Aster 13: Close(r)

357 57 71
                                    

Sudah seminggu lebih sejak penemuan diary milik ibu kim. Setelahnya tidak ada informasi tambahan kecuali kakek kim yang telah meninggal. Dan membuat potongan kilas balik kembali buram.

"Kakek sudah meninggal, tepat ketika anniversary pernikahan ayah dengan ibu ke dua tahun," begitulah informasi dari Sungwon.

Jadi Jisung masih belum tahu apa yang harus dia lakukan setelah ini. Dia buntu. Pun juga sejak seminggu yang lalu Peter tidak bisa dihubungi, saudara kembarnya itu belum tahu menahu mengenai ibu yang menganggap Jisung sudah meninggal.

Karena tidak bisa melakukan apapun untuk membongkar masa lalu orang tua mereka, Jisung ganti misinya untuk mendekati Hyunjin. Sudah semingguan ini dia selalu keluar bersama Hyunjin meski kebanyakan untuk urusan kuliah tapi Jisung berusaha untuk mendekati orang yang disukai kembarannya itu dengan berbagai cara.

Seperti malam ini, Hyunjin dan Jisung yang ditemani oleh Minho ㅡkarena Minho memaksa untuk mengantar Jisung dengan dalih lelaki manis itu tidak bisa menyetir motor dan hari sudah petangㅡ pergi ke perpustakaan kota.

"Jadi penjabaran untuk analisis bab 2 ini bagaimana menurutmu, Pi?" Hyunjin yang pertama membuka pertanyaan sembari menunjukkan deretan tulisan yang menampilkan kasus medis yang harus dianalisis.

Hal yang harus diapresiasi atas kerja Jisung adalah tiap akan belajar bareng dengan Hyunjin, dirinya lebih dahulu memahami materinya di rumah. Dan yang tahu hal itu hanya Minho karena tiap pulang kerja lelaki yang bekerja di kantor kecamatan itu menemuinya.

Diam-diam Minho salut kepada manusia di depannya ini. Dia tahu bahwa Jisung adalah lulusan ekonomi tapi dia tidak mengalami kesulitan berarti dalam menangani tiap materi yang penuh dengan teori medis. Minho tersenyum kala dirinya melihat Jisung dengan telaten mengajarkan materi pada Hyunjin. Ada gemuruh di hati Minho dan pula seperti ribuan kupu-kupu yang menggelitik kala melihat Jisung dengan wajah serius tapi tetap tersenyum sehingga mampu menambah kesan manis tiap dipandang. Minho suka. Minho mau melihatnya selalu.

Dalam hati, Minho berharap Jisung tak pernah sampai hati menyukai Hyunjin, karena pasti dirinya tidak akan terima.

"Mahasiswa, kamu mimisan!"

Perhatian Minho pada Jisung dan masa belajar Jisung serta Hyunjin harus terhenti karena teriakan pria dewasa selang satu meja dari mereka.

Seorang mahasiswa, terlihat dari buku-buku tebal di samping mereka sedang menengadah sembari tangan kanannya tidak berhenti untuk mengais isi tasnya guna mencari tisu atau sapu tangan yang bisa dia gunakan untuk menghapus darah yang terus mengalir dari hidungnya.

"Renjun," bersamaan dengan itu Jisung dan Hyunjin berucap.

Dengan inisiatif sendiri, Jisung mengambil sapu tangan yang ada di dalam tasnya dan berdiri dari duduknya.

"Nih," Jisung memberikannya pada Renjun.

Tapi Renjun tak kunjung menerima sapu tangan itu melainkan dirinya masih berusaha mengobrak-abrik isi tasnya.

Jisung langsung menaruhnya pada hidung Renjun dan sedikit menekannya guna menghentikan aliran darah yang terus menetes.

Renjun yang diperlakukan seperti itu malah melayangkan tangannya berniat menghempaskan tangan Jisung di hidungnya.

"Renjun stop!" Lelaki dengan rambut ngejreng karena berwarna merah muda itu entah datang dari mana menyela dan menghentikan Renjun untuk menghempaskan tangan orang yang sedang menekan darah mimisannya menggunakan sapu tangan.

"Sudah kubilang! Berhenti jika tidak kuat Jun!! Kamu mau mimisan tiap hari, huh??!! Ini hanya membuatmu cepat mati!!" Lelaki itu berteriak tapi dari nadanya bukan terdengar marah melainkan khawatir.

Aster; Diriku dan Dirimu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang