Five

973 159 8
                                    

Happy Reading^^



















...

"Maaf. Saya ingin meminjam kamar kecilnya" ucap Jongin sopan mulai berdiri dari duduknya di sofa.

"Oh, silakan. Anda bisa masuk ke lorong itu dan belok ke kiri" balas Tn. Jeon memberi arah.

Jongin membungkukkan kepalanya. "Terimakasih"

Dia berjalan menjauhi sofa dengan tatapan terkunci pada Sungwon yang juga tengah menatapnya. Seakan mengerti Sungwonpun ikut berdiri dan menyusulnya dengan alasan dia akan menuntun Jongin menuju toilet. Mereka berjalan dengan Jongin yang di depan, Sungwon tahan bahu Jongin.

"Apa yang sedang kau lakukan, ha? Kau mencoba mempermainkanku? Kau bermain dengan orang yang salah"

Jongin memutar tubuhnya. Menatap iris mata pria setengah baya di hadapannya. Lama menatapnya membuat perasaan murka perlahan menggerogoti hatinya.

"Aku hanya datang karena undangan dari Kakakmu"

Bugh

Sungwon tubrukkan tubuh Jongin ke dinding dengan kasar dan meraih kerah bajunya. Menatapnya dengan matanya yang merah menahan amarah.

"Kau harus berhati-hati, Nak. Sudah kukatakan barusan, kau bermain dengan orang yang salah"

"Kau takut, Sungwon?" balas Jongin dengan santai. Menatap Sungwon main-main.

Sungwon terdiam sebentar. "Apa maksud semua ini? Kau meloloskan Somi seolah itu hanyalah percobaan pembunuhan, dan kau penyelamatnya?" Sungwon mendengus. "Beritahu aku, seseorang yang menusuk Somi itu adalah kau, benar? Kenapa kau tidak sekalian menghabisinya saja? Aku mengupahmu untuk itu"

"Aku hanya ingin sesekali bermain-main dengan klien. Tapi jujur saja, ini adalah pertama kali aku membebaskan target. Kau tau? Aku lebih bergairah untuk membunuhmu daripada membunuh anak manis itu"

Sungwon bergeming. Menguatkan cengkraman di kerah baju Jongin. Jongin angkat sebelah tangan dan menatapnya.

"Tanganku sudah lama dipenuhi oleh darah, dan aku tidak keberatan jika tanganku harus ternodai lagi oleh darahmu" Jongin lirik Sungwon dan menyeringai. "Itu akan menjadi pembunuhan paling bermakna di dalam hidupku"

"Kau membenciku?"

"Sangat"

"Tapi aku tidak mengenalmu. Pertama aku bertemu denganmu adalah tempo hari"

"Tidak, kau salah"

Sungwon mengernyit.

"Nomor dua puluh lima, ingat? Ke manakah budak yang berhasil kabur itu?"

Deg

Sungwon melebarkan matanya. Perlahan cengkraman di kerah baju Jongin ia longgarkan dan menurunkan tangannya.

"Kau--"

"Sangat tidak disangka budak itu tumbuh menjadi seorang pembunuh. Dendam yang ia timbun sendiri membuatnya tak berperasaan. Dan saat budak itu menemukan orang yang mengurung dan memukulinya di masa lalu, apakah kau pikir budak itu akan menyia-nyiakannya?" Jongin tersenyum miring melihat keterkejutan Sungwon. "Tidak, budak itu sangat bergairah untuk membunuhnya. Ah.. Tidak-tidak, kalau langsung membunuhnya itu tidak seru. Mungkin menyiksanya terlebih dahulu sama seperti yang dilakukannya pada budak itu. Jadi.." Jongin tepuk bahu Sungwon pelan. "..khawatirkan dirimu sendiri mulai sekarang. Karena kau sudah masuk dalam perangkapku"

The Savage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang