HAIII
Selamat datang kembaliiii
Duh, maap ya lama gak up, hehe, tapi gk kelamaan kan nunggunya?
Nih, ada chapter ke 17 untuk kaliannn.
Menemani siang kalian, dengan chapter terbaru reviens hari inii..
Semoga kalian suka
Dan
Jangan lupa untuk votw dan komen, ya!
SELAMAT MEMBACA❤
▪︎▪︎▪︎
Acara Pensi hari ini berjalan dengan cukup lancar. Bahkan bisa terbilang lancar. Dan Abel senag dengan hal itu. Karena itu artinya, kerjanya selama ini tidak sia-sia. Kelelahannya selama ini bisa berarti dan berbuah hari ini.
Selesa acara Pensi, semua mulai kembali sibuk merapikan segala macam . Termasuk Abel. Tapi entah kenapa sekarang ia merasakan ada sesuatu yang tidak enak pada perutnya. Abel pun bergegas ke toilet setelah tadi ia ijin kepada Nino.
Sesampainya di toilet, Abel benar-benar tidak bisa menahan sakit di perutnya. Ia sendiri idak tau kenapa. Bahkan untuk jalan saja rasanya sulit. Dan tiba-tiba juga sekarang ia merasakan pusing. Kepalanya seperti berputar. Badannya lemas.
Tanpa menunggu aba-aba, tiba-tiba saja dirinya ambruk. Amun anehnya ia tidak merasakan sakit pada tubuhnya. Sesuatu menahan dirinya. Saat ia ingin mengetahui apa itu, semua gelap. Abel pingsan.
Entah berapa lama matanya tepejam. Yang jelas saat matanya terbuka ia merasa sangat silau karena cahaya lampu yang cukup terang.
"Dah sadar?"
Abel menoleh perlahan dan berusaha memperjelas tatapannya pada sosok yang duduk di sebelahnya. "Gue dimana?"
"UKS. Lo pingsan tadi."
Ah, UKS. Kenapa lampunya harus seterang ini. Gerutu Abel dalam hati. Namun ketika ia menyadari siapa yang di sebelahnya, ia kembali menoleh.
"Lho? Raka?"
"Kenapa? Lo berharap yang nolong lo itu cowok lo? Si MC tadi?" Ketusnya membuat Abel megurungkan niatnya untuk mengatakan terima kasih.
"Lo kenapa bisa pingsan? Pasti pagi lo gak sarapan ya saking buru-burunya." Lanjut Raka membuat Abel terdiam. "Udah tau punya maag, bukannya sarapan. Lo boleh sibuk, tapi lo inget juga kesehatan lo. Dan jangan sampe kecapean kayak gini."
Lah. Ini kenapa jadi Raka marah-marah sama Abel?
"Lo bisa urus kerjaan lo setelah makan. Demen banget sakit." Sambungnya lagi masih dengan nada ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reviens[HIATUS]
Dla nastolatkówSemua berawal saat hari itu. Hari yang Abel anggap benar-benar sial. Hari di mana ia benar-benar merasa bodoh. Bisa-bisanya ia menunggu dan berusaha mempertahankan seseorang yang bahkan sudah tidak ingin lagi bersamanya. Semua rasa sakit dan semua l...