HAIII!
Selamat datang kembaliiii...
Oh iya, aku mau ngucapin selamat idul fitri buat kalian yg merayakan..
Nih, aku temenin ya sama chapter kedelapan dari reviens..
Semoga kalian suka,
Dan
Jangan lupa vote dan komen, ya!
SELAMAT MEMBACA❤
▪︎▪︎▪︎
"Pagi semuaa.." Abel menoleh, mendapati Adel yang baru saja duduk di sebelahnya dengan tangan sibuk memakai dasi.
"Kenapa sih lo? Buru-buru banget." Ujar Abel berkomentar.
"Kesiangan gueee.." Sahut Adel yang dengan cepat-cepat memoles roti miliknya dengan selai cokelat.
"Lah, biasa jug ague yang jalan duluan. Lagi juga ini beru jam.." Abel membelalak begitu melihat jam di ponselnya. "Jam 6?!" Semua yang ada di meja makan menata bingung Adel.
"Lah, sekarang kenapa lo yang kebakaran jenggot?"
"Iya, kamu kenapa, Bel?" Tanya Mama bingung.
"Abel jalan dulu, ya. Temen Abel udah nungguin di depan." Ucapnya sembari dengan buru-buru menyalimi punggung tangan kedua orang tuanya.
"Pasti temen lo yang kemaren nganter pulang ya?!" Adel menaikkan intonasi suaranya karena Abel mulai menjauh.
"Lho? Abel dianter pualng sama siapa kemaren?" Tanya Mama kepada Adel, sedangkan Abel sudah pergi, dan sepertinya tidak mendengar lagi ucapan Adel tadi.
"Iya, Ma. Dianter cowok."
"Ya udahlah, biarin, Ma. Namanya juga remaja."
"Ya udah, Pa, Ma, kalau gitu aku juga jalan, ya. Nanti mau dijemput Ema. Sama sopirnya dia." Ema adalah teman sebangku Adel, dan memang tak jarang Ema menjemput Adel untuk berangkat bersama ke sekolah.
"Hati-hati, Del." Pesan Mama setelah Adel menyalimi bergantian tangan Mama dan Papanya.
Sementara Abel, saat ia keluar dari rumah tadi, benar saja ia menemukan Ethan sudah menunggu di depan rumahnya.
"Udah lama, Than?"
"Baru kok." Jawab Ethan sembari menyerahkan helm kepada Abel. "Jalan sekarang?" Abel mengangguk begitu ia sudah duduk sempurna di atas jok motor Ethan.
"Eh, iya, Than. Lo masih ada utang lho sama gue." Ujar Abel di tengah perjalanan.
"Utang apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reviens[HIATUS]
Ficção AdolescenteSemua berawal saat hari itu. Hari yang Abel anggap benar-benar sial. Hari di mana ia benar-benar merasa bodoh. Bisa-bisanya ia menunggu dan berusaha mempertahankan seseorang yang bahkan sudah tidak ingin lagi bersamanya. Semua rasa sakit dan semua l...