"Don't trust too much, don't love too much, don't hope too much, because that 'too much' can hurt you 'so much'."
***Kini waktunya Zara kembali ke kota kelahirannya, urusannya di sini sudah usai dan surat kepindahan kerjanya pun sudah disetujui. Rasanya berat meninggalkan Kota yang menjadikan mimpinya menjadi nyata. Kehidupan baru, teman baru dan kegiatan baru. Walaupun, tidak dengan kenangan baru, mungkin iya kenangan baru bersama teman-temannya dan pekerjaannya yang baru, tetapi tidak dengan perasaannya yang baru.
"Ra, ihhh ... Gue sedih lo mau balik," ucap Andini sudah dengan tangisannya saat mereka sudah di Bandara.
"Ck, kita masih bisa berhubungan, Din. Sekarang kan jaman udah canggih semua yang jauh terasa dekat," jawab Zara memeluk Andini. Zara bukannya tidak sedih tapi melihat teman-temannya yang sudah seperti ini, membuat Zara mau tidak mau harus menghibur mereka.
"Ra, kalau di Jakarta jangan lupa calling-calling gue. Tunggu babang ganteng ngelamar yaks," kata Yusuf mencairkan suasana.
Zara melepas pelukannya dengan Zara Dan tersenyum, "seberani apa lo nemuin Ayah gue," tantang Zara lagi.
"Yaelah, gue mah gentle Ra, jangankan bokap lo seluruh saudara lo gue temuin demi mendapatkan sang pujaan hati," gombal Yusuf membuat yang lainnya tertawa.
"Tuh Ra, Yusuf udah siap lo kapan ni siapnya? Deket juga dah lama kan," ledek Desi teman sekerjanya juga.
"Tunggu Allah menakdirkan laki-laki yang bisa menuntun ke surganya Allah," jawab Zara bijak.
"Hahaha, Zara tuh sebenernya suka juga ama Yusuf ya kan, Ra," kata Andini membenarkan ucapan Desi.
Zara hanya tersenyum menjawab ledekan teman-temannya. Siapapun yang nantinya menjadi pasangannya masih rahasia illahi. Ia hanya menunggu waktu Allah memberikan jodohnya di saat yang tepat. Umurnya memang sudah cukup untuk menikah, tapi dia enggan menjalin hubungan dengan siapa-siapa, prinsipnya jika serius maka datanglah ke rumah dan meminta izin kepada Ayahnya.
"Doain aja ya gais yang terbaik, semoga Allah mendatangkan seseorang yang bisa membawa keluarga gue kebahtera surganya Allah," kata Zara lagi.
"Yaudah semoga aja cepet nikah ya balik ke Jakarta," ucap Desi.
"Nggak bisa gitu dong, tunggu gue dulu biar bisa nyusul ke sana terus lamar lo," jawab Yusuf tidak terima.
Zara tertawa mendengar perdebatan mereka, mungkin moment seperti inilah yang akan ia rindukan nantinya saat mereka sudah berjauhan. Perdebatan kecil yang membuatnya bahagia bersama teman-temannya.
"Yaudah ya gais, bentar lagi udah mau berangkat pesawatnya. Gue pamit dulu," ucap Zara membuat teman-temannya sedih kembali.
"Ra, jaga diri lo disana ya sering-sering kabarin kita. Kalo sampe disana juga kabarin kita," ucap Desi memeluk Zara sebagai tanda perpisahan.
"Iya Des, tenang aja, gue nggak bakal lupa kok emang gue pikun amat apa!" jawab Zara. Zara melepaskan pelukan dari Desi dan gantian memeluk Andini.
"Nggak usah nangis Din, cengeng lo! Kemaren aja ledekin gue mulu sekarang nangis, aturan lo seneng gue nggak ada,"
"Justru itu lo nggak ada makanya gue sedih, pasti nggak ada lagi bahan ledekan kita," jawab Andini. Zara hanya tertawa dan melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Atas Sajadah {Completed}
SpiritualZara seorang gadis yang bermimpi menjadi penulis dan tertarik dengan seorang lelaki yang membuatnya jatuh hati.Namun, disatu sisi, karir lebih penting dari perasaan cinta yang hanya melemahkannya. Suatu waktu disaat dia menaruh kepercayaannya, lelak...