Happy Reading^^
...
Jongin keluar dari mobilnya dan berjalan menyusuri jalanan, lebih tepatnya ke sebuah gedung yang berjarak beberapa meter dari panti jompo Sogwang. Jongin menggunakan pakaian serba hitam dengan menggunakan masker. Topi yang dikenakannya ia turunkan semakin ke bawah agar semakin menutupi wajahnya, kupluk hoodienya ia naikkan ke kepala. Dia kantongi dua tangan dan mulai masuk ke dalam gedung. Jongin memasuki lift dan memencet tombol paling atas. Setelah keluar dari lift dia berjalan ke sebuah lorong menuju pintu besi berwarna merah yaitu pintu menuju atap gedung. Sebelum membukanya dia sempatkan mendongak memperhatikan setiap sudut tempat itu, dan.. Terdapat satu CCTV yang mengarah ke arah pintu.
Jongin menghela nafas. Dia meraih pistol yang kedap suara itu di balik hoodie dan menembak CCTV itu tanpa meleset. Lalu Jongin meneruskan membuka pintu.
Sesampainya di atap Jongin segera memeriksa setiap sudut apakah ada orang lain atau tidak. Setelah dipastikan hanya ada dia seorang, Jongin lantas memposisikan diri lurus dengan panti jompo, dia berjongkok bersembunyi di balik tembok pembatas. Jongin angkat tangannya yang memegang pistol, mengarahkannya pada pria baya yang sedang menyuarakan pidatonya, tangan lainnya memegang tangan yang memegang pistol. Saat posisi sudah ia rasa pas, Jongin menutup matanya sebelah dan..
Sret~~
"Aakkhh..!!"
Dan teriakan mulai terdengar saling berlomba di tempat kejadian. Pria baya yang mencalonkan sebagai gubernur ditembak tepat di kepalanya dan mati di tempat, mungkin seperti itu kira-kira judul artikel yang dibuat para wartawan yang akan mencuat tidak lama lagi.
Jongin berjalan santai sambil menyelipkan pistolnya ke celana kembali. Dia berjalan menuruni tangga dan tak sengaja berpapasan dengan pria tua yang sepertinya tukang bersih-bersih di gedung ini.
"Permisi" ucap Jongin.
Pria tua itu hanya balas dengan anggukan. Dan Jonginpun keluar dari sana dan menutup pintu besi itu. Dia rogoh saku celana mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.
"Target lenyap" ucapnya setelah panggilan tersambung.
Di sebrang sana tertawa puas. "Kerja bagus, Jongin-ssi. Sebentar lagi kau akan menerima uangnya"
"Tidak ada sebentar lagi" ucapnya dingin.
"Tenang. Tangan kananku sedang mengirim uangnya"
"Bagus. Jadi, semuanya selesai"
"Ya. Tidak kusangka kau begitu mahir. Jika ada pekerjaan lagi untukmu, aku akan menghubungi"
"Tidak. Hanya sekali ini saja kau menyewaku. Ini akan menjadi pekerjaan terakhirku"
"Kau akan berhenti?"
"Ya" jawabnya singkat. "Aku menerima pekerjaan ini hanya karena aku sedang benar-benar membutuhkan uang, setelahnya aku akan mencari uang dengan tangan bersih"
Jang Dokpal tertawa renyah. "Baiklah. Tapi aku akan tetap menghubungimu, mau tidak mau itu terserah padamu, aku bisa menyewa orang lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Savage
FanfictionDia mengancamnya. Mengancam saksi yang sudah menyaksikan kasus pembunuhan secara langsung. Ini bukan pertama kali baginya membunuh orang, karena dia adalah pembunuh bayaran. "Jika kau ingin hidup, berusahalah tutup mulut. Anggap kau tak pernah meli...