Haii
Kembali lagi...
Gimana? Yang puasa masih kuat? Kwkwk
Nih, chapter ketiga dari reviens..
Untuk menemani siang kalian yang mungkin gabut karena nunggu buka puasanya gak bisa kemana-mana..
Semoga kalian suka ya
SELAMAT MEMBACA❤
▪︎▪︎▪︎
"Kak Abel.." Abel menghentikan aktivitasnya, lantas menoleh pada pintu kamarnya yang perlahan terbuka dan menampakan Adel dengan pakaian tidurnya.
"Lo sibuk?"
Abel kembali pada posisinya semula, memusatkan perhatiannya pada laptop si hadapannya "Seperti yang lo liat."
"Kenapa?"
"Gue... Mau curhat." Abel mengalihkan pandangannya. Menatap adiknya yang kini duduk di tepi kasur, tepat di belakangnya. Ia menatap Adel sedikit curiga
"Tumben lo mau curhat sama gue..." Abel menatap mata Adel penuh selidik.
"Ih, lo gitu." Abel sedikit heran. Aneh dan sangat tiak biasanya Adel bersikap seperti ini.
"Enggak, sumpah. Ini bukan lo banget."
"Mau dengerin gak nih?"
"Oke, kenapa?" Abel membetulkan posisi duduknya, sedikit menggeser kursi agak mendekat pada Adel.
Adel tersenyum kecil sebelm akhirnya mengeluarkan kalimat yang membuat Abel tertawa terbahak-bahak, "Gue lagi naksir cowok."
"Njir! Sumpah? Demi apa?! Adek gue naksir cowok?!"
"Ih, lo gitu, deh!"
"Oke, sorry. Tapi ini bener-bener ajaib. Nyokap bokap harus tau sih.."
"Ih! Jangan dulu!" Sahut Adel panic yang membuat Abel semakin terbahak. "Jangan dulu. Gue justr mau curhat sama lo dulu."
Perlahan Abel menghentikan tawanya, "Oke, gimana?"
"Dia kakel gue sih. Ganteng, tinggi, kece bangetlah pokoknya." Abel masih berusaha menahan senyumnya sembari menganggukan kepala dan tetap mendengarkan. "Dan, ya, kaaknya gue suka sama dia gara-gara dia waktu itu nolongin gue gitu."
"Nolongin apaan?"
"Jadi waktu itu gue lagi bawa buku tugas gitu, disuruh bawa ke ruang guru, terus gak sengaja hampir nabrak dia. Dibantuin dong, dianter juga sampe ruang guru." Abel dapat melihat betapa semangatnya Adel bercerita. "Pokoknya anaknya baik banget deh. Gue pengen deketin sih, tapi gak berani"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reviens[HIATUS]
Teen FictionSemua berawal saat hari itu. Hari yang Abel anggap benar-benar sial. Hari di mana ia benar-benar merasa bodoh. Bisa-bisanya ia menunggu dan berusaha mempertahankan seseorang yang bahkan sudah tidak ingin lagi bersamanya. Semua rasa sakit dan semua l...