Hai!
Apa kabar kalian semua?
Masih ada yang menunggu kelanjutan cerita inikah? Kwkwk
Nih, ada chapter ketujuh untuk kalian..
Semoga kalian suka
Jangan lupa vote dan komen, ya!
SELAMAT MEMBACA❤
▪︎▪︎▪︎
"Lo cape gak, Bel?" Tanya Ethan begitu mereka selesai membagikan seluruh undangan. Ya, akhirnya.
"Lumayan, sih. Pegel kaki sama mulut juga.." Jawab Abel diiringi tawa kecil yang membuat Ethan ikut tertawa.
"Udah jam 3 nih, lo ada les gak?"
"Hari ini sih gak ada. Kenapa?"
"Kalau gitu, mampir makan dulu, yuk." Ajak Ethan sambil menyerahkan helm. "Kebetulan deket sekolah sini ada café."
"Boleh, deh. Kebetulan gue juga laper." Ethan mengangguk lantas menyuruh Abel untuk segera naik ke atas motornya.
Dala perjalanan menuju café, Abel dan Ethan banyak berbincang. Abel juga banyak tertawa. Terlebih saat Ethan mengeluarkan lawakan recehnya yang membuat keduanya melepas tawa.
Ah, entahlah. Abel merasa senang bertemu Ethan. Ethan itu seru, asik, dan Abel nyaman. Eits, nyaman dalam arti berteman lho, yaa..
Sesampainya di café yang dimaksud, Abel dan Ethan segera masuk ke dalam. Abel dan Ethan memilih tempat duduk di dekat jendela besar yang langsung menghadap pada jalan raya.
"Lo mau pesen apa, Bel?" Tanya Ethan begitu pelayan datang membawakan buku menu.
Abel melihat-lihat sejenak buku menu yang ada di hadapannya, "Ehmm, nasi goring aja, deh. Lagi males yang aneh-aneh.." Jawab Abel sembari menutup buku menu. "Lo apa?"
"Gue samain aja, deh." Pelayan yang sejak tadi menunggu mengangguk kecil kemudian mencatat pesanan yang diucapkan oleh Ethan.
"Baik, untuk minumnya?"
"Saya es teh manis aja." Ucap Abel membuat pelayan itu mengangguk.
"Masnya?"
"Samain aja." Setelah menyebutkan ulang pesanan mereka, pelayan itu permisi pergi dan berkata untu menunggu pesanan mereka.
"Gimana sama café-nya menurut lo?"
"Enak sih, nyaman gitu."
"Bukan cuman nyaman. Lo harus coba makanannya. Walau simple, tapi rasanya juara." Ucap Ethan membuat mata Abel menatap tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reviens[HIATUS]
Teen FictionSemua berawal saat hari itu. Hari yang Abel anggap benar-benar sial. Hari di mana ia benar-benar merasa bodoh. Bisa-bisanya ia menunggu dan berusaha mempertahankan seseorang yang bahkan sudah tidak ingin lagi bersamanya. Semua rasa sakit dan semua l...