Aster 8: Camar

305 46 15
                                    

Changbin

Ayo ke bawah, minum teh.

Sudah lebih dari 30 detik berlalu dan Peter hanya menatap layar ponsel yang menunjukkan pesan dari satu di antara pasti banyak jajaran sabahat Jisung.

Bagaimana sahabatnya Jisung ini mengajaknya minum teh di pagi yang memang sudah tidak bisa dikatakan pagi karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih lima menit?

Tapi apakah tidak ada hal yang lebih penting daripada acara minum teh di pagi hari?

Orang kaya memang beda.

Peter akhirnya memutuskan mandi sebelum melesat ke tempat yang dikatakan "di bawah" yang dimaksudkan oleh Changbin itu.

Sesampainya di bawah tepatnya di lantai dasar rumah Jisung dengan taman buatan di dalamnya. Di meja depan sepasang kursi ㅡyang satunya telah ditempati oleh si penjemput Peter sewaktu di bandaraㅡ telah tersaji dua cangkir teh.

"Oh, Jisung kemari! kukira kamu belum bangun," Changbin berujar dengan gestur tangan yang menyuruh Peter untuk duduk di kursi sampingnya.

"Kukira kamu belum bangun, kan tidak biasa," Changbin melanjutkan ketika Peter sudah duduk di sampingnya.

"Aku hanya mandi terlalu lama tadi," Peter terpaksa berbohong. Maaf Tuhan, maaf.

"Kamu biasanya mandi setelah berenang," Changbin mendorong cangkir teh yang masih utuh mendekat ke arah Peter.

Kenapa lagi-lagi Peter salah sih? Apa Jisung juga kesulitan seperti yang dirasakan Peter sekarang ya?

"Ingin mencoba suasana baru?" Tidak sadar jika nada bicara Peter menggantung seperti tidak yakin.

Tapi Changbin abai dan tidak lagi mempermasalahkannya.

Lelaki bertubuh kekar itu terdengar menghembuskan napas kasar, seperti sedang banyak masalah.

"Ada apa?" Peter bertanya dengan suara lembutnya karena tidak tega melihat wajah memelas milik sahabat saudaranya itu.

Changbin tak langsung menjawab, dia malah menunduk dan itu membuat Peter bingung harus berbuat apa.

Peter berniat membuat Changbin tidak lagi bersedih dengan kalimat-kalimat penenang namun Changbin lebih dulu berucap, "Felix memutuskanku."

Siapa lagi Felix????

Sudah membaca doa berkali-kali pun Jisung masih saja merasa gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah membaca doa berkali-kali pun Jisung masih saja merasa gugup.

Kali ini bukan karena dia akan menghadapi para mata kuliah kedokteran yang bisa saja membuat kepala orang pecah. Bukan kok, Jisung orang cerdas, dia hanya melebih-lebihkan tentang ketidak bisaannya dalam hal seperti itu.

Jisung hanya bercanda. Dirinya adalah anggota mensa Korea yang sedang direkomendasikan untuk menjadi anggota mensa Internasional, pemilik iq di atas rata-rata dan orang-orang pintar selalu di sekelilingnya.

Jisung hanya gugup setelah membaca diary Peter yang beberapa kali menyebut nama Hyunjin di dalamnya. Oh, maafkan Jisung yang seperti tidak menghargai privasi Peter. Jisung hanya mau memastikan tidak terjadinya sesuatu yang menjadi kekhawatirannya mengenai sang kembaran.

Kegugupan Jisung didasari karena dia akan menghadapi orang yang disukai dalam kurung sangat dipuja tutup kurung oleh kembarannya.

Di dalam diary, tiap kata Peter menunjukkan jika saudaranya tidak pernah mendekati sang pujaan hati dengan terang-terangan. Peter melakukannya di belakang layar dan hanya tetangganya yang bernama Minho yang tahu soal hal itu.

Jisung mengendarai sepeda ke arah kampus yang sepertinya tidak jauh dari rumahnya berada, dilihat dari maps yang ada di dalam ponsel dengan layar sedikit retak punya Peter.

Sembari mengayuh sepeda dengan santai, Jisung memutuskan untuk acapkali memejamkan mata untuk menikmati udara yang jarang bisa dia dapatkan di kota.

Jisung jadi berpikir kemungkinan jika bukan dia yang dibawa oleh daddynya tapi Peter lalu dia akan tinggal di sini bersama kasih sayang ibu. Bagaimana perasaan dia?

Apa dia akan sebahagia saat dirinya bersama daddy? Apa dia akan tetap berpacaran dengan Chan? Apa, apa, apa dan, apa yang terus bersarang di otak Jisung sampai tidak sadar jika dia telah sampai di kampus tepatnya fakultas kedokteran.

Jisung parkirkan sepeda milik Peter di tempatnya dan mulai berjalan untuk mencari gedung tempat kelasnya berada.

Nah ini, dia bingung lagi. Kampusnya terlalu besar dan otomatis dia bingung harus membawa sepasang kakinya melangkah ke mana.

"Peter!!"

Jisung langsung senang ketika mendengar nama saudaranya dipanggil karena itu berarti ada yang mengenalinya sehingga dia tidak lagi perlu bingung. Jisung spontan menoleh.

Di sana pujaan hati Peter sedang melambaikan tangan mendekat.

"Ah pangeran-"

Oh, mulut Jisung perlu dijahit.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















Aku nggak fokus, tangan ngetik otak ke mana2 :((( merasa takut tiba-tiba oleh waktu

Btw gimana kalo aslinya Peter dan Jisung bukan saudara kembar? Bagaimana jika aja sih wkwkwk

Meski nggak banyak yang baca dan memberi bonus, aku tetep bakal tamatin cerita ini, kuusahain buku yg udah diunpub dua kali ini enggak lagi terlantar :((( mari menemukan ending si kembar kita ini

Aster; Diriku dan Dirimu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang