"kau tau apa yang lebih mengerikan dari kecoa terbang? aku rasa takdir semesta"
Takdir seolah-olah selalu bermain dengan jieun, selalu mengejutkan jiwanya terlebih setelah dipertemukan dengan seseorang yang bernama kim taehyung.
Angin yang tidak terlalu kencang terasa sejuk menerpa kulit wajahku ditambah pemandangan sungai disore hari dengan langit yang mulai merubah warna menjadi keoren-orenan menambahkan nilai plus untukku yang sedang menikmati mie kuah dengan taehyung, ternyata sesederhana itu kebahagiaan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tidak tau kapan tepatnya hati ku mulai mengagumi sosoknya tapi jujur aku sepertinya mulai menyukai taehyung laki-laki yang terkesan dingin diawal pertemuan pertama kini sudah berubah menjadi sosok yang hangat, taehyung benar ini hanya soal waktu.
Hati memang begitu tidak bisa diajak kompromi prihal kapan aku harus jatuh, selalu di buat mendadak.
"Pelan-pelan makan mienya taehyung kalau masih merasa lapar kan nanti bisa beli lagi, tokonya tidak akan menghilang ko tenang saja" melihatnya makan dengan tidak sabaran seperti ini terkesan seperti dia sudah tidak makan mie hampir bertahun tahun.
Dengan mulut yang masih penuh mie taehyung memaksakan berbicara "tidak usah banyak bica..."
"Yak yak yak taehyung-ah! Jangan bicara kalau sedang makan, kuahnya muncrat ke mukaku lihat!" Bisa-bisanya dia menyemburkan kuah.
Setelah berhasil menelan mienya yang sedikit kesusahan karena menertawakan kejadian tadi taehyung mulai merubah posisinya menjadi lebih dekat, jadi posisinya kami saling berhadapan "maaf ji aku tidak sengaja" dengan pelan dia mengusap pipiku padahal aku sudah mengusapnya terlebih dulu dengan tanganku.
"It's okay ini bukan masalah besar"
"Mau mencoba mie ku?" Tawarnya sembari menyodorkan mangkuk mie yang dia punya ke hadapan ku.
Menggeleng, pasalnya mie yang kita beli rasanya sama.
"Kenapa tidak mau, Mie punya ku lebih enak dari pada punya mu tau".
"Kau mabuk ya? Kitakan pesan mie dengan rasa yang sama mana ada bedanya kim" ada ada saja memang.
"Aaa, buka mulutmu" pintanya sembari menyodorkan kan mie yang sudah ia apit dengan sumpit nya kehadapan mulutku.
Mendengus kesal, tapi tetap saja aku menuruti perintah taehyung untuk membuka mulut.
Namun baru saja akan melahapnya pergerakan tangan taehyung membuatku berhenti.
"Sebentar" ucapnya dan mulai meniup mie tersebut sebanyak tiga kali baru menyodorkan nya lagi kehadapanku. Dengan cepat aku langsung melahapnya.
"Bagaimana?" Tanyanya.
Mengendikan kedua bahu sebagai jawaban karena memang rasanya sama saja seperti yang kubilang tadi.
Taehyung menampakan raut muka yang dibuat seolah sedih karena jawaban yang ku beri tidak cukup memuaskan.
"Taehyung"
"Hmm?"
"Apa yang belum kau capai sampai saat ini?" Memulai obrolan dengan taehyung mungkin akan menyenangkan.
"Mempunyai keluarga dengan dua orang anak dan pensiun diumur 50an"
Aku mengangguk samar "pasti mudah ya bagimu apalagi kau itu terlahir dari keluarga kaya"
"jangan pernah menilai sesuatu tanpa dasar" ujarnya.
"Yang kau lihat mudah belum tentu mudah dilakukan, kau tahu ji bahkan aku hampir tidak punya teman dimasa sekolah menengah atas" lanjutnya.
Aku tercengang"hah kenapa?".
"Aku benci kepura-puraan, mereka tidak tulus dengan ku"
Aku mengerti apa maksud dari kalimat taehyung.
Aku lanjut bertanya"Lalu?"
"Sampai akhirnya aku bertemu dengan jimin murid pindahan dari busan, aku suka dia, jimin tulus denganku aku merasakannya dia suka sekali tertawa dan terkadang tawanya sampai menular, dia juga konyol sering sekali jatuh dari bangku aku jadi sempat berfikir dikehidupan sebelumnya jimin dan bangku pernah ada masalah apa"
Ternyata jimin dan taehyung berteman dari sejak masih sekolah dulu dan sampai sekarang? pantas saja sedekat itu.
"Aku jadi ingin tau bagaimana cerita tentang asmara di masa remajamu"
Memutar bola matanya malas"hey pembicaraan mu jadi membuatku merasa sudah sangat berumur"
"Itu fakta kim taehyung" tukas ku.
"Yasudah nanti kuceritakan kalau sudah dirumah, sekarang kita pulang dulu. Udaranya sudah mulai sedikit menusuk".
Setuju dengan perkataannya, akhirnya kami bergegas pulang dan tidak lupa membereskan bekas makan tadi.