Disinilah aqila. Berjalan modar mandir melayani pembeli.
Kalo boleh dijelaskan, aqila dan ayahnya mempunyai sebuah cafe coffe kecil-kecilan gitu. Itung-itung buat nyukupin kebutuhan mereka.
Kring~
Suara lonceng yang terdengar di atas pintu masuk menandakan ada pembeli.
Aqila segera membalikkan badannya dan berusaha menyapa dengan ramah calon pembeli nya.
"Selamat datang di caffe kami, ma_ eh din, lo ngapain kesini? Bukannya jagain rumah"
Dini tidak menggubris, dia mengapsen setiap inci dari caffe itu.
"Heh. Ditanya juga". Sentak aqila.
"Toilet mana? ".
Wajah aqila berubah ekspresi, lalu ia menunjuk lorong di samping kasir.
'kalo bukan temen, udah gue buang lo', batin aqila.
Kring~
Suara lonceng berbunyi lagi.
Kali ini benar-benar pembeli.Dia berjalan dengan masih memainkan ponselnya. Wajahnya tertutup masker dan topi. Tapi bisa di pastikan lelaki itu sedikit familiar untuk aqila.
"Selamat datang di caffe kami,
mau dipesan apa? ""Coffe latte 1".
Pria itu mendongak sembari menyimpan ponsel di saku celananya untuk memastikan pesananya di terima.
Tapi entah kenapa, wajah lelaki itu seperti pernah aqila lihat, walau tertutup masker.
"eh. Mas yang di bandara itu ya? ". Tunjuk aqila.
Pria yang dimaksud hanya mengerutkan dahinya kemudian mulai mencari memori di otaknya.
"Maaf ya soal kejadian tadi pagi. Saya mewakili temen saya minta maaf sebesar-besarnya". Kata aqila lagi.
Sukses hal itu membuat memori pria itu kembali.
Ia pun membalas perkataan aqila."Oh. Iya. Gak papa kok hehe". Balasnya sembari melepas masker yang sedari tadi menutupi wajah tampannya.
"Hyunjin".
Hyunjin menyodorkan tangannya, berniat untuk berkenalan dengan aqila.
Tanpa ragu atau perasaan takut, aqila segera meraih uluran tangan hyunjin.
"Aqila". Balas aqila tak lupa memberi senyum khas miliknya.
"Oh ya sebagai permintaan maaf, saya akan menraktir pesan mas hyunjin". Tawar aqila.
Hyunjin mengangguk. Mumpung gratis:)
Setelah memesan, hyunjin menuju meja bagian pojok. Ia kembali membuka benda petaknya itu sembari menunggu pesannanya datang.
Beberapa menit kemudian dini keluar dari kamar mandi. Dia menuju aqila yang tengah membuat coffe.
Matanya tertuju pada pembeli yang duduk di pojokan. Tak lain adalah hyunjin.
Dia mendengus kasar.
"Cih kenapa ada dia disini? "
Mendengar dengusan dini, aqila menatap gadis itu. Ia mengikuti arah mata dini.
"maksud lo hyunjin? "
Dengan tidak santainya dini menatap tajan aqila.
"lo tau dari mana nama cowok itu? "
"Tadi baru kenalan btw"
"Kenapa lo kenalan sama tuh cowok? Pasti dia yang ganjen kan? "
"kenapa sih? Cemburu? Lo suka sama hyunjin? "
"Amit-amit jabang bayi. Mending gue suka sama om seungwoo dari pada sama dia".
"HEh bokap gue".
Di posisi lain, hyunjin mendengar perdebatan dua sahabat itu.
Ia memalingkan pandangannya dari ponsel. Berniat untuk sekadar mengetahui apa yang di debatkan.Matanya bertemu dengan sosok di samping aqila.
Wajahnya datar, bahkan ekspresi kaget saja tidak terlihat di wajahnya.Hyunjin mengalihkan pandangannya ke sebelah. Terlihat aqila yang juga melihatnya.
Refleks dia tersenyum ketika aqila juga tersenyum kepadanya.
"njir. Mukanya langsung berubah gitu kek power ranger"- Andini.
Hari berikutnya. Lagi-lagi pergi kerumah renjun hanya menjadi wacana buat aqila.
Gadis itu tidak bisa kerumah renjun karna sang empu lah yang akan menemui nya di luar.
Ia bilang nggak enak kalau mau pacaran dirumah. Keluarganya ada yang balik.
Aqila tak mempermasalahkannya lagi. Mungkin renjun belum siap memperkenalkan dirinya ke keluarga besar renjun, yang pasti selain minhyun.
"Aku jemput kamu sepuluh menit lagi".
Setelah mendengar suara terakhir renjun dari ponsel, sambungan telepon terputus.
Pada kangen momen renjun aqila gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath X Huang Renjun 2
Fanfiction[HIATUS!!! JANGAN DIBACA KALO GAMAU NYESEL KARNA NGE GANTUNG😔] #Start: 2020 #End: - "you must pick me" #Season 2 #NC18+