Hai
Hai
Selamat sore menjelang malam, hehehe..
Nih, chapter ke-16 udh up.
Semoga kalian suka sama chapter kali ini, ya..
Jangan lupa vote dan komen juga!
Ayo, ayo, mana nih yang baca tapi gak vote?
Yaudah deh,
SELAMAT MEMBACA ❤
▪︎▪︎▪︎
Hari ini, Abel akan sangat sibuk. Karena hari ini adalah hari dimana Pensi dilaksanakan. Baru bangun tidur saja ia sudah sibuk mengkorrdinasikan semua dengan panitia yang lain. Acara hari ini harus bisa berjalan dengan lancar.
Selesai berberes, ia mengambil tasnya kemudian keluar dari kamar. Ia menghampiri Mama, Papa, dan Adel yang sudah menungu di ruang makan.
"Ma, Pa, Abel gak sarapan, ya. Buru-buru mau urusin Pensi." Ucapnya sambil menyalimi punggung tangan keuda orang tuanya bergantian.
"Lho? Gak makan?"
"Ambil rotinya aja, Bel. Makan di jalan." Ucap Mama sembari menyodorkan sepotong roti yang baru saja selesai dioles selai.
"Oke, makasi. Abel duluan, ya."
"Ngomong—ngomong, Del. Lo dateng gak?" Tanyanya sesaat sebelum ia bergegas pergi.
"Dateng kok. Mau hunting cogan baru. Kali aja dapet." Jawab Adel disertai kekehan kecilnya.
Abel memutar bola matanya, "Ya udah."
"Abel jalan, dadah." Pamitnya kemudian berlari kecil keluar dari rumah.
Di depan, sudah ada Ethan yang baru saja sampai. Ia segera naik ke atas motor Ethan karena memang ia harus sampai secepat mungkin.
"Nanti jangan terlalu sibuk, ya." Ucap Ethan di tengah perjalanan memperingatkan Abel.
"Iya, enggak kok."
"Bener, ya. Nanti kamu kecapean malah sakit."
"Tenang aja." Balasnya dengan senyum kecil.
Sesampainya di sekolah, Abel segera turun, namun ia tidak bisa langsung ke ruangan OSIS karena Ethan yang baru ingin turun dari motor seketika dikerumuni oleh cewek-cewek sekolahnya.
Abel menghela nafas kasar, ia ingin segera sampai di ruangan OSIS, tapi ia tidak suka Ethan dikerumuni seperti itu. Ethan pacarnya.
"Oi! Oi! Oi! Minggir-minggir. Bubar. Kyak gak pernah liat cowok aja." Usirnya mmebuat cewek-cewek itu menyorakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reviens[HIATUS]
Novela JuvenilSemua berawal saat hari itu. Hari yang Abel anggap benar-benar sial. Hari di mana ia benar-benar merasa bodoh. Bisa-bisanya ia menunggu dan berusaha mempertahankan seseorang yang bahkan sudah tidak ingin lagi bersamanya. Semua rasa sakit dan semua l...