu, ibu-"

"Ada apa ? Tak apa Peter sayang tak apa, ibu memaafkanmu, tak apa kamu mengecat rambutmu, tak apa kamu membeli baju baru, tak apa kamu mulai berkencan. Ibu hanya khawatir tadi. Maaf, maafkan ibu," Mendengar semua yang diutarakan ibunya membuat Jisung mengeraskan tangisannya.

Ibu Kim hanya bisa terus menenangkan tanpa tahu apa alasan putranya menangis.

Ibu Kim hanya bisa terus menenangkan tanpa tahu apa alasan putranya menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar kata Jisung, setelah Peter tiba di bandara. Seseorang yang lebih pendek dari Peter langsung menepuk bahunya dan memeluknya erat.

Katanya kangen. Dapat disimpulkan bahwa yang memeluknya tadi Seo Changbin sahabat Jisung.

Changbin mengantarkan Peter langsung pulang ke rumah.

"Jisung ah~~ ke mana saja dirimu ?? Membuat mama kangen~~"
Seorang wanita yang tak dikenal datang menyambut Peter ketika dia tepat berada di depan pintu rumah yang dapat dikatakan megah itu.

Mama ? Kata Jisung ayah tak menikah lagi ?

"Yeobo- Jisung kamu sudah datang?"
Lagi seseorang pria menghampirinya, pria di depannya begitu tampan.

Tapi dia bukan ayahnya.

Karena ayahnya yang saat ini baru saja menghampirinya. Pria yang mengenakan piyama hitam polkadot dengan sendal rumah sederhana menghiasi kakinya. Pria yang selama dua puluh tahun tak pernah Peter temui dan bahkan tak pernah dianggapnya masih hidup.

"Wonshik, cepat tarik Jisung kemari. Ayo makan malam!"

Jauh dari perkiraan Peter yang akan mencaci maki dan berniat balas dendam. Ya, Peter tadi ada niat seperti itu di perjalananan ke sini tapi saat ini dirinya malah ingin meluapkan rasa rindu kepada ayah di depannya.

Bagaimana Peter harus bertindak ?

Memeluknya ?

"Ayah-" lirih Peter memanggil sang ayah yang langsung berbalik badan ke arah Peter ketika dipanggil. Brian tatap putranya yang kini menatapnya berbinar, air mengumpul di pupil mata Peter.

"Jisung ah, kenapa ? Tumben kamu memanggil ayah, kamu kan selalu memanggilku dad..dy. Ada apa ?" Pria itu segera menghampiri Peter dan memeluknya erat.

Ayahnya yang memeluknya terlebih dahulu, bagaimana Peter bisa tidak luluh ?

Peter cepat-cepat menjawab sebelum dicurigai, "Hanya mencoba panggilan baru hehe."

Kekehan dia lontarkan untuk menghalau kecurigaan lain.

Brian mengusak rambut Peter ketika mendengar jawaban putranya.

"Kamu dari kemarin kenapa sih Ji ? Sedang sakit ?" Paman Seo bertanya pada Peter.

"Ah tidak paman," Peter menjawab.

"Paman ?" Ulang Wonshik ketika mendengar ucapan Peter ketika memanggil dirinya.

Peter kembali mendekatkan dirinya pada kecurigaan.

Brian dan Peter melepas pelukannya.
"Mungkin Jisung lelah, kata Changbin dia baru saja berlibur. Kamu jangan seperti itu!" Brian menanggapi kebingungan Wonshik.

"Ah, mari segera ke meja makan," Ajak Changbin yang sudah menunggu mereka di meja makan.

"Ah, mari segera ke meja makan," Ajak Changbin yang sudah menunggu mereka di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Yo yo yo!!!!!

Aster; Diriku dan Dirimu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang