Mau tidak mau aku harus turun, tidak boleh egois apalagi bersikap kekanak-kanakan. Ayolah jieun, kamu hanya akan bertemu dengan keluarga dari seorang kim taehyung, mereka juga manusia biasa sepertimu mereka tidak akan memasakmu atau menjadikan mu sup daging untuk menu makan malam mereka jangan perpikiran yang tidak tidak.
Menarik nafas sebentar lalu menyerong kan badanku sedikit agar bisa menatap taehyung sepenuhnya "Kenapa kau membawaku kemari secara mendadak taehyung? Setidaknya kau bilang dulu agar aku mempersiapkan diri"
"Kau gugup?" Sebuah pertanyaan meluncur dari mulut taehyung, oh yaampun sudah tau malah bertanya, tapi apakan sejelas itu? Dan belum juga aku menjawab pertanyaan taehyung tiba-tiba tanganku yang awalnya terasa dingin kini berubah menjadi hangat, oh ini semakin mengacaukan jiwaku.
Dan lagi, dia tersenyum padaku.
"Tak ada alasan untuk tidak mengajakmu kemari, apa salahnya membawa calon istriku untuk bertemu calon ibu mertuanya? Bukankah itu bagus? Tidak ada yang di perlu khawatir ji, kau tidak sendirian, ada aku, jika merasa gugup kau boleh meremas kemejaku" persetanan dengan mulut kim taehyung lebih baik aku segera turun dari pada lama lama di dalam mobil bisa menjadi gila nanti.
"Sebaiknya kita turun" ajakku
Melepaskan diri dari genggaman tangan taehyung kemudian aku langsung turun dan tidak lama dari itu dia menyusul di sebelah ku, kini kami berjalan beriringan menuju pintu utama rumah ceo kim.
Rumah yang sangat mewah dengan pekarangan yang luas, terlihat jelas dari koleksi mobil yang terparkir di bagasi miliknya aku bisa menafsirkan sekaya apa kim taehyung ini.
Meskipun aku dari keluarga yang berada karena perusahaan yang dimiliki yoongi tapi rasanya sangat amat jauh jika harus dibandingkan dengan apa yang dimiliki taehyung. Kalian tau kan perusahaan yoongi biasa biasa saja.
"Oiya aku belum menghubungi yoongi kalo aku akan pulang terlambat" ucapanku berhasil membuat taehyung melirikku sekilas
Lalu dia menjawab "Aku sudah memberi tahunya"
"Oyah kapan?" Tapi kemudian taehyung tidak menbalasku, sungguh menyebalkan.
Dipersekian detiknya kami sampai disebuah pintu kematian, oh bukan itu pintu rumah kim taehyung.
Ya ampun aku kaget karna tiba-tiba saja pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya dengan pakaian sederhana dia tersenyum kepada taehyung kemudian denganku
"Tuan muda kim sudah datang, nyonya sudah menunggu dari tadi" lalu taehyung mengangguk tangannya meraih tanganku untuk diajak kedalam, aku mengikuti arah kemana taehyung pergi melewati wanita tadi yang kuyakinin adalah pelayan dirumah ini.
"Taehyung, apa tidak apa apa aku kesini? Kalo orang tuamu tidak setuju denganku bagaimana, lagian kenapa kau melamarku tiba tiba sih? Kenapa kau tak bilang pada ibumu dulu?" Aku takut jika semuanya akan menjadi kacau terlebih taehyung dari keluarga kaya raya, jika ibu taehyung adalah sesosok wanita yang lebih mementingkan status sosial wah, tamat sudah riwayatku.
Oke tenang bae jieun semua akan baik baik saja.
Langkah taehyung berhenti kemudian badannya disejajarkan dengan posisiku dia tersenyum hangat seperti memberi stigma bawa semua akan berjalan dengan lancar, tidak hanya itu tangan yang tadinya hanya menggenggam kini sudah mengisi kekosongan jari-jariku, terlalu erat.
"Percaya padaku ji, aku yakin ibuku akan menyukai mu dan ingat jadilah dirimu sendiri" aku tidak tau kalau taehyung akan semanis ini.
"Yasudah ayo" ajaknya dan aku hanya mengangguk, menuruti kemana arah taehyung pergi, melewati ruang utama, ruang keluarga, dan ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Fanfiction"kau tau apa yang lebih mengerikan dari kecoa terbang? aku rasa takdir semesta" Takdir seolah-olah selalu bermain dengan jieun, selalu mengejutkan jiwanya terlebih setelah dipertemukan dengan seseorang yang bernama kim taehyung.