-7- Hari Kedua

326 42 6
                                    

Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control.

***


"Lo kenapa sih, man?" Wisnu memukul kepala Angga. Akhirnya ada yang buka suara, sepeninggal Tata. "Ngegas banget tau gak?"

Angga hanya berdecak tanpa menanggapi Wisnu. Wajahnya sudah benar-benar keruh.

"Minta maaf, gih!" Alvin menatap Angga dari balik cangkir cappucinonya.

"YHA males."

"Ya si pantat panci. Biasa aja dong." Wisnu mendengus melihat Angga yang sedang sensitif. "Tai lo emang." Wisnu menoleh pada Vina, lalu mencolek gadis itu yang sejak tadi diam. "Bocah ngapa?"

Vina mendelik. "Ngga, mantan lo banyak tapi kalau ngadepin Tata kok lo jadi bego sih?"

Alvin mendengus menahan tawa, sedangkan Wisnu tergelak mendengar perkataan Vina yang tiba-tiba. "Apa anying?" geram Angga.

"Dia bener-bener bego kalo lagi jealous." Wisnu menggeleng-gelengkan kepala. "Sensitif lagi kayak pantat bayi."

Angga hanya berdecak. Menolak menanggapi komentar tidak penting Wisnu.

"Sore ini pada kosong kan? Futsal yuk, di tempat biasa." ajak Wisnu.

"Jam?"

"Abis maghriban aja, Ngga." Wisnu menunggu jawaban lain. "Vin?"

Alvin menatap Wisnu sambil lalu. "Nanti gue kabarin deh, kalo emang bisa."

"Ada acara lo?"

"Ehm.. Hmmm..."

Vina memukul bahu Alvin, membuat pemuda itu menoleh dan menaikkan alisnya.

"Jadi, siapa cewek yang kemaren?" Vina merubah topik obrolan tiba-tiba.

"Yang mana?"

"Hiliiiih... Sok lupa, bege." sahut Wisnu kesal.

Angga yang tadi mukanya bertekuk, kini menyeringai senang. Yang di mata Alvin terlihat sangat menyebalkan. "She is the one and only The others Firamada."

Alvin mendengus. Tidak sanksi lagi kalau Angga memang tidak bisa tutup mulut.

"Serius, Vin?" Wisnu setengah takjub. "Boy, lo beneran cari mati."

"Ceritain lagi dong. Semalam di telepon gak jelas." Angga tersenyum makin lebar.

Dibawah tatapan tiga pasang mata yang menuntut penjelasan itu atau menurut Alvin lebih tepat, tiga pasang mata yang haus gosip itu, Alvin akhirnya menceritakan awal pertemuan dan perkenalannya dengan 'The Others Firamada'. Minus 'Three days challenge' dan kenyataan dirinya yang acap kali terpesona pada gadis itu.

Selesai bercerita, Alvin mendapati beragam tatapan mata dari kawan-kawannya. Ada yang menatap penuh minat, ada yang penuh keheranan, dan satunya penuh penghakiman.

Yang menatap penuh minat tentu saja Raden Mas Diangga Arya Pramudiya. Siapa lagi. Yang membuat Alvin ingin sekali menendang sahabatnya itu.

"Tangkapan bagus, Boy." ucap Angga riang. "Secantik kakaknya nggak?"

Alih-alih tidak ingin menanggapi pertanyaan Angga, Alvin justru memikirkannya.

Cantik. Kedua gadis Firamada itu cantik dalam warna yang berbeda bagi Alvin. Fea cantik. Feminim. Tipikal cewek masa kini yang glamour dan keren. Cewek superior, yang akan membuat lelaki yang dilewatinya menoleh dua kali untuk melihatnya. Sedangkan yang satunya..

Another HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang