Pernahkah engkau bahagia hanya dengan dirimu yang makan es krim?
Kalau belum pernah, biar Jisung deskripsikan.
Saat ini dirinya mendapat kebahagiaan sederhana yang diperoleh dari manusia yang baru saja masuk ke dalam hidupnya dan sudah mendapat tempat tersendiri di hati Jisung.
Minho dan Peter mengajak Jisung pergi ke taman bermain, oh terbalik Jisung mengajak mereka berdua pergi ke taman bermain tapi malah yang dibuat bahagia itu Jisung.
Es krim yang direkomendasikan oleh Minho untuk dikonsumsi, "Di taman bermain ini juga ada ya es krim, ayolah beli dan pasti ditraktir Jisung."
Jisung sih mengiyakan karena memang sedari tadi jika membeli apa-apa ㅡyang kebanyakan permintaan Minhoㅡ itu Jisung yang membelikan.
Mereka sudah dari tadi berjalan-jalan dan Jisung merasa menjadi tour guide yang berhasil karena Minho maupun Peter tak pernah berhenti bertanya mengenai banyak hal yang mereka temui ketika dalam perjalanan.
Jisung benar-benar merasa bahagia, lepas dari semua beban yang menimpanya dua hari ini. Obat jalan-jalannya mempan.
"Ji, habis ini ke Gangnam ya?" Minho dengan es krim yang tinggal sedikit di genggamannya memberi usulan.
"Ngapain sih Ho!! Tidak penting tahu!!"
Peter memberi cemooh pada sang sahabat. Lagi pula aneh-aneh saja Minho ini meminta pergi ke Gangnam. Untuk apa coba?
"Boleh kok," berbeda dengan Peter, Jisung malah mengiyakan ajakan Minho.
Dia ingin berbalas budi pada sahabat barunya ini. Dan tidak ada yang salah dengan Gangnam, meski tempat itu terkenal dengan keramaiannya.
"Jisung terlalu baik-," nada Peter terdengar menggantung dan benar saja dirinya melanjutkan ucapannya, "dan tidak bisa menolak."
"Setuju sih, Jisung baik banget. Kamu tahu kalau Renjun jadi asistennya Pak Kim dosen yang sering kamu curhati?"
"HUH?!!!!"
Jisung mengangguk takut-takut, pasalnya dia sangat tahu jika kembarannya itu bekerja keras untuk mendapatkan predikat asisten Pak Kim tiap semester yang ditempuh.
"Kurasa kamu tak apa jika harus merelakan satu dosen untuk melepas predikat asistenmu, aku sudah menyelidiki Renjun selama di sana dan ya begitu, aku ingin membantu mengurangi bebannya. Kamu pasti tahukan masalahnya karena aku membaca hmm maaf Peter, itu diarymu."
Ya, tipikal Jisung yang tidak akan pernah merasa puas hanya dengan berdiam diri.
"Jangan marah dulu, aku tahu kamu juga berniat membantunya tapi kamu harus mempertahankan beasiswa dan predikat baikmu. Kamu tetap akan dapat nilai A di akhir kuliah karena aku mengerjakan tugasmu dengan baik, kamu jangan khawatir!!" Jisung menjelaskan dengan mengebu-gebu berharap Peter tak marah karena Jisung sudah lancang membaca privasinya.
"Kamu kan bukan mahasiswa kedokteran?" Tapi ternyata Peter hanya menanggapi hal itu.
"Kamu tak marah?" Jisung lagi-lagi menatap takut.
"Kenapa harus marah jika yang kamu lakukan itu untuk kebaikan? Aku bukan tipe gila privasi yang akan marah ketika buku diaryku dibaca untuk mengorek sesuatu demi kebaikan. Tak apa Jisung karena aku juga akan melalukan hal yang sama meski banyak takutnya," Peter menanggapi dengan baik.
Tentu, pelukan mereka lakukan sekarang.
"Kamu memang kembaranku!!" Pekik Jisung. "Dan untuk masalah aku bukan sarjana kedokteran, kamu harus tahu kalau kembaranmu ini punya otak di atas rata-rata, sayang," Jisung berbicara dengan nada sombong lalu mengelus rambut Peter di dalam pelukannya.
"Sombong banget jadi orang!!"
Pelukan mereka terlepas.
"Dan sebenarnya aku lebih mau kamu tinggal di sini setelah ini, Pi," Jisung menunduk dan memainkan ujung sepatu yang dikenakannya saat ini, "Dengan kepintaranmu, untuk mutasi ke perguruan tinggi di sini bukan masalah besar," tambah Jisung dengan nada berharap.
"Akan kupikirkan," Peter yang sekarang berganti mengacak rambut Jisung gemas.
"Terima kasih!!!"
"Apakah ini ajang kegemasan? Kenapa kalian sangat mengemaskan, aku tidak kuat!!"
Oh, mereka melupakan ada entitas lain di sini.
***
"Ah, jadi bentuk Gangnam itu seperti ini," ini suara Minho yang sedang menatap penuh binar seluruh area yang dia lewati. Rasanya dia tidak ingin mengedipkan mata karena tak mau melewatkan apa yang dia lewati.
Jisung dan Peter saling pandang dan menggeleng heran seakan ingin menunjukkan jika mereka tak mau mengakui Minho sebagai orang yang dikenalnya saat ini.
Tapi karena dua orang kembar itu masih sayang pada Minho tentu saja hal itu tidak mereka lakukan.
"Mau beli apa?" Tiba-tiba jisung berdiri di samping Minho dan bertanya, Jisung serta Peter memang tadi berdiri di belakang Minho dan mengikuti tiap langkah kaki si ganteng.
"Beli semauku nih?" Minho balik bertanya untuk memastikan.
Jisung mengangguk sedangkan Peter mendecih, dalam hati berkata sahabatnya ini tak tahu malu.
"Iya, semaumu. Soalnya setelah ini kan Minho akan kembali."
Minho menghentikan langkahnya dan itu membuat si kembar juga ikut berhenti.
Minho tatap Jisung yang sempat kaget namun segera tersenyum kembali, "Anggap saja sebagai kenang-kenangan dari Jisung," lalu si manis bawa tangan mungilnya untuk meraih dan menepuk bahu Minho.
"Oke?"
Minho tidak lagi menanggapi ujaran Jisung dan lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya.
Dia akhirnya menemukan alasan untuk badmood saat ini.
Bolehkah Minho berharap jika waktu hari ini tidak pernah berakhir?
***
Enggak tau apa faedahnya chapter ini, mana pendek lagi 😭😭😭 biar gak berdebu aja deh aslinya 😭😭😭 aku sudah menyiapkan diri kalau buku ini kehilangan pembaca karena udah mau ending tapi diriku malah ngilang huhu maafkan ya 😭😭💛💛
Aku akan berusaha untuk dapat menamatkan sesegara mungkin buku ini, doakan kawan-kawan💛
Kalau ada typo bilang ya, aku belum cek lagi untuk chap ini ㅠㅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster; Diriku dan Dirimu✓
Fanfiction• Han Jisung • Hari yang tak pernah Jisung duga hadir di hidupnya, hari di mana dia bertemu dengan ibu yang selama ini dia anggap sudah meninggal. Dan dia mempunyai saudara kembar ? Biarkan Jisung egois untuk kali ini saja, dia ingin lebih lama tin...