I know you don't believe me, but i do love you
-Ken Alvin-***
Pengakuan Alvin beberapa waktu lalu, mau tak mau memberi pengaruh pada cara pandang Via. Entah caranya memandang hubungannya dengan Alvin atau bagaimana ia harus bersikap pada Fea.
Meski pemuda itu berkali-kali meyakinkan bahwa usahanya mendekati Via tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan Fea, tetap saja Via tidak bisa merasa sama. Via tidak bisa begitu saja mengabaikan pikiran bahwa kehadirannya adalah opsi karena berakhirnya hubungan Alvin dan Fea. Walau sungguh, ia sendiri tidak menyukai buah pikirannya itu.
Satu helaan nafas lolos dari bibir Via yang kini sedang berdiri di balkon kamarnya. Netranya menerawang jauh. Pada langit malam yang semakin pekat. Pada apa-apa yang tak bisa ia lihat, namun dapat dirasakan hatinya. Ia tidak pernah tau sebelumnya bahwa ada perasaan semacam ini. Saat kamu merasa ingin mendorong seseorang pergi sangat jauh, tapi di saat yang sama ingin menariknya begitu dekat.
Satu mobil yang berhenti di depan gerbang rumahnya menarik Via keluar dari lamunannya. Ia melihat kakaknya keluar dari pintu penumpang mobil berwarna biru metalic itu. Setelah melambaikan tangan dan mobil itu berlalu, Fea menunggu pak Rohmat membukakan pintu gerbang lantas masuk ke dalam rumah.
Via melihat jam yang tertera di layar ponsel yang kini digenggamnya. Pukul 23.30. Ia menghela napas sekali lagi.
Akhir-akhir ini, Fea sering sekali pulang larut. Jarang ada di rumah dan kadang bahkan tidak pulang dengan alasan menginap di rumah temannya. Ia selalu beralasan bahwa tugas kuliahnya sedang banyak-banyaknya. Dan tiada hari tanpa tugas. Bahkan masih ada jadwal kuliah tambahan di akhir pekan.
Meski mama dan papanya percaya, entah kenapa Via merasa itu hanyalah akal-akalan Fea untuk menghindarinya. Fea memang masih bersikap seperti biasa setiap kali ia mengajak kakak perempuannya itu bicara. Tapi, Via merasa tatapan mata Fea berbeda. Sehingga, ia makin yakin atas praduganya.
Alvin sempat mengatakan bahwa ia tidak punya niat sama sekali menutupi dari siapapun bahwa ia mengejar Via. Sekalipun itu dari Fea. Pemuda itu juga mengatakan bahwa ia sudah menyampaikan dengan jelas pada Fea bahwa ia punya ketertarikan khusus terhadap Via. Dan entah bagaimana reaksi Fea setelahnya, Via tidak tahu. Ia belum bertanya karena realitanya ia sendiri membuat hubungannya dengan Alvin kini berjarak. Sedangkan, ia pun belum cukup berani untuk membicarakan perihal ini kepada Fea. Apa yang harus dia katakan memangnya?
Aku dekat dengan temanmu yang bernama Alvin
Atau
Mantan teman dekatmu mendekatiku
Atau
.....
Via tidak menemukan kalimat yang pas untuk membicarakan itu dengan Fea. Selain kalimat-kalimat yang justru terdengar seperti judul FTV sinema Azab.
Via tidak tahu apa sampai sekarang Fea masih menyukai Alvin juga. Via tidak tahu harus bersikap bagaimana. Ataukah ia harus mundur saja untuk apa yang belum ia mulai?
Layar ponsel di genggamannya berkedip-kedip tanda ada panggilan masuk. Dari penelepon yang sama sejak seminggu lalu. Dan entah sudah ke berapa kali hari ini, tapi tak satupun panggilan itu ia terima.
Ken
Calling....***
Alvin menatap layar ponselnya yang kini sudah padam. Lalu, dihelanya nafas panjang, sebelum menaruh ponselnya di meja.
![](https://img.wattpad.com/cover/78610935-288-k763678.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Happiness
RomanceMungkin nanti, akan ku temui kamu pada takdir yang lain. Atau mungkin, pada kesedihan yang lain. Apalah kita yang bersandar pada segala sesuatu yang tak kekal.