Aku merasa ini part gagal. Tapi yah sudahlah. Soalnya kalo ga di update, aku malah gak tau kapan bisa update atau punya feel nulis lagi 😂
Btw, sebentar lagi ANH anniv yaa. Kalo ada yg mau kirim ff atau one shoot special seventastic boleh banget loh.
***
It wasn't that long, and it certainly wasn't the kind of kiss you see in movies these days, but it was wonderful in its own way, and all I can remember about the moment is that when our lips touched, I knew the memory would last forever.
***
Angin pukul setengah dua belas malam yang berhembus di pinggir kolam membuat rambut Via beterbangan, berkali-kali menutupi wajahnya yang minim make up. Gadis itu masih mengenakan gaun, ditambah jas hitam yang bertengger di pundaknya untuk mengurangi rasa dingin.
Pemilik jas itu berdiri di sebelah Via. Lengan kemajanya digulung sampai siku dan dasi yang tadi melingkari lehernya sudah tidak terikat. Alvin menumpukan kedua tangannya pada pagar pendek berwarna hitam di
hadapannya, menundukkan wajah dan merutuki otaknya yang kini dipenuhi tentang gadis cantik di sebelahnya.Suara tawa kecil membuat Alvin mengangkat wajah dan membenarkan posisi berdirinya.
"Kamu tahu, akting kamu tadi konyol banget."
Alvin tidak membantah walau dalam hati tidak menyetujui ucapan gadis itu. Konyol katanya? Sementara tadi ia harus sekuat tenaga menahan diri untuk tidak meneriaki dua sahabatnya.
Melihat Alvin yang hanya menatapnya tanpa respon, Via berdehem. Ia menyelipkan rambutnya yang beterbangan sebelum kembali bicara.
"Tapi, makasih. Aku tadi-.." Via membuang napas sebelum melanjutkan. "Aku sebenarnya sedikit nggak nyaman."
Alvin mengangguk tulus. Masih enggan untuk bersuara di saat ia sendiri tidak tahu apa yang harus ia katakan.
Via mengalihkan pandangannya. Ke kolam di bawah sana, ke bagian dalam kamar Alvin, ke sekitar balkon tempat mereka berada saat ini, kemana saja asal bukan ke arah Alvin. Diamnya pemuda itu dan tatapan intens yang terus tertuju kepadanya membuat ia resah.
Via menarik napas, lantas kembali memandang pada satu-satunya sosok di sebelahnya. "What are you doing?"
"Tadi?"
"This." Via mengedikkan bahu, merujuk pada Alvin yang membisu sejak mereka tiba disana.
Alvin mengulum senyum tipis. "Staring at you, watching while you're talking, and.... thinking so much things."
"What is so much?"
"Kepo."
Via melotot. "Fine. I'm just gonna breathe here, not saying anything."
"You're angry." Kekeh Alvin.
Namun, Via justru membuang wajahnya, mengabaikan Alvin.
"Lex..."
"........"
"Lex, ngambek?"
Via bisa menemukan nada geli dalam pertanyaan Alvin. Tapi, ia memilih masa bodoh.
"Lex, seriously. It's really not you."
EGP.
Via nyaris menoleh pada pemuda itu setelah tiga menit berselang tanpa suara. Namun, kemudian ia menganulir apa saja yang ada dalam kepalanya ketika ia merasakan sapuan napas hangat di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Happiness
RomanceMungkin nanti, akan ku temui kamu pada takdir yang lain. Atau mungkin, pada kesedihan yang lain. Apalah kita yang bersandar pada segala sesuatu yang tak kekal.