"Akh."
Aku tersentak kecil saat sesuatu yang dingin tiba-tiba jatuh ke pipiku. Aku mendongak menatap langit yang gelap, tak ada bintang yang muncul malam ini. Sama seperti hatiku yang merasakan ada sesuatu yang salah dari hari ke hari.
Malam yang seharusnya penuh kebahagiaan ini, hanya membuatku... entah bagaimana cara menyebutnya. Lelah?
Butiran putih dan lembut yang terjatuh dari langit, membuat sebelah tanganku terulur, merasakan lembut dan dinginnya butiran putih itu di telapak tanganku yang rata. Salju pertama di musim dingin tahun ini telah turun.
Suara ramai di sekitarku semakin ricuh. Orang yang berlalu lalang berhenti sejenak. Orang yang ada di dalam ruangan, pergi keluar sebentar. Mereka menyambut salju pertama dengan suka cita. Senyum lebar dan tawa terlihat jelas di wajah mereka.
Aku pun ingin merasakan kebahagiaan itu juga. Tapi bibirku gagal membuat garis melengkung. Hanya meninggalkan garis lurus tipis di antara bibir bawah yang kugigit.
Buku-buku jariku mulai membiru merasakan dingin yang menusuk hingga tulang, tapi tanganku semakin erat menggenggam microphone. Berpakaian pendek di musim dingin bukanlah apa-apa jika dibandingkan perjuanganku dalam meraih mimpi. Aku sudah berdarah-darah selama perjalanan, membeku tidak akan jadi masalah.
Pandanganku menatap salah satu rekanku yang masih memiliki energi penuh meski hari sudah terlampau malam. Ia adalah leader grup-ku. Memiliki perawakan yang lebih pendek daripada diriku dengan rambut hitam lurus sebatas punggung, menambah kesan girl crush yang semakin kuat. Pipinya memerah mencolok karena menahan dingin. Ada uap yang keluar setiap kali ia menghembuskan napas atau berbicara.
Ia menatapku dengan senyuman. Aku membalasnya—entah berhasil atau tidak—sebelum ia mengangguk kecil dan mengangkat microphone ke depan bibirnya.
"—Kim Chaewon, mainvocal kami akan memberikan kehangatan di musim dingin ini dengan suaraindahnya. Tolong berikan dukungan kalian! Selamat Natal!"
***
Mataku terbuka perlahan. Warna putih yang samar dari atap kamar yang pertama kali tertangkap oleh kedua mataku. Butuh beberapa kali kedipan untuk membangunkan diriku sepenuhnya. Merasakan sisa-sisa mimpi tentang masa laluku, yang entah mengapa tiba-tiba datang. Rasanya sudah lama tidak mengingatnya.
Mulutku terbuka, menguap lebar dan menarik tangan serta kakiku semaksimal mungkin untuk merenggangkan otot-otoku yang kaku.
"Sudah bangun?"
Mataku memincing saat cahaya dari ruang tengah begitu menyilaukan kamarku yang gelap. Aku mengerang kecil karena ketidaknyamanan dari mataku.
Ada Eunbi eonni berdiri di ambang pintu. Sebelah tangannya menyangkut di sisi pintu, membiarkan beban tubuhnya di sana.
"Sepuluh menit lagi." Gumaman Yeonhee membuat kepala Eunbi eonni menggeleng. Kurasa Yeonhee menarik kembali selimutnya saat aku mendengar suara gesekan selimutnya.
"Aku akan turun," jawabku dengan suara mengerikan. Tenggorokanku sangat kering dan aku butuh air secepat mungkin. Dengan kekuatan penuh untuk menyingkirkan rasa malas, aku mendorong diriku sendiri untuk duduk.
Eunbi eonni pergi, membiarkan cahaya dari ruang tengah lebih banyak masuk ke dalam kamarku.
Kulihat ada sebuah gundukan berada di atas tempat tidur Yeonhee. Dia benar-benar menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Rasanya jadi ingin kembali berbaring jika tidak ingat hari ini adalah hari pertamaku kuliah. Tentu aku tidak bisa mengacaukan hari pertamaku.
YOU ARE READING
A Letter of Hope (✔)
Fanfiction[ Hwang Yunseong x Kim Chaewon ] Kim Chaewon, seorang mantan idol yang menyerah akan mimpinya. Ia memilih untuk menjalani hidup sebagai masyarakat biasa demi menyelamatkan hatinya dari kemungkinan luka ketika menjadi seorang idol yang berhasil debut...