-12- Pengakuan

649 52 22
                                    

Apakah part ini baik2 aja di kalian? Soalnya di aku agak error gitu 😣 udah ku unpub berkali-kali tetep aja error :(

***

Via membuka matanya lalu mengerjap-ngerjap. Ia melihat kelambu putih di atasnya dan langsung tersentak bangun. Ini dimana? Ini bukan kamarnya, kan? Sejak kapan di kamarnya ada kelambu?

Mata Via mencari-cari lalu mendapati sebuah jam digital di dekatnya. 15.37? Berapa lama ia tidur?

Sejauh yang bisa di ingatnya, ia meninggalkan makan siang bersama keluarganya dan meminta Alvin datang menjemputnya. Dan setelahnya, ia jatuh tertidur di mobil laki-laki itu. Via bangun dari posisinya lalu duduk bersandar ke kepala ranjang. Ia memandang sekelilingnya.

Selain ranjang besar berkelambu ini. Via mendapati sebuah cermin besar bergaya kuno berwarna susu di seberangnya. Tidak banyak pernik di atasnya. Di sudut lain, ada dua buah sofa dan meja kecil bernuansa gading. Wallpaper dan lantai marmer yang berwarna broken white semakin menguatkan nuansa klasik kamar ini.

Wah, apa dia sedang ada di toko furniture atau sebangsanya?

Via menoleh ke samping, mendapati sesuatu di atas nakas samping ranjangnya. Sebuah nampan berisi segelas cokelat hangat dan sepucuk kartu di sampingnya. Alih-alih penasaran dan segera membaca isi kartu itu, Via justru meraih cangkir lebih dulu dan menyesap coklatnya. Hmm, masa bodoh ada racunnya....

Setelah berlama-lama menikmati coklat hangatnya, ia menaruh kembali cangkir itu di nakas. Ia menyusupkan beberapa anak rambut ke belakang telinganya, lalu mengambil kartu di sebelah cangkirnya. Via membukanya dan menemukan tulisan singkat disana.

Ada tulisan tangan yang tak ia kenali. "Meet me @library if you already woke up - K."

Perpustakaan? Ngapain Alvin di Perpustakaan? Hei, sebenarnya dia dimana sih sekarang?

***

Via mengintip dari celah pintu kamar yang terbuka. Takut, ia sedang dikerjai atau apa.

Yang menyambutnya adalah sebuah ruang besar dengan kaca transparan yang menggantikan fungsi dinding di dua sudut di seberangnya. Di tengah ruangan, ada sebuah karpet besar dan TV Plasma 42" yang tertanam ke tembok.

Via mengedarkan pandangan lagi. Ada dua kamar lain di sebelah kamarnya dan diantara kamar Via dengan salah satu kamar terdapat sebuah pintu besar yang terbuka sedikit. Pintu itu menuju ruangan yang menjorok keluar. Mungkin, balkon. Pikir Sivia lalu mengangkat bahu.

Via berjingkat pelan keluar. Hmm.. Tampaknya perpustakaan yang dimaksud Alvin tidak di lantai ini. Via pun melangkahi tangga menuju ke bawah. Via mengintip dari celah tralis tangga. Dan apa yang dilihatnya, mau tak mau membuatnya menyipitkan mata.

Tangga di bagian bawah ini terhubung langsung dengan sebuah ruang baca luas yang juga bernuansa putih klasik dengan rak-rak raksasa yang penuh terisi buku. Via ragu apa ayahnya mau menyediakan sebuah ruangan seperti ini di rumah mereka.

Via menuruni tangga. "Hi, kamu lagi.. nugas?"

Alvin menoleh ke arah Via, memberi gadis itu isyarat untuk mendekat. "Lagi iseng baca-baca.." kata Alvin sambil tersenyum.

Via menuju ke sofa di seberang Alvin. Memindai buku-buku yang berjajar di rak itu, yang barangkali jumlahnya lebih banyak dibanding perpustakaan umum yang biasa ia kunjungi. "Ini semua kamu koleksi sendiri?"

"Hmm.." Alvin bergumam tanpa memindahkan mata dari buku yang sedang di tekurinya.

Via beranjak untuk melihat-lihat apa saja yang tersusun di rak-rak raksasa itu. Ada banyak sekali koleksi novel-novel fiksi tua seperti The Blue Flower, A Dance to the Music of Time dan The Da Vinci Code. Koleksi buku dari penulis-penulis yang namanya terlihat asing hingga nama-nama seperti J.K. Rowling dan Stephen King ada disana.

Another HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang