Suasana berubah menjadi lebih mencekam setelah Miss Lee pergi meninggalkan kamar kami, membubarkan kerumunan gadis yang berdiri bergerombol di depan pintu. Kurasa mereka mendapatkan tontonan menarik, seperti dalam sebuah drama—yang kuharap, semua ini memang salah satu bagian dari adegan dalam drama. Kenyataannya, semua benar-benar terjadi.
Pintu tertutup, suasana hening, tidak lama. Handphone Yeonhee berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk. Melihat bagaimana raut wajah Yeonhee saat menatap layar handphone-nya, aku tahu, bahwa panggilan itu bukanlah sesuatu yang ia harapkan. Tak ada yang ia ucapkan kala ia telah menempelkan handphone pada sisi kepalanya, namun wajah imut itu semakin memerah, menahan marah. Bibirnya terkatup rapat, hingga gurat urat di leher putih gadis itu menjadi menonjol.
"Apa kalian perlu sampai sejauh itu?!" Ia berteriak keras. Membuat kami—Eunbi eonni, Suyun, dan aku—duduk dengan tegang. Yeonhee berdiri, sedikit menjauhi kami, ia berusaha mengendalikan emosinya.
"Please... Mom..." Ia berbisik lirih.
Oke, aku merasa ini bukan bagian di mana kami bisa masuk. Eunbi eonni memberikan tanda lewat dagunya untuk pergi ke kamarku. Aku setuju, karena aku pun belum membereskan barang-barangku ke dalam koper. Rasanya baru beberapa hari yang lalu, aku mengeluarkan barang-barang milikku dari koper, menata tempat tidurku, menempel dinding dengan beberapa secarik kertas bertulis kalimat motivasi dan foto masa laluku, dan sekarang aku harus kembali memasukkan mereka ke dalam koper, mengucapkan selamat tinggal kepada tempat tidurku yang nyaman. Dan sebuah surat, yang awalnya kupikir Hyeop pengirim surat ini, namun ia berkata bukan. Surat ini selalu berada di bawah bantalku. Aku selalu membacanya berulang kali sebelum tidur. Pengganti dongeng tidurku.
"Aku tidak percaya Miss Lee melakukan ini." Suyun mulai mengomel sembari merapikan barang-barangku di atas meja belajar.
"Maksudku, bahkan dia tidak mendengar penjelasan kita. Bukankah mengusir Chaewon eonni dan Yeonhee eonni terlalu berlebihan?"
Meski aku tahu, bahwa aku salah karena melanggar peraturan dan terlibat perkelahian, tetapi aku menyetujui apa yang diucapkan Suyun. Ini terlalu berlebihan. Aku dan Yeonhee bukanlah pengedar atau pemakai obat terlarang, kami juga bukan seorang penjahat. Kesalahan yang kami lakukan hanya kabur dari asrama di malam hari—hampir pagi, aku dan Yeonhee sudah berada di umur legal untuk pergi ke bar dan kejadian di malam itu bukan sekadar terjadi. Yeonhee hanya memberi pelajaran kepada seorang pria yang hampir melecehkan seorang gadis yang mabuk. Jika memang, mengharuskan kami untuk mendapatkan hukuman karena telah melanggar peraturan, oke, tapi tidak dengan pengusiran secara paksa.
"Aku akan mencoba berbicara padanya saat ia sudah terlihat tenang." Eunbi eonni menatapku. Matanya tajam dan yakin, seolah memintaku untuk tidak terlalu mencemaskan apa yang baru saja terjadi. "Sekarang, lebih baik kita pikirkan di mana kalian tinggal untuk sementara."
Tidur. Aku memandang bantal dan guling, serta selimutku yang masih terlipat rapi. Siapa sangka, bahwa kemarin malam adalah malam terakhir aku tidur di atas tempat tidur ini bersama mereka. Jika, aku tahu akan menjadi hari terakhir, mungkin, aku akan menghabiskan waktuku untuk mengubur diri, menjadi satu bersama kasur empukku. Sekarang, aku bahkan tidak tahu di mana aku harus tidur. Entah mendapatkan kasur yang lebih empuk, atau bahkan keras, sekeras lantai... haa—hampir saja aku menghela nafas.
"Haish," umpatan tertahan datang dari arah pintu, Yeonhee datang dengan kondisi jauh lebih buruk daripada saat aku melihatnya berbincang di telepon. Sudah bisa ditebak, bagaimana akhir dari perbincangan mereka, yang pasti tidak sesuai dengan keinginan Yeonhee.
"Kenapa eonni?" Suyun berlari mendekati Yeonhee, aku segera turun dari atas tempat tidur, dan Eunbi eonni ikut bergabung. "Ada apa?" Kami bertiga hampir mengucapkannya secara bersamaan.
YOU ARE READING
A Letter of Hope (✔)
Fiksi Penggemar[ Hwang Yunseong x Kim Chaewon ] Kim Chaewon, seorang mantan idol yang menyerah akan mimpinya. Ia memilih untuk menjalani hidup sebagai masyarakat biasa demi menyelamatkan hatinya dari kemungkinan luka ketika menjadi seorang idol yang berhasil debut...