Apasih, lama gk nulis jadi gila sendiri gue (╥﹏╥).
OK Lah Kuy lanjut!!!
ヘ( ̄▽ ̄*)ノ
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surya mulai tenggelan, sebentar lagi sang chandra akan menggantikan posisinya.
Terlihat aqila yang berjalan beriringan dengan dini menuju rumah mereka tak jauh dari posisi mereka sekarang.
"Aqila! ". Seru dini saat gadis berkacamata itu menangkap memori dalam otaknya.
Aqila menoleh. "Apa? ". Balasnya.
"Apa renjun tidak menghubungi mu?". Tanya dini.
Aqila mengerutkan dahinya sembari merogoh ponsel dalam saku.
Ia melihat layar monitor yang sama sekali tidak ada tanda-tanda renjun menelfon atau mengirim pesan kepadanya. "Tidak. Memangnya kenapa? ". Tanya aqila balik.
"Aku bahkan tidak melihatnya seharian ini. Mungkin dia sakit? Aku harus menelfonya nanti"
"Bukan seperti itu. Tadi_" Dret! Dret!Dret!
Suara ponsel menghentikan ucapan dini, bukan suara ponsel milik aqila, tapi milik dini sendiri.
Ia menekan panggilan terima hingga suara seorang laki-laki muncul dari dalam benda petak itu.
"Jinjja? Waeyo? A-arraseo! ".
Sambungan pun terputus. Kini aqila menatap penuh tanda tanya ke wanita bermarga choi tersebut. Sikap aqila seperti itu karena ia jarang sekali bahkan tidak pernah melihat seorang dini mengeluarkan ekspresi murung atau tidak enak hati saat menerima telfon dari seseorang.
"Siapa? Ada apa?". Tanya aqila.
"Uri oppa". Jawab dini masih dalam keadaan resah.
"Hyunsuk? Wae? ".
"Dia dalam pernerbangan menuju kemari. Tapi entah kenapa aku tidak ingin dia ke sini. Aku tidak ingin dia meninggal kan Jerman, aqila". Balas dini sembari menyambar tangan aqila dan menggenggamnya kuat.
Suara gadis itu mulai mengecil, kini sepandai apapun dia menutupi rasa cemasnya, semua itu akan terlihat di mata aqila.
Wajah dini pucat, dan badanya pun gemetar.
"Ada apa denganmu ? Bukankan kau sangat menyayangi oppamu itu? Bukankah bagus kalau dia menemuimu besok? ".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di lain sini. Kini hyunjin mulai memasuki kediaman Hwang.
Langkah kakinya yang tanpa ragu menginjak lantai depan ruangan milik minhyun.
Bukan salah hyunjin jika telinganya mendengar pembicaraan di dalam sana, toh suara mereka tidak dapat dikategorikan pelan.
Hyunjin menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Ia memasukkan tangan kirinya ke saku dan tangan lainnya memegang tas yang ia gendong.
Dia hanya penasaran kelanjutan kalimat yang tadi ia dengar, tanggung jika hanya sepotong saja.
"Aku tidak butuh foto atau wajah orang itu. Bahkan jika perlu, aku akan memenggal semua kepala hyunsuk hyunsuk di bumi ini!".
Itu lah kalimat terakhir yang hyunjin denger sebelum ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.