18. Worry

56.1K 8.7K 3.5K
                                    


Hai Hacin 🥺🥺🥺

Udah deh, ini aku gak kuat banget.
Kangen banget sama Jimin.
Jadi, aku update ini sebiji dulu.

Buat ngobatin kangen aja 😭😭😭

Abis itu fokus puasa 🙈

Adakah yang terkejoed dengan notif ini? 😂 kalian vote ke berapa nih? 🙈

Semoga enjoy ya baca ini 🙌

Oke, happy reading ya!


Oke, happy reading ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



-
-
-

Ponsel Lyra berbunyi saat dia hendak memakai sabuk pengaman karena hendak meninggalkan rumahnya.

Nama Jimin terpampang di sana. Dengan malas Lyra mengangkatnya.

"Apa?" Lyra bertanya dengan setengah hati, suasana hati Lyra memang kurang baik setelah bertemu dengan ibunya.

"Aku sudah sampai," sahut Jimin, terdengar suara seperti sedang berada di bandara, sepertinya Jimin baru keluar dari pesawat dan langsung menelfon Lyra.

Lyra ingin sekali berkata bahwa dia tidak menanyakan hal itu, tapi dia mencoba menenangkan dirinya, perlahan mengembuskan napas.

"Oh, baguslah." Lyra memasang Airpod di telinganya, lalu menyalakan mesin mobil setelah meletakkan ponselnya dekat stir.

Jimin mendengar suara itu. Dia langsung tahu, Lyra sedang menyetir. "Kau di mana?"

"Habis dari rumahku, mengambil beberapa barang." Lyra tidak berdusta juga, dia memang mengambil beberapa pakaian.

"Sekarang mau ke mana?" tanya Jimin yang sepertinya sudah masuk ke dalam limosin langsung yang menjemputnya turun dari jet pribadi. Karena sempat terdengar suara orang asing, yang menyambut Jimin dan mempersilakan Jimin masuk ke mobil.

Sejenak, Lyra memutar bola mata. Jimin banyak tanya sekali.

"Aku mau bertemu dengan seseorang, mengurus beberapa pekerjaan." Lyra membelokkan stir mobilnya untuk membuat mobilnya bergabung di jalan raya. Dia menarik napas. "Kenapa menelfon?"

"Aku rindu."

Lyra memijit pelipisnya pelan, sambil matanya menatap ke jaman. "Jim, kita belum 24 jam berpisah. Tidak usah berlebihan."

Jimin menghela napas. "Aku hanya mencoba jujur." Sepertinya memang benar-benar jujur.

"Fokuslah bekerja di sana, Jim. Waktu tidak akan terasa jika kau menyibukkan diri." Lyra memelankan mobilnya ketika akan berhenti di lampu merah.

"Kau memang tidak pengertian." Jimin kini yang tampak kesal, terdengar seperti anak kecil yang marah karena tidak diberikan permen. "Ingin rasanya tukar perasaan, biar kau merasakan jadi aku."

HOW TO BE YUHN JIMIN'S WIFE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang